Arti Penting Program Renaissance of Indonesia Cinema di BIFF 2023 bagi Sineas Tanah Air
02 October 2023 |
15:06 WIB
Sineas Indonesia menyambut gembira adanya program khusus Renaissance of Indonesia Cinema di Busan International Film Festival (BIFF) 2023. Dalam program tersebut, setidaknya akan ada 12 film lokal yang bakal ditayangkan dalam perayaan sinema terbesar di Asia tersebut.
Program itu memilih film panjang, film pendek, dan drama serial terbaik Indonesia. Untuk kategori film panjang dan serial, ada dari 24 Jam Bersama Gaspar karya Yosep Anggi Noen, Gadis Kretek (Kamila Andini), Perempuan Tanah Jahanam (Joko Anwar), Posesif (Edwin), Sara (Ismail Basbeth), Ziarah (BW Purba Negara), dan What They Don't Talk About When They Talk About Love (Mouly Surya).
Adapun, untuk kategori film pendek, terdiri dari film Basri & Salma in a Never-Ending Comedy karya Khozy Rizal, Dancing Colors (M. Reza Fahriyansa), Laut Memanggilku (Tumpal Tampubolon), Vania on Lima Street (Bayu Prihantoro Filemon), dan Where the Wild Frangipanis Grow (Niartha Bas Diwangkara).
Baca juga: 2 Episode Gadis Kretek Tayang Perdana di Busan International Film Festival ke-28
Sutradara Gadis Kretek Kamila Andini mengatakan bahwa program Renaissance of Indonesia Cinema di BIFF punya arti penting untuk perfilman Indonesia. Sebab, ini berarti dunia luar, khususnya BIFF 2023, punya sorotan yang besar terhadap kebangkitan sinema Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
“Judul renaissance ini kan dibuat oleh programer BIFF. Jadi, saya melihatnya ini kayak refleksi aja, kita bisa juga berkaca bahwa ‘oh begini ya orang luar melihat perfilman kita’,” ungkap Kamila Andini kepada Hypeabis.id saat ditemui seusai konferensi pers BIFF 2023 di Jakarta, Senin (2/10).
Namun, pemakaian judul besar renaissance ini cukup menarik baginya. Sebab, sebenarnya sekitar 10 tahun lalu, ada juga program yang memfokuskan pada film Indonesia. Kala itu yang disorot ialah film-film kontemporer Indonesia.
Tahun ini, program yang memfokuskan film Indonesia ada lagi. Bahkan, mereka memakai judul yang seolah menggambarkan kebangkitan perfilman Indonesia.
“Ketika tahun ini disebut renaissance, berarti ada sesuatu yang lebih dari itu. Lebih dari konten atau kualitas, tetapi ada keberagaman, range generasi yang tercipta, hingga kreativitas berkembang. Ini menyenangkan ya ketika orang luar membaca perfilman kita seperti itu,” imbuhnya.
Sementara itu, Produser Film 24 Jam Bersama Gaspar Yulia Evina Bhara mengatakan bahwa sebenarnya ada banyak sekali film Indonesia yang layak menjadi bagian dari era renaissance. Mereka tentu saja patut dirayakan juga dan disorot.
Namun, mungkin karena keterbatasan slot, mengingat ini akan ditayangkan di bioskop juga, maka 12 film tersebut yang akhirnya mewakili judul era kebangkitan film Indonesia. Meskipun demikian, dari komposisi sebenarnya film-film terpilih itu punya keberagaman yang menarik.
Dari jenisnya, ada film panjang, tetapi juga ada film pendek. Lalu, genre dan tema yang ditampilkan juga bervariasi. Kalau diperhatikan, tanggal perilisan film juga berada dalam rentang tahun berbeda-beda.
Film What They Don't Talk About When They Talk About Love yang disutradarai Mouly Surya misalnya, telah dirilis hampir sepuluh tahun lalu. Namun, ada film 24 Jam Bersama Gaspar karya Yosep Anggi Noen merupakan judul yang diluncurkan baru-baru ini.
“Sebuah festival menyelenggarakan focus on country itu sesuatu untuk mengapresiasi negara tersebut. Rasanya ke depan kalau ada program serupa, akan ada banyak lagi film Indonesia yang ditayangkan,” imbuhnya.
Tahun ini, BIFF akan digelar selama sepuluh hari pada 4-13 Oktober 2023 di Busan Cinema Center, Korea Selatan. Berdiri sejak 1996, BIFF adalah salah satu festival film internasional bergengsi di kawasan Asia. Setiap tahunnya, BIFF mengenalkan film-film baru serta memberikan apresiasi kepada sutradara pendatang yang baru berkarya khususnya dari negara-negara Asia.
