Komposer musik Aghi Narottama (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Cerita Aghi Narottama Meracik Bunyi-bunyian Mencekam dalam Film Horor

31 October 2023   |   15:06 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Sejak masih duduk di bangku taman kanak-kanak, Aghi Narottama sudah tertarik dengan bunyi-bunyian. Kala itu, salah satu yang pertama memancing ketertarikannya adalah alunan musik klasik yang ditayangkan di salah satu stasiun televisi di Indonesia.

Satu peristiwa sederhana ini kemudian membawa Aghi jatuh cinta pada seluruh elemen musik. Saat menonton film, kekagumannya pada musik makin terpupuk karena lewat bunyi-bunyian ini, suasana sebuah film jadi makin hidup.

Meski menghadapi keraguan dari orang tuanya, setelah meraih gelar sarjana hukum, Aghi melanjutkan studi ke Audio Production di Seattle, Amerika Serikat. Dari sini, perjalanan kariernya dimulai.

Baca juga: Arti Penting Program Renaissance of Indonesia Cinema di BIFF 2023 bagi Sineas Tanah Air

Kesempatan tergabung dalam beberapa proyek film besar yang digarapnya, termasuk saat berkolaborasi dengan sutradara Joko Anwar dalam film horor berjudul Kala. Menurutnya, tantangan dalam meracik film horor bukan hanya sekadar menakuti, tetapi bagaimana musik dapat mendukung cerita yang berkualitas.

Seiring waktu, namanya makin melejit hingga berkali-kali dinominasikan Piala Citra untuk Penata Musik Terbaik. Namun, baru pada 2017, Aghi akhirnya meraih penghargaan tertinggi untuk penata musik dalam ajang FFI tersebut lewat racikan musik mencekamnya dalam film Pengabdi Setan.

Bagi Aghi, membangun suasana horor di sebuah film tidak bisa asal memasukkan nada-nada tertentu. Bukan pula sekadar menciptakan jumpscare yang bisa membuat orang kaget. Musik di dalam film horor mesti mampu membawa elemen yang mengejutkan sehingga tak tertebak.

“Musik horor mesti menghadirkan elemen-elemen yang tidak terduga, serta ketidakpastian yang mengejutkan,” kata Aghi saat ditemui Hypeabis.id seusai presentasi di Pechakucha Night Jakarta Volume 48, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
 

Setiap kali terlibat dalam proyek film horor, dirinya juga selalu membuang jauh-jauh status komposer musik. Aghi selalu memposisikan diri juga sebagai filmmaker. Dengan cara ini, eksplorasi dalam penciptaan musik bisa lebih jauh, tentunya tetap dengan koridor koordinasi dengan sutradara film terkait.

Salah satu prinsip yang diyakininya adalah ketika membuat film horor, dia pun harus bisa merasakan ketakutan. Prinsip semacam sensor pribadi ini membuatnya terus terpacu agar bisa mengantarkan cerita yang sudah seram, menjadi makin mencekam.

Selain itu, setiap bunyi-bunyian yang dihasilkan juga mesti memiliki alasan yang jelas. Oleh karena itu, selain harus menciptakan ketidakterdugaan musik horor, dirinya pun mesti terlebih dahulu paham cerita di dalam film tersebut.

Aghi selalu berusaha memahami cerita di dalam sebuah film dengan baik. Bahkan, jika film horor berkaitan dengan suatu budaya atau tradisi tertentu, dia pun mencoba menguliknya. Semua itu dilakukan demi menemukan rasa yang tepat dalam menentukan jenis musik apa yang akan diciptakannya.

Baca juga: Industri Film Indonesia Masih Bermain di Pasar Tunggal, Begini Tanggapan Sineas & Pengamat Film

Selama ini film horor, utamanya di Indonesia, kerap identik dengan instrumen musik tradisional. Penambahan musik tradisional kerap membuat sebuah film jadi makin menyeramkan. Namun, bagi Aghi tidak semua instrumen musik tradisional bisa digunakan dalam film horor.

"Semua tergantung dengan kebutuhan cerita di dalam film tersebut. Membangun nuansa tidak melulu dilakukan dengan instrumen tertentu," ujarnya.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Golden Disc Awards ke-38 Siap Digelar di JIS 2024, Simak Jadwalnya

BERIKUTNYA

Cara Balik Nama Kendaraan Bermotor, Roda Dua & Empat

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: