Koleksi Lisa Ju dalam Jakarta Fashion Week 2024. (Sumber foto: Hypeabis.id/ Fanny Kusumawardhani)

Berpeluang Besar, Ini Tantangan Industri Fashion Indonesia untuk Dikenal Secara Global

05 December 2023   |   18:00 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Industri fesyen  Indonesia telah tumbuh pesat dan mengalami transformasi yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Keberagaman budaya dan warisan tradisional yang kaya menciptakan fondasi unik bagi perkembangan industri. Hal ini dapat dilihat dengan semakin maraknya perhelatan fashion show sepanjang tahun ini.

Ketua umum Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Poppy Dharsono mengatakan, desain fesyen lokal memang terus berkembang. Bahkan, Indonesia menurutnya juga berpeluang besar dalam menciptakan tren modenya sendiri.

Baca juga: Tren Aksesoris 2024 Bakal Diwarnai Aksentuasi Bros & Rona Kontras

Hal itu misalnya dapat dilihat dari para desainer yang memadukan desain unsur dari kain tradisional Nusantara dengan gaya desain fesyen internasional. Tak hanya itu, Indonesia juga memiliki banyak segmen pasar untuk menyasar berbagai kalangan, baik kaum muda maupun tua.

"Tren pasar fesyen lokal memang banyak menyerap berbagai tren dari luar negeri, tapi kita juga harus mampu menyerap dasar-dasar heritage Nusantara untuk terus dieksplorasi," katanya saat dihubungi Hypeabis.id.

Menurutnya, potensi warisan mode Indonesia juga masih memiliki banyak kemungkinan untuk digali. Misalnya dengan mengawinkan berbagai keragaman warisan budaya lokal sehingga menghasilkan perpaduan apik antara fesyen modern dan klasik yang khas.

Salah satu pendiri sekolah LaSalle College Jakarta ini mengungkap, hampir setiap daerah di Indonesia juga memiliki karakter desain busana yang unik. Oleh karena itu para desainer juga bisa memanfaatkan potensi tersebut dengan melihat tren fesyen yang sedang diminati di dunia.

"Jadi, tren yang terjadi di luar negeri kita jadikan sebagai informasi dasar lalu digarap menjadi fesyen yang tetap memiliki karakter Indonesia sehingga memiliki pesona di mata dunia," terangnya.
 

Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) 2024. (Sumber foto: Hypeabis.id/Suselo Jati)

Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) 2024. (Sumber foto: Hypeabis.id/Suselo Jati)


Kendati begitu, menurut Poppy, fesyen Indonesia juga masih memiliki beberapa tantangan untuk merambah pasar internasional. Salah satunya terkait bagaimana seorang desainer harus memaksimalkan keahlian mereka saat membuat produk yang berkualitas dengan karya yang detail.

Oleh karena itu dia pun selalu menekankan pada desainer muda untuk terus belajar dan berinovasi. Terutama dalam proses pencarian ide, pemotongan kain yang tepat, penjahitan, hingga bagaimana mengemas dan memasarkan produk tersebut secara sangkil dan mangkus.

"Keterampilan itu melatih kita [desainer] untuk menjadi detail, dan detail itu bisa menciptakan fesyen, bisa menciptakan nice produk yang bakal diminati publik," katanya.

Selaras, Vice Chairman Indonesian Fashion Chamber, Lisa Fitria mengatakan, salah satu tantangan Indonesia untuk dapat merambah pasar global menurut Lisa adalah lemahnya branding dari para desainer. Dia pun berharap pemerintah turut ambil andil mendukung popularitas jenama desainer Indonesia.

Hal tersebut dapat dilakukan misalnya, dengan membuat event fashion show di Tanah Air dengan mengundang berbagai jenama dunia yang sudah terkenal. Sebab saat ini sudah banyak brand internasional yang menggunakan berbagai kain wastra untuk berbagai lini produk mereka.

"Kalau kita mau menjadi pusat mode, kita harus bisa mengundang mereka untuk meluncurkan berbagai brandnya di sini. Itu juga menjadi PR pemerintah, tidak bisa hanya asosiasi saja," jelasnya.

Tak hanya itu, dari hulu ke hilir, para desainer juga harus bekerja sama dengan garmen-garmen besar yang menerima makloon dari jenama luar negeri. Hal itu menurutnya perlu dilakukan agar standar kualitasnya sesuai dengan berbagai brand internasional yang diminati publik.

Kendati demikian, produk fesyen tersebut harus dibuat secara terbatas karena masuk dalam konsep craft fashion. Sedangkan, dari pihak garmen juga membuat lini produksi tersendiri untuk mengakomodir permintaan dari para desainer.

"Kelemahannya sekarang adalah saat menerima demand, kita bingung karena kualitasnya berbeda-beda. Sebab selama ini juga dikerjakan oleh berbagai konveksi bukan garmen," terangnya.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

10 Bocoran Fitur Baru GTA 6 yang Bakal Rilis 2025, Lebih Imersif dan Interaktif

BERIKUTNYA

Sony Luncurkan Access Controller PS5 untuk Penyandang Disabilitas, Cek Spesifikasi & Harganya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: