2 Tahun 5G Eksis di Indonesia, Sejauh Mana Perkembangannya?
17 June 2023 |
21:51 WIB
Sudah 2 tahun teknologi jaringan generasi kelima atau 5G eksis di tanah Ibu Pertiwi. Walaupun sejatinya teknologi ini sudah diuji coba sejak 2017, tapi baru resmi meluncur secara komersial pada akhir Mei 2021, yang dipelopori oleh operator seluler Telkomsel. Diikuti oleh Indosat pada Juni dan XL Axiata pada Agustus tahun yang sama.
Ada iming-iming dan impian besar ketika jaringan generasi mutakhir itu diperkenalkan. Internet super cepat, latensi super rendah, hingga pemanfaatan di berbagai bidang kehidupan.
Namun, perjalanan untuk mencapai hal tersebut, hingga kini, masih jauh panggang dari api. Sederet problem dan tantangan masih mengganjal akselerasi pengembangan 5G di dalam negeri.
Baca juga: Keunggulan Internet 5G di Berbagai Sektor Pendidikan, Pertambangan, dan Bisnis
Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi mengatakan bahwa perkembangan 5G sampai saat ini baru di tahap awal. Menurutnya, proses akselerasi jaringan generasi kelima itu memang membutuhkan waktu yang tidak singkat. Dia menyebut setidaknya perlu sekitar 3 sampai 4 tahun untuk teknologinya bisa lebih berkembang.
“Kita belajar dari teknologi 3G dan 4G itu butuh waktu yang sama agar jaringannya lebih banyak dan dipakai mayoritas masyarakat,” katanya kepada Hypeabis.id.
Heru menyinggung sejumlah pekerjaan rumah dalam upaya mempercepat adopsi 5G di Indonesia. Pertama, biaya yang cukup besar sehingga tidak semua kota bisa disediakan layanan tersebut. Dengan begitu, operator seluler akan memilih kota mana yang lebih diprioritaskan.
Oleh karenanya, sampai sekarang, baru kota-kota tier 1 dan sejumlah wilayah yang sudah kebagian jatah 5G. Itu pun belum seluruh areanya terlingkupi. Sementara itu, kota atau wilayah yang lebih kecil masih harus menunggu giliran, yang entah kapan.
Kedua, kendala dari sisi spektrum. Sebagai informasi, spektrum 900 MHz, 1.800 MHz, dan 2.300 MHz sudah habis dipakai. Tak lagi ada sisa. Artinya, kata Heru, Indonesia membutuhkan spektrum baru seperti 700 MHz yang saat ini dipakai oleh televisi analog.
Kemenkominfo memang telah rampung melakukan proses Analog Switch Off (ASO) dan tengah mempersiapkan proses lanjutan untuk 'mengosongkan' spektrum. Kementerian sebelumnya menyebut bahwa pita frekuensi 700 MHz yang kosong setelah migrasi teve digital bakal dipakai untuk pengembangan 5G.
Masih dari sisi spektrum, dia menyebut ada juga frekuensi yang bisa dimanfaatkan untuk 5G seperti 2,6 GHz dan 3,5 GHz. Akan tetapi, keduanya sudah diisi oleh satelit. Menurutnya, jika proses migrasi atau pergeseran pengguna satelit di 3,5 GHz dapat disatukan antara satelit dan seluler, maka hal itu bisa dimanfaatkan.
Ketiga, dari sisi perangkat pendukungnya yang terbilang masih cukup mahal dan punya sejumlah batasan. Walaupun sudah ada peranti seperti smartphone yang mendukung 5G di rentang harga Rp1,5 juta hingga Rp2 jutaan, tapi tetap ada limitasi jaringan yang bisa digunakan.
Untuk isu ini, Heru optimistis bahwa dalam waktu singkat, bakal lebih banyak perangkat yang tersedia dan bisa diakses oleh masyarakat luas. Pasalnya, Indonesia merupakan pasar ponsel yang potensial bagi para vendor.
“[Hal-hal] ini yang masih jadi catatan. Secara umum memang teknologi berkembang masif itu 8-10 tahun. 4G juga sampai sekarang ini masih proses,” ujarnya.
