Ada Laporan Mycoplasma Pneumoniae di Jakarta, Kenali Gejala & Cara Pencegahannya
04 December 2023 |
01:30 WIB
Kasus pneumonia pada anak-anak perlu diwaspadai. Menyusul China yang pada November 2023 lalu mengalami lonjakan pasien pneumonia pada anak-anak, kini wabah penyakit pernapasan itu juga telah terjadi di beberapa negara Eropa dan Asia seperti Belanda, Denmark, India, Taiwan, Vietnam, termasuk Indonesia.
Menurut laporan Institut Penelitian Layanan Kesehatan Belanda (NIVEL), jumlah anak usia 5 hingga 14 tahun yang menderita pneumonia meningkat menjadi 130 per 100.000 anak dalam seminggu, hingga 26 November 2023. Laporan itu juga menyebutkan banyak kasus pneumonia pada kelompok anak muda berusia antara 15-24 tahun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Baca juga: IDI Beberkan Probabilitas Kasus Pneumonia China Bisa Masuk ke Indonesia
Meski demikian, belum diketahui apakah peningkatan kasus pneumonia di China ada hubungannya dengan peningkatan kasus di Belanda. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya telah mengeluarkan permintaan resmi untuk data pasien anak-anak yang terjangkit pneumonia di China.
Sementara itu, Statens Serum Institute (SSI) di Denmark melaporkan peningkatan jumlah warga yang dinyatakan positif mengidap pneumonia karena kasusnya meningkat lebih dari tiga kali lipat dalam lima minggu, dari 168 kasus menjadi 541 kasus.
Di Indonesia, Dinas Kesehatan DKI Jakarta menerima laporan anak terinfeksi bakteri mycoplasma pneumoniae berdasarkan tes polymerase chain reaction (PCR). Kendati demikian, dinas terkait masih menghimpun jumlah pasti anak yang terinfeksi melalui pemeriksaan yang spesifik untuk mengetahui jenis bakteri penyebab pneumonia.
Melansir dari laman Independent, WHO dan otoritas kesehatan China menyebutkan bahwa wabah pneumonia bukan dipicu oleh patogen baru, disinyalir disebabkan oleh bakteri mycoplasma pneumoniae, atau yang dikenal juga dengan sebutan pneumonia berjalan yakni infeksi bakteri umum yang biasanya menyerang anak-anak.
Mycoplasma pneumoniae adalah bakteri yang dapat menyebabkan penyakit dengan cara merusak lapisan sistem pernapasan seperti di tenggorokan, paru-paru, dan batang tenggorokan. Dokter Spesialis Anak Gina Noor Djalilah mengatakan pneumonia ini bisa menyerang semua usia akan tetapi akan sangat rawan menyerang anak-anak dan lansia.
Gina menjelaskan gejala mycoplasma pneumonia hampir sama dengan gejala pneumonia pada umumnya, dan ini bukan pneumonia baru. Di China, mycoplasma pneumonia sudah terdeteksi ada sejak belasan tahun lalu dan sudah banyak riset tentang pneumonia ini dalam kurun waktu tersebut.
"Hanya, lonjakan kasus yang sangat tajam dengan durasi sakit yang lebih lama pada anak-anak menjadi perhatian khusus," katanya.
Mengutip dari laman CDC, ketika seseorang terinfeksi mycoplasma pneumonia dan mengalami batuk atau bersin, mereka akan mengeluarkan tetesan pernapasan kecil yang mengandung bakteri tersebut. Orang lain dapat tertular jika mereka menghirup tetesan tersebut.
Kebanyakan orang yang menghabiskan waktu singkat dengan seseorang yang menderita mycoplasma pneumoniae tidak akan tertular. Namun, bakteri tersebut sering kali menyebar di antara orang-orang yang tinggal bersama karena mereka sering menghabiskan waktu bersama. Adapun, wabah mycoplasma pneumonia lebih cepat menyebar di tempat-tempat ramai seperti sekolah, asrama, fasilitas, dan rumah sakit.
Secara umum, gejala infeksi yang disebabkan oleh mycoplasma pneumoniae bersifat ringan. Gejalanya tergantung pada jenis infeksinya. Jenis infeksi yang paling sering terjadi ialah tracheobronchitis yang disertai dengan beberapa gejala seperti sakit tenggorokan, merasa lelah, demam, batuk yang memburuk secara perlahan dan dapat berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan, serta sakit kepala.
