Cerita Perjalanan Bisnis para Penjaja Kuliner Legendaris di Festival Jajanan Bango 2023
29 October 2023 |
10:30 WIB
Festival Jajanan Bango (FJB) kembali digelar tahun ini di parkir timur senayan, Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta mulai dari 27-29 Oktober 2023. Sejak pertama kali digelar pada 2005 lalu, FJB konsisten menghadirkan kuliner nusantara dengan cita rasa kecap manis sebagai bahan utamanya.
Sebanyak 100 legenda kuliner dari Sabang sampai Merauke dihadirkan di FJB untuk menyajikan beragam hidangan lezat dan menggugah selera. Mengusung tema Bangkitkan Sejuta Rasa Nusantara, FJB 2023 menghadirkan immersive room, yakni ruangan yang didesain untuk membangkitkan sejuta rasa terhadap kuliner otentik nusantara melalui panca indera.
Baca juga: Hypereport: Denyut Kuliner Legendaris di Kawasan Elite Ibu Kota
Pengunjung diajak untuk merasakan pengalaman multisensori dengan memanfaatkan kepekaan lima indera. Mulai dari mata yang memvisualisasikan makanan, hidung yang mencium aromanya, telinga yang mendengar suara memasak dan mengunyah makanan, kulit yang menyentuh teksturnya, dan lidah yang mengecap kelezatan rasanya.
"Pengalaman multisensori menggunakan kelima panca indera diharapkan bisa membangkitkan cita rasa kuliner Indonesia untuk membangkitakan cita rasa kuliner nusantara," ujar Amaryllis Esti Wijono, Direktur Nutrition, PT Unilever Indonesia, Tbk.
Sejumlah penjaja kuliner yang dihadirkan di Festival Jajanan Bango 2023 menyandang predikat legendaris karena telah berdiri sejak lama dan berhasil mempertahankan pelanggan setianya, bahkan berekspansi ke kota-kota besar di tanah air. Rahasianya terletak pada racikan bumbu dan cita rasa yang konsisten, serta etika berbisnis yang diwariskan turun-temurun pada generasi penerusnya.
Para legenda kuliner menyajikan hidangan berbasis kecap sebagai culinary gem atau pusaka kuliner Indonesia yang mencerminkan sejarah, tradisi, dan kearifan lokalnya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Sejumlah kuliner berbasis kecap yang terkenal misalnya rawon, sate, tongseng, semur, konro bakar, dan lainnya.
Salah satu kuliner legendaris yang ikut berpartisipasi dalam Festival Jajanan Bango 2023 adalah Mie Belitung Atep, kuliner peranakan Tionghoa yang berdiri sejak 1973. Seperti namanya, Mie Belitung Atep menjadi identitas Bangka Belitung, yakni Tanjungpandan. Pendirinya adalah Verawati yang juga dikenal dengan nama panggilannya Atep. Dijuluki Atep lantaran Verawati saat kecil bertubuh besar, dalam bahasa Mandarin dialek Khek, tep artinya gemuk.
Masih membawa nama Atep, saat ini bisnis Mie Belitung tersebut diteruskan oleh generasi ketiganya, yakni Servina Viviene Tjindana dan sang kakak yang merupakan cucu ibu Atep. Walaupun tak langsung turun untuk memasak, keduanya fokus dengan penjualan dan pengembangan bisnisnya.
"Mie Belitung Atep ini gerai pertamanya di Belitung sejak 1973, ini menjadi tahun ke-30 bisnis ini berjalan, sekarang dipegang oleh saya dan kakak sebagai generasi ketiga," kata Viviene kepada Hypeabis.id.
Kendati sangat populer di kota asalnya, Mie Belitung Atep belum mau berekspansi ke Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Menurut Vivien, rencana tersebut tentunya ada, sekarang dia sedang mewujudkannya secara bertahap. Strategi bisnisnya adalah membuat kuliner ini dikenal lebih luas lagi oleh masyarakat di luar Belitung.
"Kita kerja sama dengan kedai kopi Kong Djie untuk supply mie Belitung ini sebagai salah satu menunya," kata Viviene.
Kedai kopi Kong Djie adalah warkop tertua di Belitung, sampai saat ini sudah memiliki banyak outlet yang tersebar di Jakarta, seperti Pondok Kelapa, Tanjung Duren, Mangga Besar, dan lainnya. Lantaran sama-sama menjual produk asli Belitung, Vivien menilai kedai kopi Kong Djie sebagai partner bisnis yang tepat untuk menjangkau lebih banyak konsumen. Mulai dari masyarakat sekitar yang ingin mengenal kuliner Belitung atau orang-orang asli Belitung yang merantau ke Jakarta dan rindu masakan khas daerahnya.