Kendati proses adopsi dan akselerasi 5G masih jauh dari ekspektasi, tetapi eksistensinya sekarang juga tidak bisa dibilang buruk. Hal ini setidaknya terlihat dari kualitas jaringan generasi kelima yang lebih baik ketimbang pendahulunya dalam berbagai kasus penggunaan.
Angka-angka dalam laporan Opensignal bertajuk 5G Provides a Significant Boost in Indonesia’s Mobile Speeds, Video Streaming, and Multiplayer Mobile Gaming yang dirilis pertengahan 2022 menunjukkan klaim di atas.
Perusahaan analitik itu mencatat bahwa meskipun layanan 5G di Indonesia masih dalam tahap awal, tapi jaringan itu telah memberikan peningkatan yang signifikan dalam pengalaman seluler dibandingkan dengan teknologi 4G dan 3G yang lebih lama. Pengalaman yang dimaksud mencakup kecepatan unduh dan unggah, menikmati layanan video streaming, serta bermain gim.
Dari segi kecepatan download dan upload, jaringan 5G sudah lebih kebut 2-3 kali lipat ketimbang 4G. Lebih rinci, rerata kecepatan unduh 5G adalah 64,3 Mbps sementara untuk 4G hanya sekitar 16,4 Mbps. Adapun, rerata kecepatan unggah 5G mencapai 19,6 Mbps dan 4G hanya berkisar 7,4 Mbps.
Laporan itu juga mencatat bahwa pengalaman pengguna menikmati konten video masuk kategori 'Very Good' dengan 69,6 poin saat memakai jaringan 5G. Berbeda dengan kategori 'Fair' 43,9 poin ketika mereka terhubung ke 4G. Begitu juga dengan pengalaman bermain gim dengan 82,9 poin untuk 5G, dibandingkan 67,0 poin menggunakan jaringan 4G.
Laporan lain berjudul 5G in Indonesia is Far Superior to Wifi and 4G juga menunjukkan kualitas jaringan generasi lima yang cukup mumpuni. Analisis rilisan Desember tahun lalu itu menemukan kecepatan internet 5G jauh di atas akses koneksi internet lainnya, seperti 4G dan Wifi.
Data menunjukkan bahwa rerata kecepatan unduh 5G mencapai 56,4 Mbps, sementara 4G dan Wifi masing-masing 17 Mbps dan 14,6 Mbps. Begitu juga dengan rerata kecepatan unggah 5G yang unggul dengan 19,6 Mbps. Adapun 4G sebesar 7,7 Mbps dan Wifi dengan 6,3 Mbps.
Ini memang jadi kabar baik, tapi perlu dicatat, operasional 5G di Indonesia masih belum optimal sama sekali. Jika boleh dibandingkan, laporan Speedtest Intelligence Ookla yang rilis Februari 2023, menyatakan bahwa kecepatan internet 5G di India bisa lebih tinggi 25 kali lipat ketimbang jaringan 4G-nya.
Sebagai gambaran, negara itu pertama kali mengkomersialkan 5G pada Oktober 2022. Lebih lambat ketimbang Indonesia. Namun, akselerasi dari segi kecepatan internet dan keterjangkauannya sangat tinggi.
Belum lagi jika bicara Korea Selatan, yang sejak beberapa tahun terakhir menempati urutan teratas negara dengan kecepatan 5G tertinggi di dunia.
Data 5G Speed Index dari Speedcheck mencatat rerata atau median kecepatan internet jaringan 5G Negeri Ginseng berada di angka 358 Mbps, dengan top speed mencapai 821,99 Mbps. Angka ini mendekati iming-iming kecepatan jaringan yang disebut bisa sampai 1 Gbps.
Dengan demikian, jika dilihat dari sisi positifnya, Indonesia masih punya peluang besar pengembangan jaringan generasi mutakhir ini. Pekerjaan besar menanti untuk dibenahi, sehingga publik bisa merasakan dampaknya lebih nyata.
