Ilustrasi wanita yang sudah menopause. (Sumber gambar : Stefamerpik/Freepik)

Waspada, Menopause Bisa Picu Gangguan Mental

30 November 2023   |   18:42 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Menopause dapat memicu masalah kesehatan mental. Tidak jarang perempuan merasa hidupnya telah berakhir jika sudah mengalami fase ini karena kesehatan tubuh langsung menurun dan kerap mengalami stress. Menopause merupakan proses biologis yang terjadi pada semua perempuan, atau berhentinya masa menstruasi.

Spesialis Kedokteran Jiwa dari Rumah Sakit Ciptomangunkusumo Natalia Widiasih Raharjanti menjelaskan, perubahan hormon yang dialami perempuan dalam masa menopause menyebabkan gejala-gejala yang menganggu produktivitas dan dapat menurunkan kualitas hidup. 

Baca juga: Menopause Dini Semakin Mengintai Wanita Muda, Kenali Penyebab & Pencegahannya

Dalam melewati fase menopause tersebut, diperlukan persiapan bagi perempuan serta lingkungan sekitar untuk menghadapi fase ini. Dalam mengelola stres yang dialami perempuan menopause, menurut Natalia, perlu melihat kembali dari segi biologis, psikologis, dan sosial.

Perubahan biologis terjadi akibat perubahan hormonal yang ditandai dengan peningkatan hormon perangsang folikel (FSH) dan hormon pelutein (LH), serta penurunan estrogen juga progesterone. Kondisi ini akan memicu berbagai perubahan fisik maupun kognitif. 

Seorang yang akan mengalami fase menopause dapat mengalami gejala seperti obesitas, vagina kering, semburan panas (hot flash es), demam gangguan tidur, hingga tekanan darah meningkat. Kondisi ini berpotensi menyebabkan distres akibat perubahan persepsi terhadap tubuh yang mengikuti proses penuaan. 

Pada aspek kognitif, Natalia menyebut estrogen memiliki sifat neuroprotektif melalui berbagai mekanisme, seperti mengatur tumbuhnya sel saraf dan mencegah kematian sel. Nah, penurunan kadar estrogen akan menyebabkan penurunan pengaruh neuroprotektif sehingga terjadi kematian sel saraf di otak yang lebih sering dan lebih banyak. 

“Hal ini akan menimbulkan penurunan performa ingatan dan kesulitan dalam berkomunikasi. Gangguan kognitif ini berpotensi menimbulkan distress,” ujarnya dalam sebuah diskusi di Jakarta, Kamis (30/11/2023). 

Selain itu, seorang dengan menopause dapat memiliki gangguan psikologis. Hal ini juga timbul akibat perubahan neurohormonal serta adanya gejala fisik. 

Beberapa faktor yang memengaruhi kemunculan dan berat dari gangguan psikologis seperti adanya riwayat gangguan psikologis sebelumnya, status sosioekonomi, berbagai peristiwa hidup, gaya hidup merokok, dan sikap dan pandangan terhadap menopause.

Faktor lainnya yakni terdapat perubahan sosial yang terjadi pada orang dengan menopause, seperti munculnya fenomena emptyness syndrome yaitu anak yang sudah tidak tinggal bersama orang tua, stabilitas finansial dan pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat kemandirian dan keinginan untuk mandiri. Kemudian, kekerasan terhadap orang tua, perubahan gairah seksual, kesendirian dan perasaan sendiri, serta tuntutan masyarakat terhadap perempuan itu sendiri. 

Berbagai kondisi ini dapat diinternalisasi dan memicu timbulnya insecurity. Perasaan ini akan menimbulkan negative body image, yaitu perasaan negatif terhadap kondisi dirinya saat ini. “Kondisi ini berpotensi memicu gangguan psikologis, kasus perceraian, maupun masalah di dalam keluarga," jelas Natalia.

Untuk meminimalisirnya, Natalia menyarankan agar para wanita mempersiapkan diri pada usia menjelang menopause. Adapun rata-rata usia menopause yakni 45-55 tahun. 

Adapun persiapan yang perlu dilakukan, pertama, yakni menyadari bahwa menopause adalah fase yang dialami oleh hampir setiap perempuan. Perlu diingat, dalam menjalani fase ini, kita tidak sendiri. “Kita juga perlu menyadari bahwa ada orang-orang terdekat yang mampu mendukung kita,” tuturnya.

Kedua, setiap perempuan perlu mengenali dan menyayangi diri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Jika ingin mengubah diri, penting membuat target yang dapat dicapai dan sesuai dengan kapasitas saat ini. 

Ketiga, mencari bantuan tenaga kesehatan profesional seperti psikolog maupun psikiater jika terdapat kesulitan dalam menjalani fase menopause. Lingkungan sosial menurut Natalia juga penting dalam mendukung perempuan menjalani fase menopause secara lebih menyenangkan. “Penting untuk melakukan terapi pada perempuan menopause secara holistik,” sebutnya.

Baca juga: Tip Menjaga Kesehatan Mental Bagi Perempuan Ala Tara de Thouars


Editor: Indyah Sutriningrum

SEBELUMNYA

Line Up Spotify Wrapped 2023 Live Indonesia, Ada James Arthur dan Bambam GOT7

BERIKUTNYA

Cerita di Balik Lagu Langit Bantu Rindu, Single Baru 2ND Chance yang Bahas Cinta Jarak Jauh

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: