Pasien Kanker Payudara Tetap Dapat Menyusui, Begini Kata Dokter
11 May 2023 |
20:23 WIB
Payudara merupakan salah satu organ penting bagi wanita karena dapat memproduksi Air Susu Ibu (ASI) yang menjadi sumber makanan utama pada bayi. Proses menyusui atau memberi ASI kepada bayi bahkan dipercaya dapat menurunkan risiko terjadinya kanker payudara pada wanita.
Sebab, menyusui dapat mencegah terjadinya penyumbatan pada kelenjar payudara dan menghilangkan sel yang berpotensi menjadi kanker payudara.
Namun, bagaimana jika sang ibu memiliki sel kanker payudara, apakah tetap bisa memberikan ASI kepada buah hatinya?
Dokter Khoo Kei Siong, Konsultan Senior Onkologi Medis Parkway Cancer Centre, Singapura mengatakan bahwa seorang wanita yang memiliki kanker payudara tetap dapat memberikan ASI kepada bayinya.
"Ibu yang menyusui tidak akan menularkan sel kanker kepada bayinya dan dia [wanita penyintas kanker payudara] tetap bisa memproduksi ASI," ujarnya, Kamis (11/5/2023).
Begitu pula ketika seorang perempuan mengandung, maka sel kanker yang ada di tubuhnya tidak akan bisa menembus atau melewati plasenta bayi sehingga tidak serta merta menularkan penyakit kanker pada anaknya
Meski demikian, sambungnya, seseorang yang memiliki keturunan kanker maka berisiko terkena kanker yang berasal dari mutasi gen BRCA (Breast Cancer Gene) di dalam tubuhnya, terutama mutasi bawaan pada gen BRCA1 atau BRCA2 yang menyebabkan terjadinya kanker.
Namun, lain halnya ketika seorang wanita yang menderita kanker payudara telah melakukan proses pembedahan dan dilanjutkan dengan terapi sinar untuk proses pengobatannya maka dia sudah tidak lagi dapat menyusui sang bayi karena proses produksi ASI nya akan terganggu.
"Tapi wanita tersebut tetap dapat bisa menyusui dari payudara yang di sisi lain," tambahnya.
Seperti diketahui bahwa kanker payudara menjadi salah satu jenis kanker yang paling umum dijumpai pada wanita di seluruh dunia. Menurut riset Global Cancer Incidence Mortality and Prevalence (Globocan) pada 2020, kejadian baru kanker payudara di seluruh dunia menempati urutan pertama golongan kanker dengan 2,3 juta kasus dan 680.000 kematian.
Baca juga: Cek Faktor Genetik & Tingkat Risiko Kanker Payudara Herediter
Sementara itu, Indonesia menempati peringkat terbanyak dengan kasus baru mendekati 66.000 dan tingkat kematian lebih dari 22.000 jiwa pada 2020.
Ada beberapa penyebab kanker payudara, salah satu yang terbesar adalah faktor genetik. Seseorang yang keluarganya memiliki kanker payudara, baik ibu, tante, nenek, maupun saudara perempuan dengan kanker payudara maka memiliki risiko lebih besar menderita kanker payudara.
"Tidak hanya pada wanita, pria pun memiliki risiko mengalami kanker payudara meskipun jumlahnya masih sangat kecil," ujarnya.
Karena itulah, seseorang yang memiliki faktor genetik atau keluarga yang terinfeksi kanker payudara perlu melakukan deteksi dini melalui screening atau dengan melakukan tes gen BRCA.
Jika di dalam tubuhnya terdeteksi adanya gen pembawa kanker maka dapat segera melakukan pencegahan untuk menurunkan risiko kanker payudara melalui kemoprevensi yakni melakukan terapi dengan mengonsumsi obat. "Cara ini dapat menurunkan risiko kanker hingga setengahnya," ujar Dr. Khoo.
Dan jika ingin menurunkan risiko kanker hingga 0 persen maka pasien dapat melakukan proses pengangkatan payudara.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Roni Yunianto
Sebab, menyusui dapat mencegah terjadinya penyumbatan pada kelenjar payudara dan menghilangkan sel yang berpotensi menjadi kanker payudara.
Namun, bagaimana jika sang ibu memiliki sel kanker payudara, apakah tetap bisa memberikan ASI kepada buah hatinya?
Dokter Khoo Kei Siong, Konsultan Senior Onkologi Medis Parkway Cancer Centre, Singapura mengatakan bahwa seorang wanita yang memiliki kanker payudara tetap dapat memberikan ASI kepada bayinya.
Dr. Khoo Kei Siong (sumber gambar : Parkway Cancer Centre)
"Ibu yang menyusui tidak akan menularkan sel kanker kepada bayinya dan dia [wanita penyintas kanker payudara] tetap bisa memproduksi ASI," ujarnya, Kamis (11/5/2023).
Begitu pula ketika seorang perempuan mengandung, maka sel kanker yang ada di tubuhnya tidak akan bisa menembus atau melewati plasenta bayi sehingga tidak serta merta menularkan penyakit kanker pada anaknya
Meski demikian, sambungnya, seseorang yang memiliki keturunan kanker maka berisiko terkena kanker yang berasal dari mutasi gen BRCA (Breast Cancer Gene) di dalam tubuhnya, terutama mutasi bawaan pada gen BRCA1 atau BRCA2 yang menyebabkan terjadinya kanker.
Namun, lain halnya ketika seorang wanita yang menderita kanker payudara telah melakukan proses pembedahan dan dilanjutkan dengan terapi sinar untuk proses pengobatannya maka dia sudah tidak lagi dapat menyusui sang bayi karena proses produksi ASI nya akan terganggu.
"Tapi wanita tersebut tetap dapat bisa menyusui dari payudara yang di sisi lain," tambahnya.
Seperti diketahui bahwa kanker payudara menjadi salah satu jenis kanker yang paling umum dijumpai pada wanita di seluruh dunia. Menurut riset Global Cancer Incidence Mortality and Prevalence (Globocan) pada 2020, kejadian baru kanker payudara di seluruh dunia menempati urutan pertama golongan kanker dengan 2,3 juta kasus dan 680.000 kematian.
Baca juga: Cek Faktor Genetik & Tingkat Risiko Kanker Payudara Herediter
Sementara itu, Indonesia menempati peringkat terbanyak dengan kasus baru mendekati 66.000 dan tingkat kematian lebih dari 22.000 jiwa pada 2020.
Ada beberapa penyebab kanker payudara, salah satu yang terbesar adalah faktor genetik. Seseorang yang keluarganya memiliki kanker payudara, baik ibu, tante, nenek, maupun saudara perempuan dengan kanker payudara maka memiliki risiko lebih besar menderita kanker payudara.
"Tidak hanya pada wanita, pria pun memiliki risiko mengalami kanker payudara meskipun jumlahnya masih sangat kecil," ujarnya.
Karena itulah, seseorang yang memiliki faktor genetik atau keluarga yang terinfeksi kanker payudara perlu melakukan deteksi dini melalui screening atau dengan melakukan tes gen BRCA.
Jika di dalam tubuhnya terdeteksi adanya gen pembawa kanker maka dapat segera melakukan pencegahan untuk menurunkan risiko kanker payudara melalui kemoprevensi yakni melakukan terapi dengan mengonsumsi obat. "Cara ini dapat menurunkan risiko kanker hingga setengahnya," ujar Dr. Khoo.
Dan jika ingin menurunkan risiko kanker hingga 0 persen maka pasien dapat melakukan proses pengangkatan payudara.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.