Baca juga: Ini Daftar Negara dengan Akses Internet 5G Tercepat
Steve Saerang, SVP-Head of Corporate Communications Indosat menyatakan bahwa perusahaan menghadirkan layanan 5G terutama di area-area dengan kebutuhan internet cepat yang tinggi. Dalam konteks ini, mereka menyesuaikan dengan ketersediaan usecase dalam mendorong pertumbuhan industri dan perkembangan ekonomi daerah.
Perseroan pertama kali meluncurkan layanan di Solo, Jawa Tengah pada pertengahan 2021. Hingga kini, jaringan tersebut sudah tersedia di wilayah lainnya seperti DKI Jakarta, Lampung, Makassar, Surabaya, Bali, Solo, Jambi, Medan, dan Balikpapan dengan cakupan tertentu. (cek selengkapnya di sini)
Khusus dalam setahun terakhir, Indosat melakukan sejumlah aksi korporasi terkait peluncuran 5G untuk mendukung agenda pemerintahan. Termasuk menghadirkannya di Bali dalam agenda G20 dan gelaran international di Jakarta ePrix. Selain itu, sebagaimana fokus pengembangannya saat ini, perusahaan juga menambah BTS 5G di sejumlah titik di kawasan perindustrian.
Indosat menyiapkan dana Capex sebesar Rp13 triliun pada tahun ini yang mayoritas dipakai untuk perluasan jaringan 4G dan 5G. “Kami yakin 5G akan menjadi teknologi masa depan yang mendorong pertumbuhan ekosistem ekonomi Indonesia,” kata Steve kepada Hypeabis.id.
Operator lain, XL Axiata punya strategi yang berbeda. Dalam acara Update Kinerja XL Axiata & Outlook 2023 beberapa waktu lalu, Direktur dan Chief Technology Officer PT Xl Axiata Tbk. I Gede Darmayusa menyatakan bahwa mereka belum fokus mengembangkan layanan 5G karena menanti kejelasan spektrum.
Walaupun demikian, lanjutnya, perusahaan sudah memiliki peta jalan atau roadmap yang jelas terkait pengembangan 5G di Indonesia. Dengan begitu, mereka akan siap mengimplementasikan strateginya ketika isu spektrum sudah menemui titik terang.
“Kita sebenarnya sudah punya plan, tahun pertama seperti apa. Cuma itu tadi, spektrumnya kapan, terutama yang 3.500 (3,5 GHz). Kita tunggu itu,” katanya.
Hingga kini, XL Axiata masih fokus memberikan edukasi kepada para penggunanya dengan menyediakan kesempatan menjajal langsung jaringan 5G secara gratis di sejumlah titik. Berdasarkan penelusuran, layanan 5G mereka sudah eksis di wilayah-wilayah besar hingga sejumlah daerah seperti Sleman, Banjarmasin, Palembang, dan lain-lain. (cek selengkapnya di sini)
Sementara itu, Telkomsel sebagai pionir layanan 5G di Indonesia sudah menjalankan bisnis komersialnya (B2B) di sejumlah sektor industri. Saki Hamsat Bramono, Vice President Corporate Communications Telkomsel, menyebut ada beberapa bidang industri yang punya potensi besar pemanfaatan teknologi jaringan 5G.
Dua di antaranya adalah manufaktur dan pertambangan. “Sejauh ini pemanfaatan layanan dan jaringan 5G di kedua sektor menunjukkan perkembangan yang baik, terutama dalam mendukung transformasi digital yang dapat meningkatkan efisiensi operasional serta keselamatan kerja,” katanya kepada Hypeabis.id.
Hingga akhir 2022, opsel merah itu telah menggelar 318 BTS 5G di lebih dari 39 wilayah di Indonesia (cek selengkapnya di sini). Perusahaan menyatakan bakal terus bergerak maju mengakselerasi peta jalan transformasi digital bersama para pelaku lintas sektor industri lewat pemanfaatan 5G yang lebih komprehensif.
Dalam proses penggelaran jaringan 5G di daerah, Saki menyebut ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan.
Ini termasuk tingkat penetrasi perangkat yang mendukung, pertumbuhan pemanfaatan layanan broadband dan digital, ketersediaan frekuensi jaringan yang memadai, tingkat average revenue per unit (ARPU) pelanggan, hingga adopsi gaya hidup digital masyarakat di wilayah tersebut.
“Kami juga terus mempertimbangkan bagaimana perubahan dan perkembangan perilaku digital masyarakat, pergerakan ARPU mereka dalam memaksimalkan layanan berbasis digital. Sehingga diharapkan ekosistem pemanfaatan teknologi 5G, baik untuk segmen B2C dan terutama B2B, memiliki nilai kebermanfaatan jangka panjang,” imbuhnya.
Baca juga: Penjualan Smartphone 5G Sudah Salip 4G, Ini Beberapa Faktor Penyebabnya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Dika Irawan
Ada iming-iming dan impian besar ketika jaringan generasi mutakhir itu diperkenalkan. Internet super cepat, latensi super rendah, hingga pemanfaatan di berbagai bidang kehidupan.
Namun, perjalanan untuk mencapai hal tersebut, hingga kini, masih jauh panggang dari api. Sederet problem dan tantangan masih mengganjal akselerasi pengembangan 5G di dalam negeri.
Baca juga: Keunggulan Internet 5G di Berbagai Sektor Pendidikan, Pertambangan, dan Bisnis
Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi mengatakan bahwa perkembangan 5G sampai saat ini baru di tahap awal. Menurutnya, proses akselerasi jaringan generasi kelima itu memang membutuhkan waktu yang tidak singkat. Dia menyebut setidaknya perlu sekitar 3 sampai 4 tahun untuk teknologinya bisa lebih berkembang.
“Kita belajar dari teknologi 3G dan 4G itu butuh waktu yang sama agar jaringannya lebih banyak dan dipakai mayoritas masyarakat,” katanya kepada Hypeabis.id.
Heru menyinggung sejumlah pekerjaan rumah dalam upaya mempercepat adopsi 5G di Indonesia. Pertama, biaya yang cukup besar sehingga tidak semua kota bisa disediakan layanan tersebut. Dengan begitu, operator seluler akan memilih kota mana yang lebih diprioritaskan.
Oleh karenanya, sampai sekarang, baru kota-kota tier 1 dan sejumlah wilayah yang sudah kebagian jatah 5G. Itu pun belum seluruh areanya terlingkupi. Sementara itu, kota atau wilayah yang lebih kecil masih harus menunggu giliran, yang entah kapan.
Kedua, kendala dari sisi spektrum. Sebagai informasi, spektrum 900 MHz, 1.800 MHz, dan 2.300 MHz sudah habis dipakai. Tak lagi ada sisa. Artinya, kata Heru, Indonesia membutuhkan spektrum baru seperti 700 MHz yang saat ini dipakai oleh televisi analog.
Kemenkominfo memang telah rampung melakukan proses Analog Switch Off (ASO) dan tengah mempersiapkan proses lanjutan untuk 'mengosongkan' spektrum. Kementerian sebelumnya menyebut bahwa pita frekuensi 700 MHz yang kosong setelah migrasi teve digital bakal dipakai untuk pengembangan 5G.
Masih dari sisi spektrum, dia menyebut ada juga frekuensi yang bisa dimanfaatkan untuk 5G seperti 2,6 GHz dan 3,5 GHz. Akan tetapi, keduanya sudah diisi oleh satelit. Menurutnya, jika proses migrasi atau pergeseran pengguna satelit di 3,5 GHz dapat disatukan antara satelit dan seluler, maka hal itu bisa dimanfaatkan.
Ketiga, dari sisi perangkat pendukungnya yang terbilang masih cukup mahal dan punya sejumlah batasan. Walaupun sudah ada peranti seperti smartphone yang mendukung 5G di rentang harga Rp1,5 juta hingga Rp2 jutaan, tapi tetap ada limitasi jaringan yang bisa digunakan.
Untuk isu ini, Heru optimistis bahwa dalam waktu singkat, bakal lebih banyak perangkat yang tersedia dan bisa diakses oleh masyarakat luas. Pasalnya, Indonesia merupakan pasar ponsel yang potensial bagi para vendor.
