Wisata dengan Jet Pribadi Makin Diminati
29 November 2023 |
18:20 WIB
Industri pariwisata Indonesia terus bergeliat seiring meredanya pandemi. Pada saat bersamaan, penggunaan moda transportasi sebagai penunjang pariwisata pun kian meningkat. Menariknya, angkutan dengan tipe premium atau mewah mendapatkan tempat tersendiri di pasar tertentu.
Wisata yang menjunjung tinggi pengalaman perjalanan serba mewah dan megah hadir di berbagai sarana transportasi, tak terkecuali pesawat udara, mulai dari layanan charter hingga jet pribadi. Data dari Global Private Aircraft Market menyebutkan bahwa pendapatan pasar pesawat pribadi global mencapai US$24 miliar, dan diperkirakan meningkat mencapai US$25,2 miliar pada 2023.
Di Indonesia, tren layanan pesawat jet pribadi juga kian masif. Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (INACA) menyebutkan bahwa pada periode 24 Januari-10 Maret 2022 saja, jumlah penerbangan pesawat pribadi dari 14 maskapai di Bandara Soekarno-Hatta mencapai 523 penerbangan. Terdiri dari 353 penerbangan domestik dan 170 penerbangan internasional.
Baca juga: 4 Destinasi Wisata Island Hopping di Indonesia Paling Eksotis
Dari jumlah tersebut, tercatat ada sebanyak 2.584 yang menggunakan layanan pesawat pribadi. INACA menyebutkan bahwa maraknya layanan penerbangan pesawat pribadi terjadi setelah proses revitalisasi yang dilakukan di bandara. Kini, selain di Bandara Halim Perdanakusuma, layanan jet pribadi juga beroperasi di Bandara Soekarno-Hatta.
Selain untuk keperluan transportasi, jet pribadi kian diminati lantaran menawarkan layanan mewah yang dipersonalisasi. Setiap penyewa jet pribadi bebas menentukan perjalanan sekaligus layanan yang diinginkan selama dalam pesawat. Rian, Pemilik Jet Pribadi Asia mengatakan tren bisnis jet pribadi pasca pandemi di Indonesia saat ini masih relatif stabil.
Dia mengungkapkan puncak permintaan jet pribadi justru terjadi pada saat pandemi. Saat itu, banyak orang dari kalangan atas yang ingin tetap bepergian namun tetap merasa aman, salah satunya dengan menggunakan jet pribadi.
Di samping itu, tak sedikit juga orang yang menyewa jet pribadi untuk keperluan berobat ke luar negeri (medivac). Bahkan, sangking banyaknya permintaan, rata-rata jumlah penerbangan jet pribadi pada masa pandemi bisa mencapai 100 lebih penerbangan dalam sebulan.
Di sisi lain, di musim politik seperti sekarang ini, Rian mengatakan permintaan jet pribadi juga cukup banyak dari kalangan pejabat pemerintah khususnya untuk kebutuhan kampanye. "Sekarang rata-rata ada 50 penerbangan lebih jet pribadi dalam sebulannya. Pertumbuhannya tidak terlalu signifikan, tapi trafik jet pribadi selalu ramai," katanya saat dihubungi Hypeabis.id, belum lama ini.
Rian menjelaskan penyewa jet pribadi biasanya lebih banyak datang dari kalangan pengusaha dan pejabat, yang ingin melakukan perjalanan dengan cepat dan privat atau tidak bercampur dengan orang lain. Selain itu, penumpang juga biasanya memesan jet pribadi untuk keperluan acara keluarga, rekan kerja, mitra bisnis, hingga kelompok sosialita.
Adapun, beberapa rute domestik yang paling banyak dikunjungi oleh penyewa diantaranya Bali, Labuan Bajo, Makassar, Medan, Balikpapan, dan kota-kota besar lainnya. Sementara untuk rute mancanegara yang banyak dikunjungi adalah Singapura dan Malaysia. Tak hanya berlibur, kunjungan kerja atau keperluan bisnis, jet pribadi juga biasanya digunakan untuk kebutuhan berobat ke luar negeri.
Menurut Rian, salah satu faktor yang membuat minat penyewaan jet pribadi masih diminati lantaran fasilitas dan layanan spesialnya untuk penumpang. Berbeda dengan pesawat reguler, jet pribadi menyediakan fasilitas jadwal penerbangan yang lebih fleksibel sesuai dengan keinginan penumpang, tidak perlu mengurus proses check in, fasilitas VIP lounge, hingga antar jemput sampai depan pesawat.
Baca juga: 5 Destinasi Wisata di Indonesia yang Cocok Untuk Solo Traveling
Tak hanya itu, penumpang juga bisa memesan menu makanan apa yang ingin dihidangkan selama perjalanan di dalam pesawat. Lantaran sifat pelayanannya yang terpersonalisasi alias sesuai dengan keinginan penumpang, tarif untuk menyewa jet pribadi pun berbeda-beda. Tarifnya disesuaikan dengan kapasitas maksimal pesawat mulai dari 6, 8, 13 hingga 15 seat.
Faktor lainnya ialah rute penerbangan yang dipilih, serta lamanya penyewaan apakah hanya drop off, pulang pergi pada hari yang sama, atau pulang pergi pada hari yang berbeda. Untuk yang terakhir, berarti pesawat akan menginap di bandara tujuan sebelum kembali ke bandara asal.
"Karena kami mainnya masih di Asia seperti Singapura dan Manila, jadi umumnya tarifnya masih di bawah US$100.000. Tapi tidak menutup kemungkinan untuk rute yang jauh," katanya.
Menurutnya, salah satu tantangan yang dihadapi dalam mengelola bisnis penyewaan jet pribadi ialah memenuhi kebutuhan dan keinginan para penumpang yang bermacam-macam dan unik. Semua permintaan dari penumpang itu harus bisa dipenuhi olehnya dan tim.
Di samping itu, terkadang kendala juga datang dari ketersediaan armada. Ketika permintaan sedang tinggi, namun ketersediaan pesawatnya tidak memadai. Pasalnya, jet pribadi memiliki jadwal maintenance atau pemeliharaan yang cukup rutin dan ketat yang sudah terjadwal. Jika kondisi seperti itu, mau tak mau harus mencari jet pribadi dari penyedia lain.
Baca juga: Hypereport: Menata Jakarta Sebagai Kota Pariwisata Jelang Perpindahan IKN
Rian menilai ke depan, kebutuhan akan jet pribadi masih selalu ada dan terus tinggi. Menurutnya, masih banyak orang yang menginginkan perjalanan menggunakan pesawat pribadi yang cepat dan efisien. Oleh karena itu, untuk menjangkau penumpang yang lebih luas, dia akan melakukan promosi secara digital lebih masif lagi. "Karena masih banyak pihak yang tidak tahu harus pesan jet pribadi dengan siapa," katanya.
Editor: Fajar Sidik
Wisata yang menjunjung tinggi pengalaman perjalanan serba mewah dan megah hadir di berbagai sarana transportasi, tak terkecuali pesawat udara, mulai dari layanan charter hingga jet pribadi. Data dari Global Private Aircraft Market menyebutkan bahwa pendapatan pasar pesawat pribadi global mencapai US$24 miliar, dan diperkirakan meningkat mencapai US$25,2 miliar pada 2023.
Di Indonesia, tren layanan pesawat jet pribadi juga kian masif. Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (INACA) menyebutkan bahwa pada periode 24 Januari-10 Maret 2022 saja, jumlah penerbangan pesawat pribadi dari 14 maskapai di Bandara Soekarno-Hatta mencapai 523 penerbangan. Terdiri dari 353 penerbangan domestik dan 170 penerbangan internasional.
Baca juga: 4 Destinasi Wisata Island Hopping di Indonesia Paling Eksotis
Dari jumlah tersebut, tercatat ada sebanyak 2.584 yang menggunakan layanan pesawat pribadi. INACA menyebutkan bahwa maraknya layanan penerbangan pesawat pribadi terjadi setelah proses revitalisasi yang dilakukan di bandara. Kini, selain di Bandara Halim Perdanakusuma, layanan jet pribadi juga beroperasi di Bandara Soekarno-Hatta.
Selain untuk keperluan transportasi, jet pribadi kian diminati lantaran menawarkan layanan mewah yang dipersonalisasi. Setiap penyewa jet pribadi bebas menentukan perjalanan sekaligus layanan yang diinginkan selama dalam pesawat. Rian, Pemilik Jet Pribadi Asia mengatakan tren bisnis jet pribadi pasca pandemi di Indonesia saat ini masih relatif stabil.
Dia mengungkapkan puncak permintaan jet pribadi justru terjadi pada saat pandemi. Saat itu, banyak orang dari kalangan atas yang ingin tetap bepergian namun tetap merasa aman, salah satunya dengan menggunakan jet pribadi.
