IDI Beberkan Probabilitas Kasus Pneumonia China Bisa Masuk ke Indonesia
30 November 2023 |
21:18 WIB
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ikut menyoroti kenaikan kasus pneumonia di China bagian Utara. Sejak Badan Kesehatan Dunia WHO menegaskan pengetatan protokol kesehatan di wilayah tersebut, IDI pun meminta masyarakat Indonesia melakukan hal yang sama.
Meski belum ada kasus pasti di wilayah Indonesia, IDI menyarankan masyarakat kembali menggunakan masker dan menegakkan pola hidup bersih, seperti mencuci tangan dan membawa cairan sanitasi tangan.
Anggota Bidang Penyakit Menular PB-IDI Erlina Burhan menyebut, penyakit yang merebak di China itu dinamai Mycoplasma Pneumonia. Di China, penyakit ini menjadi ancaman baru bagi masyarakat terutamanya anak-anak.
Jenis penyakit yang tersebut itu masuk dalam kategori pneumonia komunitas, yakni penyakit pneumonia yang disebabkan dari virus, bakteri, jamur, dan parasit yang didapat dari masyarakat.
Erlina menyebut, jenis mycoplasma pneumonia ini masuk dalam kategori bakteri atipikal yang tidak dapat diidentifikasi dengan prosedur diagnostik pneumonia pada umumnya. Hampir 7-20% kejadian pneumonia atipikal ini disebabkan oleh adanya infeksi bakteri atipikal.
“Umumnya yang terkena mycoplasma pneumonia akan minim gejala, tapi kalau ditemukan bersama kuman gram negatif mungkin bisa menyebabkan gejala yang para dan berat dan butuh perawatan ke rumah sakit,” kata Erlina.
Baca juga: WHO Ungkap Fakta-fakta Tentang Merebaknya Pneumonia China
Meski baru merebak di China, sebetulnya mycoplasma pneumonia ini sudah pernah terjadi sebelum pandemi Covid-19. Sebesar 8,61% kasus mycoplasma pneumonia dilaporkan dari 2017 hingga 2020. Kemudian insidensinya menurun sekitar 1,69% pada 2021, lalu menurun lagi pada 0,7% pada 2022 seiring dengan peran pengetatan protokol kesehatan di seluruh dunia.
“Kita bisa kembali belajar dari Covid-19. Protokol kesehatan seperti mencuci tangan dan memakai masker harus ditegakkan kembali. Sebab jenis penyakit ini memang menyebarnya melalui droplet,” imbuhnya.
Erlina menjelaskan, mycoplasma pneumonia adalah bakteri patogan ekstrasel yang sangat bergantung pada epitel sistem pernapasan untuk bertahan hidup. Jenis bakteri ini akan menempel pada saluran pernapasan, kemudian memproduksi hidrogen peroksida dan superoksida yang berbahaya terhadap sel. Kemudian produksi zat bahaya ini akan membat sel epitel menjadi rusak.
Secara umum, gejala infeksi mycoplasma pneumonia ini akan tampak ringan pada rentang 1-4 pekan pertama setelah infeksi. Kemudian gejalanya akan berlanjut dengan batuk hingga berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Gejala batuk berat ini disertai sakit pada tenggorokan, demam, nyeri kepala, hingga lemas. Bakteri ini juga akan lebih ganas jika menyerang orang dengan riwayat penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Negara yang sudah menemukan kasus ini diluar China adalah Denmark. Dengan peningkatan kasus bergejala di China, Erlina menyebut kasus infeksi mycoplasma pneumonia ini bisa saja masuk ke Indonesia seperti yang terjadi di Denmark dan Belanda.
Baca juga: Apakah Pneumonia Dapat Disembuhkan? Begini Penjelasan Dokter
Faktor mobilitas masyarakat Indonesia yang tinggi dan tidak bisa dikontrol serta penularan bakteri melalui droplet patut menjadi kewaspadaan utama bagaimana penyakit ini berkemungkinan menyebar. Namun Erlina meminta masyarakat tetap berfokus pada penguatan imunitas tubuh dan berpegang para protokol kesehatan untuk meminimalisir probabilitas penyakit ini.