“[Hal-hal] ini yang masih jadi catatan. Secara umum memang teknologi berkembang masif itu 8-10 tahun. 4G juga sampai sekarang ini masih proses,” ujarnya.
(Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Himawan L)
Kualitas Jaringan 5G
Kendati proses adopsi dan akselerasi 5G masih jauh dari ekspektasi, tetapi eksistensinya sekarang juga tidak bisa dibilang buruk. Hal ini setidaknya terlihat dari kualitas jaringan generasi kelima yang lebih baik ketimbang pendahulunya dalam berbagai kasus penggunaan. Angka-angka dalam laporan Opensignal bertajuk 5G Provides a Significant Boost in Indonesia’s Mobile Speeds, Video Streaming, and Multiplayer Mobile Gaming yang dirilis pertengahan 2022 menunjukkan klaim di atas.
Perusahaan analitik itu mencatat bahwa meskipun layanan 5G di Indonesia masih dalam tahap awal, tapi jaringan itu telah memberikan peningkatan yang signifikan dalam pengalaman seluler dibandingkan dengan teknologi 4G dan 3G yang lebih lama. Pengalaman yang dimaksud mencakup kecepatan unduh dan unggah, menikmati layanan video streaming, serta bermain gim.
(Sumber: Opensignal)
Laporan itu juga mencatat bahwa pengalaman pengguna menikmati konten video masuk kategori 'Very Good' dengan 69,6 poin saat memakai jaringan 5G. Berbeda dengan kategori 'Fair' 43,9 poin ketika mereka terhubung ke 4G. Begitu juga dengan pengalaman bermain gim dengan 82,9 poin untuk 5G, dibandingkan 67,0 poin menggunakan jaringan 4G.
Laporan lain berjudul 5G in Indonesia is Far Superior to Wifi and 4G juga menunjukkan kualitas jaringan generasi lima yang cukup mumpuni. Analisis rilisan Desember tahun lalu itu menemukan kecepatan internet 5G jauh di atas akses koneksi internet lainnya, seperti 4G dan Wifi.
Data menunjukkan bahwa rerata kecepatan unduh 5G mencapai 56,4 Mbps, sementara 4G dan Wifi masing-masing 17 Mbps dan 14,6 Mbps. Begitu juga dengan rerata kecepatan unggah 5G yang unggul dengan 19,6 Mbps. Adapun 4G sebesar 7,7 Mbps dan Wifi dengan 6,3 Mbps.
Sebagai gambaran, negara itu pertama kali mengkomersialkan 5G pada Oktober 2022. Lebih lambat ketimbang Indonesia. Namun, akselerasi dari segi kecepatan internet dan keterjangkauannya sangat tinggi.
Belum lagi jika bicara Korea Selatan, yang sejak beberapa tahun terakhir menempati urutan teratas negara dengan kecepatan 5G tertinggi di dunia.
Data 5G Speed Index dari Speedcheck mencatat rerata atau median kecepatan internet jaringan 5G Negeri Ginseng berada di angka 358 Mbps, dengan top speed mencapai 821,99 Mbps. Angka ini mendekati iming-iming kecepatan jaringan yang disebut bisa sampai 1 Gbps.
Dengan demikian, jika dilihat dari sisi positifnya, Indonesia masih punya peluang besar pengembangan jaringan generasi mutakhir ini. Pekerjaan besar menanti untuk dibenahi, sehingga publik bisa merasakan dampaknya lebih nyata.
Baca juga: Ini Daftar Negara dengan Akses Internet 5G Tercepat
Fokus Operator Seluler
Operator seluler selaku perusahaan yang menyediakan layanan tersebut juga tidak tinggal diam. Meski secara perlahan, mereka melakukan sejumlah persiapan dan strategi untuk meningkatkan kualitas 5G yang disuguhkan.Steve Saerang, SVP-Head of Corporate Communications Indosat menyatakan bahwa perusahaan menghadirkan layanan 5G terutama di area-area dengan kebutuhan internet cepat yang tinggi. Dalam konteks ini, mereka menyesuaikan dengan ketersediaan usecase dalam mendorong pertumbuhan industri dan perkembangan ekonomi daerah.
Perseroan pertama kali meluncurkan layanan di Solo, Jawa Tengah pada pertengahan 2021. Hingga kini, jaringan tersebut sudah tersedia di wilayah lainnya seperti DKI Jakarta, Lampung, Makassar, Surabaya, Bali, Solo, Jambi, Medan, dan Balikpapan dengan cakupan tertentu. (cek selengkapnya di sini)
Khusus dalam setahun terakhir, Indosat melakukan sejumlah aksi korporasi terkait peluncuran 5G untuk mendukung agenda pemerintahan. Termasuk menghadirkannya di Bali dalam agenda G20 dan gelaran international di Jakarta ePrix. Selain itu, sebagaimana fokus pengembangannya saat ini, perusahaan juga menambah BTS 5G di sejumlah titik di kawasan perindustrian.
Indosat menyiapkan dana Capex sebesar Rp13 triliun pada tahun ini yang mayoritas dipakai untuk perluasan jaringan 4G dan 5G. “Kami yakin 5G akan menjadi teknologi masa depan yang mendorong pertumbuhan ekosistem ekonomi Indonesia,” kata Steve kepada Hypeabis.id.
(Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Paulus Tandi Bone)
Walaupun demikian, lanjutnya, perusahaan sudah memiliki peta jalan atau roadmap yang jelas terkait pengembangan 5G di Indonesia. Dengan begitu, mereka akan siap mengimplementasikan strateginya ketika isu spektrum sudah menemui titik terang.
“Kita sebenarnya sudah punya plan, tahun pertama seperti apa. Cuma itu tadi, spektrumnya kapan, terutama yang 3.500 (3,5 GHz). Kita tunggu itu,” katanya.
Hingga kini, XL Axiata masih fokus memberikan edukasi kepada para penggunanya dengan menyediakan kesempatan menjajal langsung jaringan 5G secara gratis di sejumlah titik. Berdasarkan penelusuran, layanan 5G mereka sudah eksis di wilayah-wilayah besar hingga sejumlah daerah seperti Sleman, Banjarmasin, Palembang, dan lain-lain. (cek selengkapnya di sini)
Sementara itu, Telkomsel sebagai pionir layanan 5G di Indonesia sudah menjalankan bisnis komersialnya (B2B) di sejumlah sektor industri. Saki Hamsat Bramono, Vice President Corporate Communications Telkomsel, menyebut ada beberapa bidang industri yang punya potensi besar pemanfaatan teknologi jaringan 5G.
Dua di antaranya adalah manufaktur dan pertambangan. “Sejauh ini pemanfaatan layanan dan jaringan 5G di kedua sektor menunjukkan perkembangan yang baik, terutama dalam mendukung transformasi digital yang dapat meningkatkan efisiensi operasional serta keselamatan kerja,” katanya kepada Hypeabis.id.
Hingga akhir 2022, opsel merah itu telah menggelar 318 BTS 5G di lebih dari 39 wilayah di Indonesia (cek selengkapnya di sini). Perusahaan menyatakan bakal terus bergerak maju mengakselerasi peta jalan transformasi digital bersama para pelaku lintas sektor industri lewat pemanfaatan 5G yang lebih komprehensif.
Dalam proses penggelaran jaringan 5G di daerah, Saki menyebut ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan.
Ini termasuk tingkat penetrasi perangkat yang mendukung, pertumbuhan pemanfaatan layanan broadband dan digital, ketersediaan frekuensi jaringan yang memadai, tingkat average revenue per unit (ARPU) pelanggan, hingga adopsi gaya hidup digital masyarakat di wilayah tersebut.
“Kami juga terus mempertimbangkan bagaimana perubahan dan perkembangan perilaku digital masyarakat, pergerakan ARPU mereka dalam memaksimalkan layanan berbasis digital. Sehingga diharapkan ekosistem pemanfaatan teknologi 5G, baik untuk segmen B2C dan terutama B2B, memiliki nilai kebermanfaatan jangka panjang,” imbuhnya.
Baca juga: Penjualan Smartphone 5G Sudah Salip 4G, Ini Beberapa Faktor Penyebabnya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.