Eksklusif Profil Desainer Interior Kezia Karin: Berkarya Tanpa Batas di Dunia Tata Ruang
08 December 2023 |
19:00 WIB
Dalam dunia desain interior, umumnya desainer hadir dengan kecenderungan satu gagasan artistik tertentu yang menjadi ciri khas bahkan identitasnya. Namun, hal itu justru sangat dihindari Desainer Interior Kezia Karin. Bersama Kezia Karin Studio, biro desain miliknya, Kezia justru tidak ingin berusaha mendefinisikan identitas artistiknya.
Meski citra elegan dan mewah begitu kuat terefleksikan dalam setiap rancangannya, Kezia tidak pernah fokus menanamkan intensi tersebut secara khusus, apalagi menjadikannya sebagai DNA desain.
"Kami tidak punya ciri khas desain, setiap proyek akan selalu berbeda," ujar Kezia.
Baca juga: Desain Interior Lokal Makin Dikenal, Kezia Karin Studio Sabet Tiga Penghargaan di APSDA Awards 2023
Menurutnya, desain merupakan hasil riil dari perpaduan karakter desainer serta klien. Selama ini, dia hanya merespons ruang secara jujur. Ruang tidak sekadar diperlakukan sebagai wadah tata benda mati, melainkan sesi terbuka dimana dia harus pandai 'berdialog' dengan penghuni yang singgah.
Alih-alih hanya mendekor, Kezia memilih material selayaknya proses pembangunan karakter yang meruang. Detail warna, tekstur, serta motif diharapkan mampu membangun alur cerita yang berbeda-beda tiap interior. "Kami selalu berusaha menjaga excitement di setiap proses desain, membuat konsep, cerita, dan pengalaman yang berkarakter," ujarnya.
Sebagai desainer, Kezia tidak ingin mengkotak-kotakkan hasil kreasinya dalam satu aliran saja. Upayanya untuk menghasilkan sudut beratmosfer yang unik dan autentik itu mendorongnya untuk terus berlari di lintasan tanpa garis finis. Dia selalu antusias memposisikan diri untuk tak berhenti berpetualang, agar pikiran terbebas dari batasan-batasan. Dengan begitu, karya interior yang cantik berdasarkan keunikannya dapat senantiasa tercipta.
Kecintaan Kezia terhadap desain telah dimulai sejak usianya 14 tahun. Kedua orangtuanya adalah arsitek, sehingga sangatlah natural baginya untuk terekspos hal-hal yang berhubungan dengan desain dan arsitektur.
Namun, secara khusus, dia lebih berminat untuk mengeksplor diri dalam bidang desain interior. Akhirnya, dia mengambil studi Desain Interior di Universitas Kristen Petra Surabaya. "Interior itu detailnya lebih banyak yang bisa dikulik," kata perempuan kelahiran Yogyakarta itu.
Meski demikian, energi karakter Kezia yang kuat, ditambah kepiawaiannya memilih dan menggabungkan berbagai tekstur juga tak jarang dianggap terlalu sulit dicerna. Namun, hal itu justru makin membuatnya berambisi untuk menghasilkan ruang yang tiap sudutnya berbicara dan bernapas dalam keunikan, namun tetap tertata apik mengalirkan kebaruan dari interior bergaya elegan.
Ketekunannya untuk senantiasa berkreativitas tanpa batas pun berbuah manis. Kezia Karin Studio yang didirikannya sejak 2008 kini makin diakui kualitasnya di kancah internasional. Studio desain yang berbasis di Surabaya itu baru saja menyabet tiga penghargaan di ajang Asia-Pacific Space Designers Association (APSDA) Awards 2023.
APSDA Awards adalah ajang tahunan yang konsisten memberikan penghargaan kepada tokoh dan proyek luar biasa desain interior di seluruh Asia, dan kawasan Asia Pasifik. Di ajang itu, Kezia Karin Studio meraih penghargaan Young Designer of The Year, Bronze untuk proyek A Private Residential, serta Gold untuk proyek eksibisi Louis Vuitton Savoir Faire.
Biro desain yang berbasis di Surabaya itu dikenal telah mengerjakan sejumlah proyek mulai dari perumahan, perkantoran, hingga perhotelan berbintang tak hanya di Indonesia tetapi hingga Asia dan Amerika.
Kepada Hypeabis.id, Kezia bercerita mengenai filosofi dan gagasannya dalam memandang dunia desain interior, proses merealisasikan konsep dan ide desain dengan para klien, serta tantangan yang dihadapinya dalam mempertahankan idealisme artistiknya. Termasuk, ceritanya bisa memenangkan penghargaan APSDA Awards 2023.
Seperti apa kisah inspiratifnya? Berikut petikan obrolan kami.
Bisa diceritakan bagaimana Anda dan Kezia Karin Studio bisa memenangkan penghargaan APSDA Awards 2023?
Di Indonesia itu kan ada Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII). Semacam HDII ini kan di setiap negara ada, dan APSDA ini semacam induknya asosiasi tersebut di kawasan Asia, Australia, dan Kanada. Mereka rutin membuat ajang penghargaan meskipun tidak semua negara mengirimkan karya. Tahun ini, kami memang diminta untuk memasukkan karya desain interior ke APSDA oleh HDII. Lalu ternyata kami mendapatkan tiga penghargaan sekaligus dan diundang untuk datang ke Malaysia.
Apa makna penghargaan tersebut bagi Anda dan Kezia Karin Studio?
Sebenarnya penghargaan ini buat saya bukan untuk bangga-banggan tapi lebih seperti afirmasi kalau kami sudah berada di jalur yang benar. Usaha kami tidak sia-sia. Tugas kami adalah terus berkarya supaya ke depan bisa lebih baik lagi. Bukan bangga, tapi lebih ada beban juga karena orang akan selalu tanya apa selanjutnya sehingga jadi tanggung jawab kami.
Bagaimana Anda mendirikan Kezia Karin Studio?
Awalnya waktu selesai kuliah, saya freelance selama dua tahun. Dari situ, mulai membangun perusahaan sendiri dan waktu itu dibantu sama satu orang teman. Seiring waktu akhirnya timnya makin besar dan sekarang sudah ada hampir 20 orang. Kami tidak ingin banyak tim dan menjadi lebih besar supaya bisa fokus mengaturnya.
Kalau boleh didefinisikan, sebenarnya Anda ingin menjadi desain interior yang seperti apa?
Mau jadi desainer interior yang bagus. Karena saya merasa tidak harus menjelaskan diri saya seperti apa yang akhirnya bisa membatasi. Bagus itu bisa berarti banyak hal. Bisa bagus secara kultur kerja, inovatif, nyaman, bikin kaget orang, memberikan pengalaman. Jadi desainnya akan selalu beda-beda, tergantung projeknya.
Kezia Karin Studio itu punya visi ingin selalu melampaui tren dan perkembangan, bisa Anda jelaskan?
Kami tidak ingin didikte dengan tren. Kami bahkan tidak mengikuti tren. Kami hanya ingin mendesain sesuatu sesuai dengan apa yang perlu dibuat, dan membuat sesuatu yang lebih mengedepankan ada karakternya. Lebih menekankan membuat konsep, cerita, dan pengalaman.
Kami belajar banyak dari desainer-desainer di luar negeri lalu formulasikan konsep sendiri. Karena yang saya suka dari desain itu sebenarnya adalah ketika proses membuat desainnya itu sendiri. Kalau sekadar mengikuti tren tertentu, lalu cerita apa yang ingin disampaikan dan konsep apa yang ingin dibangun.
Banyak desainer biasanya punya pattern atau ciri khas tertentu. Kami justru enggak peduli dengan itu atau identitas desain. Identitas kami ya dengan membuat karya yang bagus itu tadi, bisa dinikmati orang, serta menjadi pengalaman dan perasaan baru bagi mereka. Saya justru tidak mau orang bisa mendefinisikan desain saya.
Di setiap projek juga kami mencoba gali budaya Indonesia. Tidak semua projek kami bisa melakukan seperti itu, tapi di banyak projek kami berusaha supaya bisa menggali budaya Indonesia. Tidak semata-mata menempel produk budaya Indonesia, tapi mengolahnya lagi misalnya motif ukiran Jawa dijadikan karpet yang lebih kontemporer dan masuk dengan kehidupan modern.
Dalam membuat konsep desain tentu ada inspirasi dan referensi, biasanya hal itu datang dari mana?
Lebih banyak inspirasi saya itu datang karena membaca buku-buku literatur, habis menonton film, membaca puisi, melihat lukisan, atau travelling. Karena kalau referensinya hanya dengan melihat desain-desain orang lain, jadinya akan begitu-begitu saja.
Seperti apa proses kerja Anda dalam merealisasikan konsep desain dari klien?