Saat ini, pemerintah China telah menyebar aturan tentang pelarangan aktivitas luar rumah bagi orang dengan kondisi fisik yang sedang sakit. Hingga Kamis (30/11/2023), pemerintah Indonesia juga belum memberlakukan travel ban bagi warga yang datang dari China merespons peningkatan kasus pneumonia tersebut.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Roni Yunianto
Meski belum ada kasus pasti di wilayah Indonesia, IDI menyarankan masyarakat kembali menggunakan masker dan menegakkan pola hidup bersih, seperti mencuci tangan dan membawa cairan sanitasi tangan.
Anggota Bidang Penyakit Menular PB-IDI Erlina Burhan menyebut, penyakit yang merebak di China itu dinamai Mycoplasma Pneumonia. Di China, penyakit ini menjadi ancaman baru bagi masyarakat terutamanya anak-anak.
Jenis penyakit yang tersebut itu masuk dalam kategori pneumonia komunitas, yakni penyakit pneumonia yang disebabkan dari virus, bakteri, jamur, dan parasit yang didapat dari masyarakat.
Erlina menyebut, jenis mycoplasma pneumonia ini masuk dalam kategori bakteri atipikal yang tidak dapat diidentifikasi dengan prosedur diagnostik pneumonia pada umumnya. Hampir 7-20% kejadian pneumonia atipikal ini disebabkan oleh adanya infeksi bakteri atipikal.
“Umumnya yang terkena mycoplasma pneumonia akan minim gejala, tapi kalau ditemukan bersama kuman gram negatif mungkin bisa menyebabkan gejala yang para dan berat dan butuh perawatan ke rumah sakit,” kata Erlina.
Baca juga: WHO Ungkap Fakta-fakta Tentang Merebaknya Pneumonia China
Meski baru merebak di China, sebetulnya mycoplasma pneumonia ini sudah pernah terjadi sebelum pandemi Covid-19. Sebesar 8,61% kasus mycoplasma pneumonia dilaporkan dari 2017 hingga 2020. Kemudian insidensinya menurun sekitar 1,69% pada 2021, lalu menurun lagi pada 0,7% pada 2022 seiring dengan peran pengetatan protokol kesehatan di seluruh dunia.
“Kita bisa kembali belajar dari Covid-19. Protokol kesehatan seperti mencuci tangan dan memakai masker harus ditegakkan kembali. Sebab jenis penyakit ini memang menyebarnya melalui droplet,” imbuhnya.
Erlina menjelaskan, mycoplasma pneumonia adalah bakteri patogan ekstrasel yang sangat bergantung pada epitel sistem pernapasan untuk bertahan hidup. Jenis bakteri ini akan menempel pada saluran pernapasan, kemudian memproduksi hidrogen peroksida dan superoksida yang berbahaya terhadap sel. Kemudian produksi zat bahaya ini akan membat sel epitel menjadi rusak.
Secara umum, gejala infeksi mycoplasma pneumonia ini akan tampak ringan pada rentang 1-4 pekan pertama setelah infeksi. Kemudian gejalanya akan berlanjut dengan batuk hingga berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Gejala batuk berat ini disertai sakit pada tenggorokan, demam, nyeri kepala, hingga lemas. Bakteri ini juga akan lebih ganas jika menyerang orang dengan riwayat penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Negara yang sudah menemukan kasus ini diluar China adalah Denmark. Dengan peningkatan kasus bergejala di China, Erlina menyebut kasus infeksi mycoplasma pneumonia ini bisa saja masuk ke Indonesia seperti yang terjadi di Denmark dan Belanda.
Baca juga: Apakah Pneumonia Dapat Disembuhkan? Begini Penjelasan Dokter
Faktor mobilitas masyarakat Indonesia yang tinggi dan tidak bisa dikontrol serta penularan bakteri melalui droplet patut menjadi kewaspadaan utama bagaimana penyakit ini berkemungkinan menyebar. Namun Erlina meminta masyarakat tetap berfokus pada penguatan imunitas tubuh dan berpegang para protokol kesehatan untuk meminimalisir probabilitas penyakit ini.
Saat ini, pemerintah China telah menyebar aturan tentang pelarangan aktivitas luar rumah bagi orang dengan kondisi fisik yang sedang sakit. Hingga Kamis (30/11/2023), pemerintah Indonesia juga belum memberlakukan travel ban bagi warga yang datang dari China merespons peningkatan kasus pneumonia tersebut.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.