Sementara, anak-anak di bawah usia 5 tahun yang terkena infeksi mycoplasma pneumoniae mungkin memiliki gejala yang berbeda dengan anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa. Beberapa gejala yang biasanya dialami yakni bersin, hidung tersumbat atau berair, sakit tenggorokan, mata berair, mengi, muntah, dan diare.
Infeksi pernapasan yang disebabkan bakteri mycoplasma pneumonia bisa dicegah dengan beberapa cara seperti yang dianjurkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Kementerian Kesehatan RI berikut ini.
1. Memberi ASI eksklusif dan MPASI yang memadai. Pada bayi, pemberian asupan ASI dan MPASI yang cukup akan memberikan proteksi perlindungan alamiah pada bayi dalam hal gizi. MPASI atau makanan pendamping ASI dianjurkan untuk mulai diberikan sejak bayi berusia 6 bulan, sedangkan ASI dapat diberikan hingga usia 2 tahun
2. Lengkapi imunisasi anak. Imunisasi yang lengkap dapat menjadi salah satu cara mencegah pneumonia anak, dan juga berbagai penyakit lain seperti campak, batuk rejan, difteri, dan penyakit berat lainnya.
3. Selalu cuci tangan dengan sabun. Dengan mencuci tangan secara rutin, anak-anak bisa terlindungi dari berbagai penyakit serius, seperti pneumonia, diare, bahkan Covid-19. Cuci tangan yang rutin menjadi penting karena ada jutaan bakteri dan virus tak kasat mata yang bisa menempel di tangan.
4. Tidak melakukan kontak atau menerapkan jaga jarak aman dengan orang yang sakit.
5. Memakai masker saat berada di tempat umum. Masker sangat efektif untuk mencegah penularan pneumonia yang disebabkan oleh droplet pernafasan yang dihirup. Penggunaan masker yang benar juga diperlukan agar penularan pneumonia dapat dicegah terutama saat anak-anak berada di tempat umum. Apabila merasa kurang enak badan atau sakit, sebaiknya tidak keluar rumah dan tetap menggunakan masker dengan baik serta benar.
6. Kurangi polusi dalam rumah. Polusi udara seperti asap rokok juga bisa menjadi salah satu faktor risiko pneumonia pada anak. Selain itu, pastikan rumah memiliki ventilasi yang baik.
Baca juga: WHO Ungkap Fakta-fakta Tentang Merebaknya Pneumonia China
Editor: Dika Irawan
Menurut laporan Institut Penelitian Layanan Kesehatan Belanda (NIVEL), jumlah anak usia 5 hingga 14 tahun yang menderita pneumonia meningkat menjadi 130 per 100.000 anak dalam seminggu, hingga 26 November 2023. Laporan itu juga menyebutkan banyak kasus pneumonia pada kelompok anak muda berusia antara 15-24 tahun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Baca juga: IDI Beberkan Probabilitas Kasus Pneumonia China Bisa Masuk ke Indonesia
Meski demikian, belum diketahui apakah peningkatan kasus pneumonia di China ada hubungannya dengan peningkatan kasus di Belanda. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya telah mengeluarkan permintaan resmi untuk data pasien anak-anak yang terjangkit pneumonia di China.
Sementara itu, Statens Serum Institute (SSI) di Denmark melaporkan peningkatan jumlah warga yang dinyatakan positif mengidap pneumonia karena kasusnya meningkat lebih dari tiga kali lipat dalam lima minggu, dari 168 kasus menjadi 541 kasus.
Di Indonesia, Dinas Kesehatan DKI Jakarta menerima laporan anak terinfeksi bakteri mycoplasma pneumoniae berdasarkan tes polymerase chain reaction (PCR). Kendati demikian, dinas terkait masih menghimpun jumlah pasti anak yang terinfeksi melalui pemeriksaan yang spesifik untuk mengetahui jenis bakteri penyebab pneumonia.
Anak-anak rentan terpapar infeksi pneumonia. (Sumber gambar: David Veksler/Unsplash)
Mycoplasma pneumoniae adalah bakteri yang dapat menyebabkan penyakit dengan cara merusak lapisan sistem pernapasan seperti di tenggorokan, paru-paru, dan batang tenggorokan. Dokter Spesialis Anak Gina Noor Djalilah mengatakan pneumonia ini bisa menyerang semua usia akan tetapi akan sangat rawan menyerang anak-anak dan lansia.
Gina menjelaskan gejala mycoplasma pneumonia hampir sama dengan gejala pneumonia pada umumnya, dan ini bukan pneumonia baru. Di China, mycoplasma pneumonia sudah terdeteksi ada sejak belasan tahun lalu dan sudah banyak riset tentang pneumonia ini dalam kurun waktu tersebut.
"Hanya, lonjakan kasus yang sangat tajam dengan durasi sakit yang lebih lama pada anak-anak menjadi perhatian khusus," katanya.
Mengutip dari laman CDC, ketika seseorang terinfeksi mycoplasma pneumonia dan mengalami batuk atau bersin, mereka akan mengeluarkan tetesan pernapasan kecil yang mengandung bakteri tersebut. Orang lain dapat tertular jika mereka menghirup tetesan tersebut.
Kebanyakan orang yang menghabiskan waktu singkat dengan seseorang yang menderita mycoplasma pneumoniae tidak akan tertular. Namun, bakteri tersebut sering kali menyebar di antara orang-orang yang tinggal bersama karena mereka sering menghabiskan waktu bersama. Adapun, wabah mycoplasma pneumonia lebih cepat menyebar di tempat-tempat ramai seperti sekolah, asrama, fasilitas, dan rumah sakit.
Gejala Mycoplasma Pneumoniae
Secara umum, gejala infeksi yang disebabkan oleh mycoplasma pneumoniae bersifat ringan. Gejalanya tergantung pada jenis infeksinya. Jenis infeksi yang paling sering terjadi ialah tracheobronchitis yang disertai dengan beberapa gejala seperti sakit tenggorokan, merasa lelah, demam, batuk yang memburuk secara perlahan dan dapat berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan, serta sakit kepala.Sementara, anak-anak di bawah usia 5 tahun yang terkena infeksi mycoplasma pneumoniae mungkin memiliki gejala yang berbeda dengan anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa. Beberapa gejala yang biasanya dialami yakni bersin, hidung tersumbat atau berair, sakit tenggorokan, mata berair, mengi, muntah, dan diare.
Pencegahan Mycoplasma Pneumonia
Infeksi pernapasan yang disebabkan bakteri mycoplasma pneumonia bisa dicegah dengan beberapa cara seperti yang dianjurkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Kementerian Kesehatan RI berikut ini.1. Memberi ASI eksklusif dan MPASI yang memadai. Pada bayi, pemberian asupan ASI dan MPASI yang cukup akan memberikan proteksi perlindungan alamiah pada bayi dalam hal gizi. MPASI atau makanan pendamping ASI dianjurkan untuk mulai diberikan sejak bayi berusia 6 bulan, sedangkan ASI dapat diberikan hingga usia 2 tahun
2. Lengkapi imunisasi anak. Imunisasi yang lengkap dapat menjadi salah satu cara mencegah pneumonia anak, dan juga berbagai penyakit lain seperti campak, batuk rejan, difteri, dan penyakit berat lainnya.
3. Selalu cuci tangan dengan sabun. Dengan mencuci tangan secara rutin, anak-anak bisa terlindungi dari berbagai penyakit serius, seperti pneumonia, diare, bahkan Covid-19. Cuci tangan yang rutin menjadi penting karena ada jutaan bakteri dan virus tak kasat mata yang bisa menempel di tangan.
4. Tidak melakukan kontak atau menerapkan jaga jarak aman dengan orang yang sakit.
5. Memakai masker saat berada di tempat umum. Masker sangat efektif untuk mencegah penularan pneumonia yang disebabkan oleh droplet pernafasan yang dihirup. Penggunaan masker yang benar juga diperlukan agar penularan pneumonia dapat dicegah terutama saat anak-anak berada di tempat umum. Apabila merasa kurang enak badan atau sakit, sebaiknya tidak keluar rumah dan tetap menggunakan masker dengan baik serta benar.
6. Kurangi polusi dalam rumah. Polusi udara seperti asap rokok juga bisa menjadi salah satu faktor risiko pneumonia pada anak. Selain itu, pastikan rumah memiliki ventilasi yang baik.
Baca juga: WHO Ungkap Fakta-fakta Tentang Merebaknya Pneumonia China
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.