Biasanya kami ngobrol dulu dengan klien, dengerin mereka maunya apa. Kita perlu punya skill untuk mendengarkan dan menginterpretasi, karena biasanya mereka memberikan clues atau arahan itu tidak eksplisit. Tapi kita harus bisa baca.
Makanya sebagai desainer, kemampuan mendengarkan, menginterpretasi, dan berkomunikasi itu sangat penting selain kemampuan mendesainnya. Karena kalau kita tidak bisa mengomunikasikan ingin mendesain apa, serta tidak bisa mendengarkan dan menginterpretasikan keinginan klien, mereka juga akan bingung.
Setelah itu, kami biasanya formulasikan konsep apa yang akan dibuat atau moodboard-nya seperti apa. Dari situ, kami akan mulai mendesain, layout, dan sebagainya, dilanjutkan dengan material, dan finishing. Kami juga akan membuatkan technical drawing, lalu mencari kontraktor atau melalui proses tender sampai akhirnya pengawasan. Dari kami, tetap akan memantau dan berkoordinasi dengan kontraktor juga vendor-vendor yang lain sampai selesai.
Selama berdiri, projek apa yang paling monumental yang pernah dikerjakan oleh Kezia Karin Studio?
Sebenarnya setiap periode itu punya projek yang berkesan sendiri-sendiri dan berbeda. Pameran Louis Vuitton Savoir Faire yang kami kerjakan 2021 itu jelas monumental, karena skalanya dan bagaimana akhirnya proyek itu diliput oleh berbagai macam media terus kami dapat penghargaan.
Selain itu, projek mendesain gereja dan residensial juga penting, yang menjadi milestone kami masuk ke ranah proyek luxury residence. Setiap projek itu sulit dan ada masalahnya masing-masing tapi buat kami hal itu berarti normal kalau setiap projek ada permasalahannya. Yang penting kita bisa selesaikan atau tidak.
Sepanjang menjadi desainer, tantangan apa saja yang dihadapi?
Pastinya banyak banget. Saat muda dulu, portfolio masih belum banyak, nama belum dikenal, ditambah perempuan, orang banyak yang memandang sebelah mata. Dianggap tidak bisa kerja dan bisanya ngomong saja. Banyak pertanyaan dan bahkan ada yang bilang kalau saya tidak mungkin sukses karena desain kamu tidak mainstream dan bukan selera pasar. Komentar seperti itu banyak banget.
Tapi saya yakin kalau pekerjaan saya ini kan mengarah ke sesuatu yang bagus dengan benchmark dari desain internasional. Jadi kami mengacunya ke desain-desain yang bagus ada dari internasional. Kalau mengacunya ke situ dan ternyata di luar negeri di terima bahkan bisa berkembang, pikiran saya waktu sangat naif, mungkin Indonesia cuma ketinggalan saja dan kita tunggu 5 sampai 10 tahun lagi bisa diterima, dan ternyata benar. Jadi dulu banyak orang bilang desain saya bukan selera pasar.
Tapi kalau saat ini tantangannya sudah beda, harus lebih menjaga nama baik dan menjaga jangan sampai kreativitas kita dalam berkarya berhenti karena harus lebih baik lagi. Setiap fase itu pasti ada tantangannya sendiri-sendiri.
Menurut Anda, bagaimana perkembangan desain interior di Indonesia saat ini?
Menurut saya, 5 sampai 7 tahun terakhir ini, perkembangannya sudah sangat baik dan apresiasi masyarakat sudah jauh lebih baik. Karena perkembangan internet dan orang-orang suka jalan ke luar negeri, itu mendorong untuk mengapresiasi desain dengan lebih baik. Waktu saya mulai 15 tahun lalu, itu susah banget apalagi di Surabaya.
Desain dianggap bagus itu kalau mereka sudah pernah lihat di rumah, restoran, kantor, atau hotel lain. Kalau kami bikin sesuatu yang berbeda waktu itu, belum bisa diterima. Tapi sekarang, kita menawarkan sesuatu yang berbeda sudah bisa dihargai walaupun belum semua. Mereka bisa menghargai kalau kami punya ide yang tidak normal.
Projek apa yang tengah digarap oleh Kezia Karin Studio saat ini? Lalu apa pula target yang ingin dicapai ke depannya?
Kami lagi mengerjakan desain beberapa hotel, residensial, dan projek-projek menarik lainnya. Kezia Karin Studio itu sebenarnya tidak punya target. Dari awal, kami hanya ingin membuat desain yang bagus. Jadi targetnya bukan sesuatu yang terukur dan bernilai, tapi yang kami lakukan justru melihat ke internal.
