Gerak Lincah Penari dalam Balet Kontemporer The Birds
04 December 2023 |
14:00 WIB
Sebelas penari bergerak trengginas ditingkahi musik piano di atas panggung. Mereka bergerak melompat, mengayun, memburai, dan kembali menyatu, laiknya gerombolan burung-burung yang sedang berkumpul bersama kelompoknya.
Namun, ada satu sosok yang menjadi sorotan dalam adegan ini. Yakni penari berambut putih yang hanya diam di atas kursi. Mereka dikelilingi sepuluh penari muda lain, yang seolah berempati, sekaligus melindunginya dari marabahaya.
Baca juga: Bawakan Karya Maestro Farida Oetoyo, Pementasan Balet The Birds Dihelat Desember 2023
Adegan tersebut, merupakan bagian pembuka dari pertunjukan The Birds, karya Kreativität Dance Indonesia. Diproduksi Rumah Karya Sjuman, pementasan tari ini berlangsung belum lama ini di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta .
The Birds, atau burung-burung merupakan bentuk interpretasi ulang karya maestro balet Indonesia, Farida Oetoyo. Sebelumnya, pertunjukan ini pertama kali dipentaskan pada gelaran Art Summit Indonesia, di Gedung Kesenian Jakarta pada 2001 silam.
Arkian, setelah tirai panggung dibuka, terdengar alunan komposisi The Birds karya Indra Lesmana dan Aksan Sjuman. Lalu, mengalirlah tarian peace, freedom and love; parakeet; the twin peacocks; singing birds; sacred wings; war; dan life goes on, yang menghipnotis telinga dan mata penonton.
Permainan tata cahaya dengan properti yang minimalis, juga berhasil dimanfaatkan dengan apik. Dengan lentur, mereka membuat komposisi sembari mengisi ruang-ruang kosong di atas panggung, atau sesekali merespons properti seperti kursi, dan meja dengan duduk dan menaikinya.
Semua koreografi itu kian hidup dengan iringan musik yang dinamis, yang menggambarkan emosi dari para penari. Terlebih, dalam setiap komposisi, para penari juga menghadirkan berbagai kisah yang saling berkaitan, serta disajikan melalui bahasa tari yang universal.
Aksan Sjuman, Artistic Director Kreativität Dance Indonesia mengatakan, berbeda dengan pementasan sebelumnya, pertunjukan kali ini memang dikemas lebih unik. Terutama dengan mengaransemen ulang tujuh nomor komposisi album The Birds serta pendekatan tari yang lebih cair.
Tak hanya itu, dalam pementasan ini pihaknya juga menjalin kolaborasi dengan koreografer-koreografer lintas generasi, seperti Wenny Halim, Nudiandra Sarasvati, Yudistira Sjuman, dan Alm. Marich Prakoso, yang mengedepankan kerja sama dalam memaknai ulang ide karya dari Farida Oetoyo ke dalam kemasan yang baru.
"Saya juga menggandeng Indra Lesmana untuk berkolaborasi dalam mengaransemen ulang musik The Birds sesuai dengan perkembangan musik di Indonesia saat ini," katanya.
Proses Persiapan
Artistic Director Ballet Sumber Cipta, Wenny Halim, mengatakan, The Birds merupakan karya pertunjukan yang dibuat dengan pendekatan tari kontemporer, agar lebih bisa diterima oleh anak-anak muda, sekaligus memaknai ulang dari pertunjukan sebelumnya.
Menurut Wenny, karya dari Farida Oetoyo ini saat dulunya dipentaskan, memang mendapat sambutan yang cukup antusias dari para penggemar balet di Tanah Air. Dari sinilah dia mencoba untuk mengangkatnya kembali dalam rangka perayaan 25 Tahun Kreativität Dance Indonesia.
Adapun, inspirasi gerakan dalam tarian yang dibuat dalam waktu dua bulan itu dulunya diperoleh sang maestro saat melihat sekawanan burung di pekarangan rumahnya. Namun, burung-burung tersebut kerap menjadi sasaran tembakan dari para pemburu.
Gerakan burung yang terkena tembakan lalu sekarat itulah yang membuat sang pemburu menyesal karena membuat burung itu mati. Dari sinilah Farida menyimpulkan bahwa esensi setiap kecantikan sifatnya hanya sementara dan siapa pun bisa kehilangannya.
Berbeda dari pementasan sebelumnya yang hanya menghadirkan 14 penari, dalam pementasan ini mereka menggaet 26 penari dari dalam dan luar negeri. Salah satunya adalah dengan menampilkan seorang penari tamu dari Balet Manila, Filipina, John Balagot.
"Ini kolaborasi yang membuat kami happy, karena saya percaya kehadiran John Balagot akan membuat perbedaan yang menarik dan menghadirkan elemen yang berbeda dalam pertunjukan," terang Wenny.
Momen tersebut, akhirnya terejawantah saat dia dan John menghadirkan koreografi pas de deux dan lift up. Pas de deux adalah tarian yang dilakukan dua penari yang biasanya pria dan wanita, sedangkan lift up adalah gerakan dimana penari perempuan diangkat oleh penari laki-laki.
Untuk mempersiapkan pertunjukan ini, Wenny membutuhkan waktu sekitar seminggu dari setiap adegan yang dihadirkan. Lantaran terdiri dari berbagai babak, dia biasanya menggilir latihan penari secara berkala, untuk kemudian dijahit menjadi pertunjukan yang utuh bersama para musisi.
