Banyak Manfaat, Riset Ungkap Sektor Bisnis Siap Terapkan 5G
09 November 2023 |
17:57 WIB
Entitas bisnis siap menerapkan teknologi 5G seiring dengan target Indonesia untuk masuk dalam 10 perekonomian global pada 2030. Para pelaku usaha di berbagai sektor meyakini bahwa akan banyak manfaat yang didapatkan ketika jaringan ini berlaku secara masif.
Hal ini terungkap dari hasil riset yang diselenggarakan Asosiasi IOT Indonesia (ASIOTI) bekerja sama dengan Bisnis Indonesia Intelligence Unit (BIIU). Kepala Riset BIIU Dias Rima Sutiono mengatakan bahwa berdasarkan hasil survei, 95 persen CEO dan CTO menyatakan siap untuk menerapkan teknologi 5G dan AI.
Adapun survei ini melibatkan 20 CEO & CTO dari 11 industri vertikal. CEO dan CTO dalam survei ini merupakan perwakilan dari berbagai perusahaan dengan kisaran valuasi Rp12,01 triliun hingga Rp319,360 triliun dari sektor pertanian, infrastruktur jalan, manufaktur, pertambangan, dan infrastruktur digital, yang diperkirakan akan sangat membutuhkan teknologi 5G untuk menjalankan bisnis.
Hal ini terungkap dari hasil riset yang diselenggarakan Asosiasi IOT Indonesia (ASIOTI) bekerja sama dengan Bisnis Indonesia Intelligence Unit (BIIU). Kepala Riset BIIU Dias Rima Sutiono mengatakan bahwa berdasarkan hasil survei, 95 persen CEO dan CTO menyatakan siap untuk menerapkan teknologi 5G dan AI.
Adapun survei ini melibatkan 20 CEO & CTO dari 11 industri vertikal. CEO dan CTO dalam survei ini merupakan perwakilan dari berbagai perusahaan dengan kisaran valuasi Rp12,01 triliun hingga Rp319,360 triliun dari sektor pertanian, infrastruktur jalan, manufaktur, pertambangan, dan infrastruktur digital, yang diperkirakan akan sangat membutuhkan teknologi 5G untuk menjalankan bisnis.
Survei ini juga melibatkan 6 responden tambahan, yang terdiri dari 1 responden mewakili asosiasi, 2 responden mewakili akademisi, dan 3 responden mewakili pemerintah.
Para CEO dan CTO ini berharap internet 5G akan menghasilkan konektivitas yang lebih baik, memenuhi permintaan pelanggan yang makin peduli dengan sustainability (keberlanjutan) dan membuka peluang kerja sama baru. Selain itu, 40 persen CEO dan CTO telah melihat sendiri dampak penerapan internet 5G terhadap efisiensi bisnis dan sekitar 45 persen menyebutkan bahwa internet 5G dapat mempengaruhi keputusan mereka untuk berinvestasi di teknologi artificial intelligence (AI).
Baca juga: Yuk Berkenalan dengan Pusat Inovasi 5G yang Dibangun Ericsson di Indonesia
Penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa teknologi 5G dan AI menjadi sangat penting bagi sektor logistik, otomotif, kesehatan, dan pertanian. Keempat sektor industri ini merupakan yang paling membutuhkan konektivitas 5G untuk meningkatkan efisiensi, menerapkan fitur IoT yang canggih, dan melakukan analisis data secara real-time. Para CEO dan CTO yang disurvei juga menekankan perlunya cakupan 5G yang komprehensif di daerah terpencil dan akses internet berkecepatan tinggi.
Temuan berikutnya, perusahaan yang disurvei juga telah mengalokasikan anggaran dalam jumlah yang beragam untuk penerapan, pengoperasian, dan pengelolaan teknologi 5G dan AI. Dias menyebut sebagian besar mengalokasikan anggaran hingga 40 persen untuk implementasi dan operasional, sedangkan beberapa perusahaan lainnya mengalokasikan lebih dari 40 persen.
Hasil survei juga menunjukkan bahwa para CEO dan CTO telah menyadari bahwa teknologi 5G dan AI memiliki dampak yang signifikan terhadap bisnis. Mereka meyakini bahwa kedua teknologi ini dapat meningkatkan efisiensi bisnis, membantu pengambilan keputusan dan penerapan otomatisasi dengan cerdas, serta meningkatkan pengalaman pelanggan. Mereka juga memprediksi 5G akan menjadi platform yang bermanfaat untuk memfasilitasi inovasi di masa depan.
“Pada dasarnya, survei kami menunjukkan kesiapan industri Indonesia untuk mulai menerapkan teknologi 5G dan AI. Namun, masih ada berbagai tantangan yang perlu diatasi, seperti biaya, kompatibilitas teknologi, dan kesenjangan keterampilan," tutur Dias saat memaparkan hasil survei di Hotel Alila, SCBD, Jakarta, Kamis (9/11/2023).
Survei ini menghasilkan beberapa rekomendasi, termasuk mempercepat alokasi frekuensi, menyediakan private network untuk daerah terpencil, menetapkan peraturan keamanan data, dan mendorong transparansi data. Pemerintah dan stakeholder industri menurut Dias perlu berkolaborasi untuk memastikan bahwa teknologi 5G ini dapat mencakup area yang luas, menetapkan peraturan yang mendukung, dan mendorong penggunaan teknologi ini di berbagai sektor.
Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Wayan Toni Supriyanto mengatakan, pemerintah, industri, operator seluler, akademisi, dan praktisi perlu memberikan atensi agar adopsi teknologi 5G khususnya pada sektor yang menjadi tumpuan utama ekonomi Indonesia bisa terimplementasi dengan baik. "Dapat disimpulkan bahwa teknologi 5G lebih tepat guna jika dimanfaatkan untuk kebutuhan vertikal industri," imbuhnya.
Diwayan menyebut ada tiga faktor utama yang diperlukan agar dapat mendorong 5G untuk memberikan layanan kualitas yang baik dan stabil. Pertama, ketersediaan spektrum frekuensi khusus (dedicated), kedua, modernisasi jaringan seluler 4G LTE baik eNodeB (RAN) maupun EPC (core network). Ketiga fiberisasi sebagai kunci koneksi yang lebih stabil dan kapasitas yang lebih besar sebagai transport untuk menghubungkan antar elemen jaringan 5G.
Baca juga: 2 Tahun 5G Eksis di Indonesia, Sejauh Mana Perkembangannya?
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Roni Yunianto
Para CEO dan CTO ini berharap internet 5G akan menghasilkan konektivitas yang lebih baik, memenuhi permintaan pelanggan yang makin peduli dengan sustainability (keberlanjutan) dan membuka peluang kerja sama baru. Selain itu, 40 persen CEO dan CTO telah melihat sendiri dampak penerapan internet 5G terhadap efisiensi bisnis dan sekitar 45 persen menyebutkan bahwa internet 5G dapat mempengaruhi keputusan mereka untuk berinvestasi di teknologi artificial intelligence (AI).
Baca juga: Yuk Berkenalan dengan Pusat Inovasi 5G yang Dibangun Ericsson di Indonesia
Penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa teknologi 5G dan AI menjadi sangat penting bagi sektor logistik, otomotif, kesehatan, dan pertanian. Keempat sektor industri ini merupakan yang paling membutuhkan konektivitas 5G untuk meningkatkan efisiensi, menerapkan fitur IoT yang canggih, dan melakukan analisis data secara real-time. Para CEO dan CTO yang disurvei juga menekankan perlunya cakupan 5G yang komprehensif di daerah terpencil dan akses internet berkecepatan tinggi.
Temuan berikutnya, perusahaan yang disurvei juga telah mengalokasikan anggaran dalam jumlah yang beragam untuk penerapan, pengoperasian, dan pengelolaan teknologi 5G dan AI. Dias menyebut sebagian besar mengalokasikan anggaran hingga 40 persen untuk implementasi dan operasional, sedangkan beberapa perusahaan lainnya mengalokasikan lebih dari 40 persen.
Ilustrasi (Sumber gambar: Mika Baumeister/Unsplash.com)
Hasil survei juga menunjukkan bahwa para CEO dan CTO telah menyadari bahwa teknologi 5G dan AI memiliki dampak yang signifikan terhadap bisnis. Mereka meyakini bahwa kedua teknologi ini dapat meningkatkan efisiensi bisnis, membantu pengambilan keputusan dan penerapan otomatisasi dengan cerdas, serta meningkatkan pengalaman pelanggan. Mereka juga memprediksi 5G akan menjadi platform yang bermanfaat untuk memfasilitasi inovasi di masa depan.
“Pada dasarnya, survei kami menunjukkan kesiapan industri Indonesia untuk mulai menerapkan teknologi 5G dan AI. Namun, masih ada berbagai tantangan yang perlu diatasi, seperti biaya, kompatibilitas teknologi, dan kesenjangan keterampilan," tutur Dias saat memaparkan hasil survei di Hotel Alila, SCBD, Jakarta, Kamis (9/11/2023).
Survei ini menghasilkan beberapa rekomendasi, termasuk mempercepat alokasi frekuensi, menyediakan private network untuk daerah terpencil, menetapkan peraturan keamanan data, dan mendorong transparansi data. Pemerintah dan stakeholder industri menurut Dias perlu berkolaborasi untuk memastikan bahwa teknologi 5G ini dapat mencakup area yang luas, menetapkan peraturan yang mendukung, dan mendorong penggunaan teknologi ini di berbagai sektor.
Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Wayan Toni Supriyanto mengatakan, pemerintah, industri, operator seluler, akademisi, dan praktisi perlu memberikan atensi agar adopsi teknologi 5G khususnya pada sektor yang menjadi tumpuan utama ekonomi Indonesia bisa terimplementasi dengan baik. "Dapat disimpulkan bahwa teknologi 5G lebih tepat guna jika dimanfaatkan untuk kebutuhan vertikal industri," imbuhnya.
Diwayan menyebut ada tiga faktor utama yang diperlukan agar dapat mendorong 5G untuk memberikan layanan kualitas yang baik dan stabil. Pertama, ketersediaan spektrum frekuensi khusus (dedicated), kedua, modernisasi jaringan seluler 4G LTE baik eNodeB (RAN) maupun EPC (core network). Ketiga fiberisasi sebagai kunci koneksi yang lebih stabil dan kapasitas yang lebih besar sebagai transport untuk menghubungkan antar elemen jaringan 5G.
Baca juga: 2 Tahun 5G Eksis di Indonesia, Sejauh Mana Perkembangannya?
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.