Apa yang bisa kita benahi di internal dan belajar bisnis secara umum bukan hanya dari konsultan desain. Kami belajar bisnis secara umum itu seperti apa, itulah arah yang kami tuju sekarang.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Meski citra elegan dan mewah begitu kuat terefleksikan dalam setiap rancangannya, Kezia tidak pernah fokus menanamkan intensi tersebut secara khusus, apalagi menjadikannya sebagai DNA desain.
"Kami tidak punya ciri khas desain, setiap proyek akan selalu berbeda," ujar Kezia.
Baca juga: Desain Interior Lokal Makin Dikenal, Kezia Karin Studio Sabet Tiga Penghargaan di APSDA Awards 2023
Menurutnya, desain merupakan hasil riil dari perpaduan karakter desainer serta klien. Selama ini, dia hanya merespons ruang secara jujur. Ruang tidak sekadar diperlakukan sebagai wadah tata benda mati, melainkan sesi terbuka dimana dia harus pandai 'berdialog' dengan penghuni yang singgah.
Alih-alih hanya mendekor, Kezia memilih material selayaknya proses pembangunan karakter yang meruang. Detail warna, tekstur, serta motif diharapkan mampu membangun alur cerita yang berbeda-beda tiap interior. "Kami selalu berusaha menjaga excitement di setiap proses desain, membuat konsep, cerita, dan pengalaman yang berkarakter," ujarnya.
Sebagai desainer, Kezia tidak ingin mengkotak-kotakkan hasil kreasinya dalam satu aliran saja. Upayanya untuk menghasilkan sudut beratmosfer yang unik dan autentik itu mendorongnya untuk terus berlari di lintasan tanpa garis finis. Dia selalu antusias memposisikan diri untuk tak berhenti berpetualang, agar pikiran terbebas dari batasan-batasan. Dengan begitu, karya interior yang cantik berdasarkan keunikannya dapat senantiasa tercipta.
Kecintaan Kezia terhadap desain telah dimulai sejak usianya 14 tahun. Kedua orangtuanya adalah arsitek, sehingga sangatlah natural baginya untuk terekspos hal-hal yang berhubungan dengan desain dan arsitektur.
Namun, secara khusus, dia lebih berminat untuk mengeksplor diri dalam bidang desain interior. Akhirnya, dia mengambil studi Desain Interior di Universitas Kristen Petra Surabaya. "Interior itu detailnya lebih banyak yang bisa dikulik," kata perempuan kelahiran Yogyakarta itu.
Meski demikian, energi karakter Kezia yang kuat, ditambah kepiawaiannya memilih dan menggabungkan berbagai tekstur juga tak jarang dianggap terlalu sulit dicerna. Namun, hal itu justru makin membuatnya berambisi untuk menghasilkan ruang yang tiap sudutnya berbicara dan bernapas dalam keunikan, namun tetap tertata apik mengalirkan kebaruan dari interior bergaya elegan.
Ketekunannya untuk senantiasa berkreativitas tanpa batas pun berbuah manis. Kezia Karin Studio yang didirikannya sejak 2008 kini makin diakui kualitasnya di kancah internasional. Studio desain yang berbasis di Surabaya itu baru saja menyabet tiga penghargaan di ajang Asia-Pacific Space Designers Association (APSDA) Awards 2023.
APSDA Awards adalah ajang tahunan yang konsisten memberikan penghargaan kepada tokoh dan proyek luar biasa desain interior di seluruh Asia, dan kawasan Asia Pasifik. Di ajang itu, Kezia Karin Studio meraih penghargaan Young Designer of The Year, Bronze untuk proyek A Private Residential, serta Gold untuk proyek eksibisi Louis Vuitton Savoir Faire.
Biro desain yang berbasis di Surabaya itu dikenal telah mengerjakan sejumlah proyek mulai dari perumahan, perkantoran, hingga perhotelan berbintang tak hanya di Indonesia tetapi hingga Asia dan Amerika.
Kepada Hypeabis.id, Kezia bercerita mengenai filosofi dan gagasannya dalam memandang dunia desain interior, proses merealisasikan konsep dan ide desain dengan para klien, serta tantangan yang dihadapinya dalam mempertahankan idealisme artistiknya. Termasuk, ceritanya bisa memenangkan penghargaan APSDA Awards 2023.
Seperti apa kisah inspiratifnya? Berikut petikan obrolan kami.