"Pertunjukan yang dulu itu, unsur baletnya masih banyak, tidak seperti dance kontemporer yang sekarang. Salah satunya adalah adegan flooring atau tiduran di lantai. Artinya, secara teknik juga banyak yang berkembang," katanya.
Baca juga: Lincah & Humor Penari Balet Italia dalam Pertunjukan Balloon!
Editor: Dika Irawan
Namun, ada satu sosok yang menjadi sorotan dalam adegan ini. Yakni penari berambut putih yang hanya diam di atas kursi. Mereka dikelilingi sepuluh penari muda lain, yang seolah berempati, sekaligus melindunginya dari marabahaya.
Baca juga: Bawakan Karya Maestro Farida Oetoyo, Pementasan Balet The Birds Dihelat Desember 2023
Adegan tersebut, merupakan bagian pembuka dari pertunjukan The Birds, karya Kreativität Dance Indonesia. Diproduksi Rumah Karya Sjuman, pementasan tari ini berlangsung belum lama ini di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta .
(Sumber foto:Yose Riady/Rumah Karya Sjuman)
Arkian, setelah tirai panggung dibuka, terdengar alunan komposisi The Birds karya Indra Lesmana dan Aksan Sjuman. Lalu, mengalirlah tarian peace, freedom and love; parakeet; the twin peacocks; singing birds; sacred wings; war; dan life goes on, yang menghipnotis telinga dan mata penonton.
Permainan tata cahaya dengan properti yang minimalis, juga berhasil dimanfaatkan dengan apik. Dengan lentur, mereka membuat komposisi sembari mengisi ruang-ruang kosong di atas panggung, atau sesekali merespons properti seperti kursi, dan meja dengan duduk dan menaikinya.
Semua koreografi itu kian hidup dengan iringan musik yang dinamis, yang menggambarkan emosi dari para penari. Terlebih, dalam setiap komposisi, para penari juga menghadirkan berbagai kisah yang saling berkaitan, serta disajikan melalui bahasa tari yang universal.
Aksan Sjuman, Artistic Director Kreativität Dance Indonesia mengatakan, berbeda dengan pementasan sebelumnya, pertunjukan kali ini memang dikemas lebih unik. Terutama dengan mengaransemen ulang tujuh nomor komposisi album The Birds serta pendekatan tari yang lebih cair.
Tak hanya itu, dalam pementasan ini pihaknya juga menjalin kolaborasi dengan koreografer-koreografer lintas generasi, seperti Wenny Halim, Nudiandra Sarasvati, Yudistira Sjuman, dan Alm. Marich Prakoso, yang mengedepankan kerja sama dalam memaknai ulang ide karya dari Farida Oetoyo ke dalam kemasan yang baru.
"Saya juga menggandeng Indra Lesmana untuk berkolaborasi dalam mengaransemen ulang musik The Birds sesuai dengan perkembangan musik di Indonesia saat ini," katanya.
Proses Persiapan
Artistic Director Ballet Sumber Cipta, Wenny Halim, mengatakan, The Birds merupakan karya pertunjukan yang dibuat dengan pendekatan tari kontemporer, agar lebih bisa diterima oleh anak-anak muda, sekaligus memaknai ulang dari pertunjukan sebelumnya.
Menurut Wenny, karya dari Farida Oetoyo ini saat dulunya dipentaskan, memang mendapat sambutan yang cukup antusias dari para penggemar balet di Tanah Air. Dari sinilah dia mencoba untuk mengangkatnya kembali dalam rangka perayaan 25 Tahun Kreativität Dance Indonesia.
Adapun, inspirasi gerakan dalam tarian yang dibuat dalam waktu dua bulan itu dulunya diperoleh sang maestro saat melihat sekawanan burung di pekarangan rumahnya. Namun, burung-burung tersebut kerap menjadi sasaran tembakan dari para pemburu.
Gerakan burung yang terkena tembakan lalu sekarat itulah yang membuat sang pemburu menyesal karena membuat burung itu mati. Dari sinilah Farida menyimpulkan bahwa esensi setiap kecantikan sifatnya hanya sementara dan siapa pun bisa kehilangannya.
(Sumber gambar: Yose Riady/Rumah Karya Sjuman)
"Ini kolaborasi yang membuat kami happy, karena saya percaya kehadiran John Balagot akan membuat perbedaan yang menarik dan menghadirkan elemen yang berbeda dalam pertunjukan," terang Wenny.
Momen tersebut, akhirnya terejawantah saat dia dan John menghadirkan koreografi pas de deux dan lift up. Pas de deux adalah tarian yang dilakukan dua penari yang biasanya pria dan wanita, sedangkan lift up adalah gerakan dimana penari perempuan diangkat oleh penari laki-laki.
Untuk mempersiapkan pertunjukan ini, Wenny membutuhkan waktu sekitar seminggu dari setiap adegan yang dihadirkan. Lantaran terdiri dari berbagai babak, dia biasanya menggilir latihan penari secara berkala, untuk kemudian dijahit menjadi pertunjukan yang utuh bersama para musisi.
"Pertunjukan yang dulu itu, unsur baletnya masih banyak, tidak seperti dance kontemporer yang sekarang. Salah satunya adalah adegan flooring atau tiduran di lantai. Artinya, secara teknik juga banyak yang berkembang," katanya.
Baca juga: Lincah & Humor Penari Balet Italia dalam Pertunjukan Balloon!
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.