Baca juga: Sejarah Pembentukan Busan International Film Festival & Misi Besar yang Diusung
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Program itu memilih film panjang, film pendek, dan drama serial terbaik Indonesia. Untuk kategori film panjang dan serial, ada dari 24 Jam Bersama Gaspar karya Yosep Anggi Noen, Gadis Kretek (Kamila Andini), Perempuan Tanah Jahanam (Joko Anwar), Posesif (Edwin), Sara (Ismail Basbeth), Ziarah (BW Purba Negara), dan What They Don't Talk About When They Talk About Love (Mouly Surya).
Adapun, untuk kategori film pendek, terdiri dari film Basri & Salma in a Never-Ending Comedy karya Khozy Rizal, Dancing Colors (M. Reza Fahriyansa), Laut Memanggilku (Tumpal Tampubolon), Vania on Lima Street (Bayu Prihantoro Filemon), dan Where the Wild Frangipanis Grow (Niartha Bas Diwangkara).
Baca juga: 2 Episode Gadis Kretek Tayang Perdana di Busan International Film Festival ke-28
Sutradara Gadis Kretek Kamila Andini mengatakan bahwa program Renaissance of Indonesia Cinema di BIFF punya arti penting untuk perfilman Indonesia. Sebab, ini berarti dunia luar, khususnya BIFF 2023, punya sorotan yang besar terhadap kebangkitan sinema Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
“Judul renaissance ini kan dibuat oleh programer BIFF. Jadi, saya melihatnya ini kayak refleksi aja, kita bisa juga berkaca bahwa ‘oh begini ya orang luar melihat perfilman kita’,” ungkap Kamila Andini kepada Hypeabis.id saat ditemui seusai konferensi pers BIFF 2023 di Jakarta, Senin (2/10).
Namun, pemakaian judul besar renaissance ini cukup menarik baginya. Sebab, sebenarnya sekitar 10 tahun lalu, ada juga program yang memfokuskan pada film Indonesia. Kala itu yang disorot ialah film-film kontemporer Indonesia.
Tahun ini, program yang memfokuskan film Indonesia ada lagi. Bahkan, mereka memakai judul yang seolah menggambarkan kebangkitan perfilman Indonesia.
“Ketika tahun ini disebut renaissance, berarti ada sesuatu yang lebih dari itu. Lebih dari konten atau kualitas, tetapi ada keberagaman, range generasi yang tercipta, hingga kreativitas berkembang. Ini menyenangkan ya ketika orang luar membaca perfilman kita seperti itu,” imbuhnya.
Merayakan Keberagaman Genre, Cerita, & Kebudayaan
Sementara itu, Produser Film 24 Jam Bersama Gaspar Yulia Evina Bhara mengatakan bahwa sebenarnya ada banyak sekali film Indonesia yang layak menjadi bagian dari era renaissance. Mereka tentu saja patut dirayakan juga dan disorot.Namun, mungkin karena keterbatasan slot, mengingat ini akan ditayangkan di bioskop juga, maka 12 film tersebut yang akhirnya mewakili judul era kebangkitan film Indonesia. Meskipun demikian, dari komposisi sebenarnya film-film terpilih itu punya keberagaman yang menarik.
Dari jenisnya, ada film panjang, tetapi juga ada film pendek. Lalu, genre dan tema yang ditampilkan juga bervariasi. Kalau diperhatikan, tanggal perilisan film juga berada dalam rentang tahun berbeda-beda.
Film What They Don't Talk About When They Talk About Love yang disutradarai Mouly Surya misalnya, telah dirilis hampir sepuluh tahun lalu. Namun, ada film 24 Jam Bersama Gaspar karya Yosep Anggi Noen merupakan judul yang diluncurkan baru-baru ini.
“Sebuah festival menyelenggarakan focus on country itu sesuatu untuk mengapresiasi negara tersebut. Rasanya ke depan kalau ada program serupa, akan ada banyak lagi film Indonesia yang ditayangkan,” imbuhnya.
Tahun ini, BIFF akan digelar selama sepuluh hari pada 4-13 Oktober 2023 di Busan Cinema Center, Korea Selatan. Berdiri sejak 1996, BIFF adalah salah satu festival film internasional bergengsi di kawasan Asia. Setiap tahunnya, BIFF mengenalkan film-film baru serta memberikan apresiasi kepada sutradara pendatang yang baru berkarya khususnya dari negara-negara Asia.
Baca juga: Sejarah Pembentukan Busan International Film Festival & Misi Besar yang Diusung
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.