Bisa diceritakan bagaimana Anda dan Kezia Karin Studio bisa memenangkan penghargaan APSDA Awards 2023?
Di Indonesia itu kan ada Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII). Semacam HDII ini kan di setiap negara ada, dan APSDA ini semacam induknya asosiasi tersebut di kawasan Asia, Australia, dan Kanada. Mereka rutin membuat ajang penghargaan meskipun tidak semua negara mengirimkan karya. Tahun ini, kami memang diminta untuk memasukkan karya desain interior ke APSDA oleh HDII. Lalu ternyata kami mendapatkan tiga penghargaan sekaligus dan diundang untuk datang ke Malaysia.
Apa makna penghargaan tersebut bagi Anda dan Kezia Karin Studio?
Sebenarnya penghargaan ini buat saya bukan untuk bangga-banggan tapi lebih seperti afirmasi kalau kami sudah berada di jalur yang benar. Usaha kami tidak sia-sia. Tugas kami adalah terus berkarya supaya ke depan bisa lebih baik lagi. Bukan bangga, tapi lebih ada beban juga karena orang akan selalu tanya apa selanjutnya sehingga jadi tanggung jawab kami.
Bagaimana Anda mendirikan Kezia Karin Studio?
Awalnya waktu selesai kuliah, saya freelance selama dua tahun. Dari situ, mulai membangun perusahaan sendiri dan waktu itu dibantu sama satu orang teman. Seiring waktu akhirnya timnya makin besar dan sekarang sudah ada hampir 20 orang. Kami tidak ingin banyak tim dan menjadi lebih besar supaya bisa fokus mengaturnya.
Kalau boleh didefinisikan, sebenarnya Anda ingin menjadi desain interior yang seperti apa?
Mau jadi desainer interior yang bagus. Karena saya merasa tidak harus menjelaskan diri saya seperti apa yang akhirnya bisa membatasi. Bagus itu bisa berarti banyak hal. Bisa bagus secara kultur kerja, inovatif, nyaman, bikin kaget orang, memberikan pengalaman. Jadi desainnya akan selalu beda-beda, tergantung projeknya.
Kezia Karin Studio itu punya visi ingin selalu melampaui tren dan perkembangan, bisa Anda jelaskan?
Kami tidak ingin didikte dengan tren. Kami bahkan tidak mengikuti tren. Kami hanya ingin mendesain sesuatu sesuai dengan apa yang perlu dibuat, dan membuat sesuatu yang lebih mengedepankan ada karakternya. Lebih menekankan membuat konsep, cerita, dan pengalaman.
Kami belajar banyak dari desainer-desainer di luar negeri lalu formulasikan konsep sendiri. Karena yang saya suka dari desain itu sebenarnya adalah ketika proses membuat desainnya itu sendiri. Kalau sekadar mengikuti tren tertentu, lalu cerita apa yang ingin disampaikan dan konsep apa yang ingin dibangun.
Banyak desainer biasanya punya pattern atau ciri khas tertentu. Kami justru enggak peduli dengan itu atau identitas desain. Identitas kami ya dengan membuat karya yang bagus itu tadi, bisa dinikmati orang, serta menjadi pengalaman dan perasaan baru bagi mereka. Saya justru tidak mau orang bisa mendefinisikan desain saya.
Di setiap projek juga kami mencoba gali budaya Indonesia. Tidak semua projek kami bisa melakukan seperti itu, tapi di banyak projek kami berusaha supaya bisa menggali budaya Indonesia. Tidak semata-mata menempel produk budaya Indonesia, tapi mengolahnya lagi misalnya motif ukiran Jawa dijadikan karpet yang lebih kontemporer dan masuk dengan kehidupan modern.
Dalam membuat konsep desain tentu ada inspirasi dan referensi, biasanya hal itu datang dari mana?
Lebih banyak inspirasi saya itu datang karena membaca buku-buku literatur, habis menonton film, membaca puisi, melihat lukisan, atau travelling. Karena kalau referensinya hanya dengan melihat desain-desain orang lain, jadinya akan begitu-begitu saja.
Seperti apa proses kerja Anda dalam merealisasikan konsep desain dari klien?
Biasanya kami ngobrol dulu dengan klien, dengerin mereka maunya apa. Kita perlu punya skill untuk mendengarkan dan menginterpretasi, karena biasanya mereka memberikan clues atau arahan itu tidak eksplisit. Tapi kita harus bisa baca.
