Simak Imbauan Kemenkes Buat Mengantisipasi Pneumonia China
04 December 2023 |
13:47 WIB
Kenaikan kasus pneumonia berat di China bagian utara telah menyita perhatian masyarakat dunia. Di China, pneumonia berat melonjak naik utamanya untuk kasus pada anak. Publik mulai resah dengan kemungkinan penyebaran penyakit tersebut seperti pada kasus pandemi Covid-19 lalu.
Merespons penyebaran pneumonia berat di China, Badan Kesehatan Dunia WHO pun telah mengeluarkan panduan khusus penyakit dalam kategori luar biasa tersebut untuk masyarakat China. Selain direkomendasikan untuk kembali mengetatkan prosedur protokol kesehatan, masyarakat di China juga diminta melakukan vaksinasi influenza.
Baca juga: IDI Beberkan Probabilitas Kasus Pneumonia China Bisa Masuk ke Indonesia
Kejadian ini membuat negara-negara di seluruh dunia mulai mengambil langkah waspada. Di Indonesia, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan menyarankan masyarakat kembali menggunakan masker dan menerapkan gaya hidup sehat.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, masyarakat diharapkan tidak khawatir dan panik dengan penyebaran kasus seperti yang terjadi di China. “Seperti yang dijelaskan WHO bahwa penyebab pneumonia berat yang sekarang marak di China itu disebabkan oleh bakteri, bukan virus. Jadi kami enggak terlalu khawatir, dan di Indonesia sudah ada pengobatannya,” kata Nadia.
Seperti kasus kejadian luar biasa lainnya, Kemenkes telah mempersiapkan prosedur pemantauan melalui Influenza Like Illness (ILI) dan Severe Acute Respiratory Infections (SARI) seperti yang direkomendasikan WHO.
“WHO belum menjadikan kasus ini sebagai epidemi, jadi yang kita fokuskan adalah peningkatan kewaspadaan saja mengingat di China masuk dalam kriteria kejadian luar biasa,” imbuhnya.
Saat ini, Kementerian Kesehatan juga sudah mengeluarkan surat edaran mengenai kewaspadaan kejadian mycoplasma pneumonia di Indonesia. Sebab, tiga perempat pasien pneumonia di China diakibatkan oleh bakteri mycoplasma.
Nadia menyambut, saat ini pemerintah telah melakukan peningkatan kewaspadaan di pintu masuk melalui kantor kesehatan pelabuhan, utamanya bagi yang memiliki gejala. “Kalau gejala flu berat nanti ke pelayanan kesehatan. Termasuk juga pengawasan bahan makanan dan produk hidup kita tingkatkan pemantauannya,” imbuhnya.
Di Indonesia, saat ini Kementerian Kesehatan memang mencatat peningkatan kasus flu biasa pada anak-anak. Namun, karena tidak semua sampelnya diperiksa, maka belum diketahui penyebab penyakit flu apakah disebabkan oleh bakteri mycoplasma atau tidak. Sebab saat itu belum ada himbauan WHO terkait hal ini.
“Tapi untuk obat penanganan mycoplasma kita tersedia. Jadi fokusnya ke edukasi masyarakat aja seperti penggunaan masker, cuci tangan, dan lainnya,” jelas Nadia.
Baca juga: WHO Ungkap Fakta-fakta Tentang Merebaknya Pneumonia China
Menanggapi hal ini, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pun menyoroti probabilitas tentang masuknya kasus mycoplasma pneumonia ke Indonesia. Dokter Spesialis Paru & Anggota Bidang Penyakit Menular PB-Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Erlina Burhan menyebut, kasus infeksi ini bisa saja masuk ke Indonesia mengingat mobilisasi manusia yang tinggi dan tidak dapat dikontrol.
Apalagi, penularan bakteri mycoplasma memang terjadi melalui droplet. Meski probabilitas tersebut ada, Erlina meminta masyarakat tidak khawatir dan tetap mengedepankan protokol kesehatan.
Untuk diketahui, Mycoplasma sendiri masuk dalam jenis bakteri atipikal yang tidak dapat diidentifikasi dengan teknik diagnostik standar pneumonia pada umumnya. Namun yang jelas, WHO sudah menegaskan bahwa pneumonia yang menyebar di China sebagian besar diakibatkan oleh bakteri.
“Kalau hanya mycoplasma pneumonia saja, biasanya gejalanya ringan. Jika bergejala berat ini bisa jadi ada infeksi dengan virus lain,” kata Erlina.
Dari peta penyebab, pneumonia memang bisa diakibatkan dari bakteri, virus, jamur, hingga parasite. Kasus yang membahayakan terjadi saat jenis mycoplasma pneumonia ini terjangkit bersama kuman-kuman dan zat pemicu penyakit lainnya.
Menjawab soal mutasi bakteri, Erlina mengatakan jika kemungkinan mutasinya memang ada. Namun hingga saat ini pun, untuk kasus besar di China, belum diketahui apakah jenis strain bakterinya sama atau telah bermutasi. Sebab mycoplasma ini bukan penyakit baru. Dari studi pada 2022, ada 26% pasien pneumonia ditemukan dengan koinfeksi mycoplasma pneumonia di Indonesia.
Baca juga: Ada Laporan Mycoplasma Pneumoniae di Jakarta, Kenali Gejala & Cara Pencegahannya
Insidensi infeksi mycoplasma pneumonia tercatat pada angka 8,61% pada 2017 hingga 2020. Kemudian insidensinya menurun hingga 1,69% pada 2021 dan 0,7% pada 2020. Turunya angka kasus mycoplasma pneumonia ini juga akibat peningkatan dan pengetatan protokol kesehatan selama masa pandemi Covid-19. “Maka dari itu, kita bisa kembali belajar dari Covid-19 untuk mencuci tangan dan menggunakan masker,” katanya.
Editor: Fajar Sidik
Merespons penyebaran pneumonia berat di China, Badan Kesehatan Dunia WHO pun telah mengeluarkan panduan khusus penyakit dalam kategori luar biasa tersebut untuk masyarakat China. Selain direkomendasikan untuk kembali mengetatkan prosedur protokol kesehatan, masyarakat di China juga diminta melakukan vaksinasi influenza.
Baca juga: IDI Beberkan Probabilitas Kasus Pneumonia China Bisa Masuk ke Indonesia
Kejadian ini membuat negara-negara di seluruh dunia mulai mengambil langkah waspada. Di Indonesia, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan menyarankan masyarakat kembali menggunakan masker dan menerapkan gaya hidup sehat.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, masyarakat diharapkan tidak khawatir dan panik dengan penyebaran kasus seperti yang terjadi di China. “Seperti yang dijelaskan WHO bahwa penyebab pneumonia berat yang sekarang marak di China itu disebabkan oleh bakteri, bukan virus. Jadi kami enggak terlalu khawatir, dan di Indonesia sudah ada pengobatannya,” kata Nadia.
Seperti kasus kejadian luar biasa lainnya, Kemenkes telah mempersiapkan prosedur pemantauan melalui Influenza Like Illness (ILI) dan Severe Acute Respiratory Infections (SARI) seperti yang direkomendasikan WHO.
“WHO belum menjadikan kasus ini sebagai epidemi, jadi yang kita fokuskan adalah peningkatan kewaspadaan saja mengingat di China masuk dalam kriteria kejadian luar biasa,” imbuhnya.
Saat ini, Kementerian Kesehatan juga sudah mengeluarkan surat edaran mengenai kewaspadaan kejadian mycoplasma pneumonia di Indonesia. Sebab, tiga perempat pasien pneumonia di China diakibatkan oleh bakteri mycoplasma.
Nadia menyambut, saat ini pemerintah telah melakukan peningkatan kewaspadaan di pintu masuk melalui kantor kesehatan pelabuhan, utamanya bagi yang memiliki gejala. “Kalau gejala flu berat nanti ke pelayanan kesehatan. Termasuk juga pengawasan bahan makanan dan produk hidup kita tingkatkan pemantauannya,” imbuhnya.
Di Indonesia, saat ini Kementerian Kesehatan memang mencatat peningkatan kasus flu biasa pada anak-anak. Namun, karena tidak semua sampelnya diperiksa, maka belum diketahui penyebab penyakit flu apakah disebabkan oleh bakteri mycoplasma atau tidak. Sebab saat itu belum ada himbauan WHO terkait hal ini.
“Tapi untuk obat penanganan mycoplasma kita tersedia. Jadi fokusnya ke edukasi masyarakat aja seperti penggunaan masker, cuci tangan, dan lainnya,” jelas Nadia.
Baca juga: WHO Ungkap Fakta-fakta Tentang Merebaknya Pneumonia China
Menanggapi hal ini, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pun menyoroti probabilitas tentang masuknya kasus mycoplasma pneumonia ke Indonesia. Dokter Spesialis Paru & Anggota Bidang Penyakit Menular PB-Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Erlina Burhan menyebut, kasus infeksi ini bisa saja masuk ke Indonesia mengingat mobilisasi manusia yang tinggi dan tidak dapat dikontrol.
Apalagi, penularan bakteri mycoplasma memang terjadi melalui droplet. Meski probabilitas tersebut ada, Erlina meminta masyarakat tidak khawatir dan tetap mengedepankan protokol kesehatan.
Untuk diketahui, Mycoplasma sendiri masuk dalam jenis bakteri atipikal yang tidak dapat diidentifikasi dengan teknik diagnostik standar pneumonia pada umumnya. Namun yang jelas, WHO sudah menegaskan bahwa pneumonia yang menyebar di China sebagian besar diakibatkan oleh bakteri.
“Kalau hanya mycoplasma pneumonia saja, biasanya gejalanya ringan. Jika bergejala berat ini bisa jadi ada infeksi dengan virus lain,” kata Erlina.
Dari peta penyebab, pneumonia memang bisa diakibatkan dari bakteri, virus, jamur, hingga parasite. Kasus yang membahayakan terjadi saat jenis mycoplasma pneumonia ini terjangkit bersama kuman-kuman dan zat pemicu penyakit lainnya.
Menjawab soal mutasi bakteri, Erlina mengatakan jika kemungkinan mutasinya memang ada. Namun hingga saat ini pun, untuk kasus besar di China, belum diketahui apakah jenis strain bakterinya sama atau telah bermutasi. Sebab mycoplasma ini bukan penyakit baru. Dari studi pada 2022, ada 26% pasien pneumonia ditemukan dengan koinfeksi mycoplasma pneumonia di Indonesia.
Baca juga: Ada Laporan Mycoplasma Pneumoniae di Jakarta, Kenali Gejala & Cara Pencegahannya
Insidensi infeksi mycoplasma pneumonia tercatat pada angka 8,61% pada 2017 hingga 2020. Kemudian insidensinya menurun hingga 1,69% pada 2021 dan 0,7% pada 2020. Turunya angka kasus mycoplasma pneumonia ini juga akibat peningkatan dan pengetatan protokol kesehatan selama masa pandemi Covid-19. “Maka dari itu, kita bisa kembali belajar dari Covid-19 untuk mencuci tangan dan menggunakan masker,” katanya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.