Di samping itu, tak sedikit juga orang yang menyewa jet pribadi untuk keperluan berobat ke luar negeri (medivac). Bahkan, sangking banyaknya permintaan, rata-rata jumlah penerbangan jet pribadi pada masa pandemi bisa mencapai 100 lebih penerbangan dalam sebulan.
Di sisi lain, di musim politik seperti sekarang ini, Rian mengatakan permintaan jet pribadi juga cukup banyak dari kalangan pejabat pemerintah khususnya untuk kebutuhan kampanye. "Sekarang rata-rata ada 50 penerbangan lebih jet pribadi dalam sebulannya. Pertumbuhannya tidak terlalu signifikan, tapi trafik jet pribadi selalu ramai," katanya saat dihubungi Hypeabis.id, belum lama ini.
Rian menjelaskan penyewa jet pribadi biasanya lebih banyak datang dari kalangan pengusaha dan pejabat, yang ingin melakukan perjalanan dengan cepat dan privat atau tidak bercampur dengan orang lain. Selain itu, penumpang juga biasanya memesan jet pribadi untuk keperluan acara keluarga, rekan kerja, mitra bisnis, hingga kelompok sosialita.
Adapun, beberapa rute domestik yang paling banyak dikunjungi oleh penyewa diantaranya Bali, Labuan Bajo, Makassar, Medan, Balikpapan, dan kota-kota besar lainnya. Sementara untuk rute mancanegara yang banyak dikunjungi adalah Singapura dan Malaysia. Tak hanya berlibur, kunjungan kerja atau keperluan bisnis, jet pribadi juga biasanya digunakan untuk kebutuhan berobat ke luar negeri.
Menurut Rian, salah satu faktor yang membuat minat penyewaan jet pribadi masih diminati lantaran fasilitas dan layanan spesialnya untuk penumpang. Berbeda dengan pesawat reguler, jet pribadi menyediakan fasilitas jadwal penerbangan yang lebih fleksibel sesuai dengan keinginan penumpang, tidak perlu mengurus proses check in, fasilitas VIP lounge, hingga antar jemput sampai depan pesawat.
Baca juga: 5 Destinasi Wisata di Indonesia yang Cocok Untuk Solo Traveling
Tak hanya itu, penumpang juga bisa memesan menu makanan apa yang ingin dihidangkan selama perjalanan di dalam pesawat. Lantaran sifat pelayanannya yang terpersonalisasi alias sesuai dengan keinginan penumpang, tarif untuk menyewa jet pribadi pun berbeda-beda. Tarifnya disesuaikan dengan kapasitas maksimal pesawat mulai dari 6, 8, 13 hingga 15 seat.
Faktor lainnya ialah rute penerbangan yang dipilih, serta lamanya penyewaan apakah hanya drop off, pulang pergi pada hari yang sama, atau pulang pergi pada hari yang berbeda. Untuk yang terakhir, berarti pesawat akan menginap di bandara tujuan sebelum kembali ke bandara asal.
"Karena kami mainnya masih di Asia seperti Singapura dan Manila, jadi umumnya tarifnya masih di bawah US$100.000. Tapi tidak menutup kemungkinan untuk rute yang jauh," katanya.
Menurutnya, salah satu tantangan yang dihadapi dalam mengelola bisnis penyewaan jet pribadi ialah memenuhi kebutuhan dan keinginan para penumpang yang bermacam-macam dan unik. Semua permintaan dari penumpang itu harus bisa dipenuhi olehnya dan tim.
Di samping itu, terkadang kendala juga datang dari ketersediaan armada. Ketika permintaan sedang tinggi, namun ketersediaan pesawatnya tidak memadai. Pasalnya, jet pribadi memiliki jadwal maintenance atau pemeliharaan yang cukup rutin dan ketat yang sudah terjadwal. Jika kondisi seperti itu, mau tak mau harus mencari jet pribadi dari penyedia lain.
Baca juga: Hypereport: Menata Jakarta Sebagai Kota Pariwisata Jelang Perpindahan IKN
Rian menilai ke depan, kebutuhan akan jet pribadi masih selalu ada dan terus tinggi. Menurutnya, masih banyak orang yang menginginkan perjalanan menggunakan pesawat pribadi yang cepat dan efisien. Oleh karena itu, untuk menjangkau penumpang yang lebih luas, dia akan melakukan promosi secara digital lebih masif lagi. "Karena masih banyak pihak yang tidak tahu harus pesan jet pribadi dengan siapa," katanya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.