Makanya sebagai desainer, kemampuan mendengarkan, menginterpretasi, dan berkomunikasi itu sangat penting selain kemampuan mendesainnya. Karena kalau kita tidak bisa mengomunikasikan ingin mendesain apa, serta tidak bisa mendengarkan dan menginterpretasikan keinginan klien, mereka juga akan bingung.
Setelah itu, kami biasanya formulasikan konsep apa yang akan dibuat atau moodboard-nya seperti apa. Dari situ, kami akan mulai mendesain, layout, dan sebagainya, dilanjutkan dengan material, dan finishing. Kami juga akan membuatkan technical drawing, lalu mencari kontraktor atau melalui proses tender sampai akhirnya pengawasan. Dari kami, tetap akan memantau dan berkoordinasi dengan kontraktor juga vendor-vendor yang lain sampai selesai.
Selama berdiri, projek apa yang paling monumental yang pernah dikerjakan oleh Kezia Karin Studio?
Sebenarnya setiap periode itu punya projek yang berkesan sendiri-sendiri dan berbeda. Pameran Louis Vuitton Savoir Faire yang kami kerjakan 2021 itu jelas monumental, karena skalanya dan bagaimana akhirnya proyek itu diliput oleh berbagai macam media terus kami dapat penghargaan.
Selain itu, projek mendesain gereja dan residensial juga penting, yang menjadi milestone kami masuk ke ranah proyek luxury residence. Setiap projek itu sulit dan ada masalahnya masing-masing tapi buat kami hal itu berarti normal kalau setiap projek ada permasalahannya. Yang penting kita bisa selesaikan atau tidak.
Sepanjang menjadi desainer, tantangan apa saja yang dihadapi?
Pastinya banyak banget. Saat muda dulu, portfolio masih belum banyak, nama belum dikenal, ditambah perempuan, orang banyak yang memandang sebelah mata. Dianggap tidak bisa kerja dan bisanya ngomong saja. Banyak pertanyaan dan bahkan ada yang bilang kalau saya tidak mungkin sukses karena desain kamu tidak mainstream dan bukan selera pasar. Komentar seperti itu banyak banget.
Tapi saya yakin kalau pekerjaan saya ini kan mengarah ke sesuatu yang bagus dengan benchmark dari desain internasional. Jadi kami mengacunya ke desain-desain yang bagus ada dari internasional. Kalau mengacunya ke situ dan ternyata di luar negeri di terima bahkan bisa berkembang, pikiran saya waktu sangat naif, mungkin Indonesia cuma ketinggalan saja dan kita tunggu 5 sampai 10 tahun lagi bisa diterima, dan ternyata benar. Jadi dulu banyak orang bilang desain saya bukan selera pasar.
Tapi kalau saat ini tantangannya sudah beda, harus lebih menjaga nama baik dan menjaga jangan sampai kreativitas kita dalam berkarya berhenti karena harus lebih baik lagi. Setiap fase itu pasti ada tantangannya sendiri-sendiri.
Menurut Anda, bagaimana perkembangan desain interior di Indonesia saat ini?
Menurut saya, 5 sampai 7 tahun terakhir ini, perkembangannya sudah sangat baik dan apresiasi masyarakat sudah jauh lebih baik. Karena perkembangan internet dan orang-orang suka jalan ke luar negeri, itu mendorong untuk mengapresiasi desain dengan lebih baik. Waktu saya mulai 15 tahun lalu, itu susah banget apalagi di Surabaya.
Desain dianggap bagus itu kalau mereka sudah pernah lihat di rumah, restoran, kantor, atau hotel lain. Kalau kami bikin sesuatu yang berbeda waktu itu, belum bisa diterima. Tapi sekarang, kita menawarkan sesuatu yang berbeda sudah bisa dihargai walaupun belum semua. Mereka bisa menghargai kalau kami punya ide yang tidak normal.
Projek apa yang tengah digarap oleh Kezia Karin Studio saat ini? Lalu apa pula target yang ingin dicapai ke depannya?
Kami lagi mengerjakan desain beberapa hotel, residensial, dan projek-projek menarik lainnya. Kezia Karin Studio itu sebenarnya tidak punya target. Dari awal, kami hanya ingin membuat desain yang bagus. Jadi targetnya bukan sesuatu yang terukur dan bernilai, tapi yang kami lakukan justru melihat ke internal.
Apa yang bisa kita benahi di internal dan belajar bisnis secara umum bukan hanya dari konsultan desain. Kami belajar bisnis secara umum itu seperti apa, itulah arah yang kami tuju sekarang.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.