Mempertahankan bisnis keluarga supaya tetap eksis tentu bukan hal yang mudah, Viviene sendiri menghadapi tantangan saat mengenalkan Mie Belitung kepada masyarakat luas. Menurutnya belum banyak orang yang tahu tentang kuliner tersebut, masih belum populer seperti Mie Aceh, Sate Padang, dan lainnya. Oleh karenanya, selain bekerja sama dengan Kopi Kong Djie dia juga aktif mengikuti festival makanan, seperti Festival jajanan Bango, pameran KKI (Karya Kreatif Indonesia) oleh Bank Indonesia, Asean Market di Senayan dan lainnya.
Adapun Mie Belitung Atep memiliki penyajian yang unik, menggunakan dari mie kuning yang bertekstur kenyal agak keras, dan isiannya udang, kentang, timun, dan emping. Disiram dengan kuahnya yang manis dan kental, perpaduan kaldu udang dan gula aren, lalu disajikan di atas daun simpur.
"Resepnya belum ada yang berubah, dari oma diturunkan ke ibu yang masak di rumah, lalu saya dan kakak saya yang fokus menjual," katanya.
Daun simpur adalah tanaman asli masyarakat Bangka Belitung. Biasa digunakan sebagai pembungkus makanan atau bahan baku obat. Khusus untuk Mie Belitung, Vivienne mendatangkan langsung daun ini dari daerah asalnya, lantaran di Jakarta masih belum banyak.
Selain Mie Belitung Atep ada juga kuliner khas ibu Kota Jawa Barat, yakni Kupat Tahu Gempol Bandung yang berdiri sejak 1965. Sesuai dengan namanya, lokasi gerai pertama kupat tahu ini ada di jalan Gempol Kulon nomor 53, tak jauh dari Gedung Sate. Pendirinya adalah Hajar Hasanah, saat ini dilanjutkan oleh generasi ketiganya Mochammad Reza. Baginya melanjutkan bisnis keluarga yang sudah berdiri sejak puluhan tahun tentu tifak mudah.
"Kalau bukan saya siapa lagi, dari kecil memang sudah diajarin berbisnis kuliner supaya bisa melanjutkan usaha keluarga," kata Reza.
Seporsi Kupat tahu Gempol dijual Rp20.000 isiannya ada tahu, ketupat, tauge, bumbu kacang, dan kerupuk merah. Tahu dan ketupatnya sangat lembut dan empuk, disiram bumbu kacangnya yang sangat wangi, tak ketinggalan ditambah kerupuk merah yang renyah dan gurih.
"Kalau Kupat Tahu Gempol, keunikannya dari bumbu kacangnya yang beda dari kupat tahu lain, kita pakai kacang tanah asli, kecap, dan bumbu rahasia lainnya," ujarnya.
Menurut Reza supaya menu kupat tahu Gempol ini tetap memiliki cita rasa otentik, pemilihan bahan-bahannya juga harus diperhatikan. Dia menghindari bumbu kancang instan, dan lebih suka meraciknya langsung dari bahan-bahan pilihan.
"Kacang tanahnya langsung dari Tuban, karena lebih kental, minyak bekas goreng kacangnya juga jernih, bisa dipakai lagi untuk goreng kerupuk," katanya.
Sebagai upaya melanjutkan bisnis keluarga, kedepannya pun Reza berencana untuk ekspansi ke kota-kota besar lainnya. Namun, saat ini dia fokus untuk mengenalkan Kupat Tahu Gempol ke masyarakat di luar Bandung. Salah satu caranya dengan mengikuti festival kuliner yang digelar di Jakarta dan kota besar lainnya.
"Sekarang di Festival Jajanan Bango 2023 selama tiga hari ini, kita punya target jual 1.000 piring," ujarnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Sebanyak 100 legenda kuliner dari Sabang sampai Merauke dihadirkan di FJB untuk menyajikan beragam hidangan lezat dan menggugah selera. Mengusung tema Bangkitkan Sejuta Rasa Nusantara, FJB 2023 menghadirkan immersive room, yakni ruangan yang didesain untuk membangkitkan sejuta rasa terhadap kuliner otentik nusantara melalui panca indera.
Baca juga: Hypereport: Denyut Kuliner Legendaris di Kawasan Elite Ibu Kota
Pengunjung diajak untuk merasakan pengalaman multisensori dengan memanfaatkan kepekaan lima indera. Mulai dari mata yang memvisualisasikan makanan, hidung yang mencium aromanya, telinga yang mendengar suara memasak dan mengunyah makanan, kulit yang menyentuh teksturnya, dan lidah yang mengecap kelezatan rasanya.
"Pengalaman multisensori menggunakan kelima panca indera diharapkan bisa membangkitkan cita rasa kuliner Indonesia untuk membangkitakan cita rasa kuliner nusantara," ujar Amaryllis Esti Wijono, Direktur Nutrition, PT Unilever Indonesia, Tbk.
Sejumlah penjaja kuliner yang dihadirkan di Festival Jajanan Bango 2023 menyandang predikat legendaris karena telah berdiri sejak lama dan berhasil mempertahankan pelanggan setianya, bahkan berekspansi ke kota-kota besar di tanah air. Rahasianya terletak pada racikan bumbu dan cita rasa yang konsisten, serta etika berbisnis yang diwariskan turun-temurun pada generasi penerusnya.
Ruang immersive Festival Jajanan Bango 2023 (Sumber Foto: FJB 2023)
Salah satu kuliner legendaris yang ikut berpartisipasi dalam Festival Jajanan Bango 2023 adalah Mie Belitung Atep, kuliner peranakan Tionghoa yang berdiri sejak 1973. Seperti namanya, Mie Belitung Atep menjadi identitas Bangka Belitung, yakni Tanjungpandan. Pendirinya adalah Verawati yang juga dikenal dengan nama panggilannya Atep. Dijuluki Atep lantaran Verawati saat kecil bertubuh besar, dalam bahasa Mandarin dialek Khek, tep artinya gemuk.
Masih membawa nama Atep, saat ini bisnis Mie Belitung tersebut diteruskan oleh generasi ketiganya, yakni Servina Viviene Tjindana dan sang kakak yang merupakan cucu ibu Atep. Walaupun tak langsung turun untuk memasak, keduanya fokus dengan penjualan dan pengembangan bisnisnya.
"Mie Belitung Atep ini gerai pertamanya di Belitung sejak 1973, ini menjadi tahun ke-30 bisnis ini berjalan, sekarang dipegang oleh saya dan kakak sebagai generasi ketiga," kata Viviene kepada Hypeabis.id.
Kendati sangat populer di kota asalnya, Mie Belitung Atep belum mau berekspansi ke Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Menurut Vivien, rencana tersebut tentunya ada, sekarang dia sedang mewujudkannya secara bertahap. Strategi bisnisnya adalah membuat kuliner ini dikenal lebih luas lagi oleh masyarakat di luar Belitung.
"Kita kerja sama dengan kedai kopi Kong Djie untuk supply mie Belitung ini sebagai salah satu menunya," kata Viviene.
Kedai kopi Kong Djie adalah warkop tertua di Belitung, sampai saat ini sudah memiliki banyak outlet yang tersebar di Jakarta, seperti Pondok Kelapa, Tanjung Duren, Mangga Besar, dan lainnya. Lantaran sama-sama menjual produk asli Belitung, Vivien menilai kedai kopi Kong Djie sebagai partner bisnis yang tepat untuk menjangkau lebih banyak konsumen. Mulai dari masyarakat sekitar yang ingin mengenal kuliner Belitung atau orang-orang asli Belitung yang merantau ke Jakarta dan rindu masakan khas daerahnya.
Mempertahankan bisnis keluarga supaya tetap eksis tentu bukan hal yang mudah, Viviene sendiri menghadapi tantangan saat mengenalkan Mie Belitung kepada masyarakat luas. Menurutnya belum banyak orang yang tahu tentang kuliner tersebut, masih belum populer seperti Mie Aceh, Sate Padang, dan lainnya. Oleh karenanya, selain bekerja sama dengan Kopi Kong Djie dia juga aktif mengikuti festival makanan, seperti Festival jajanan Bango, pameran KKI (Karya Kreatif Indonesia) oleh Bank Indonesia, Asean Market di Senayan dan lainnya.
Adapun Mie Belitung Atep memiliki penyajian yang unik, menggunakan dari mie kuning yang bertekstur kenyal agak keras, dan isiannya udang, kentang, timun, dan emping. Disiram dengan kuahnya yang manis dan kental, perpaduan kaldu udang dan gula aren, lalu disajikan di atas daun simpur.
"Resepnya belum ada yang berubah, dari oma diturunkan ke ibu yang masak di rumah, lalu saya dan kakak saya yang fokus menjual," katanya.
Daun simpur adalah tanaman asli masyarakat Bangka Belitung. Biasa digunakan sebagai pembungkus makanan atau bahan baku obat. Khusus untuk Mie Belitung, Vivienne mendatangkan langsung daun ini dari daerah asalnya, lantaran di Jakarta masih belum banyak.
Selain Mie Belitung Atep ada juga kuliner khas ibu Kota Jawa Barat, yakni Kupat Tahu Gempol Bandung yang berdiri sejak 1965. Sesuai dengan namanya, lokasi gerai pertama kupat tahu ini ada di jalan Gempol Kulon nomor 53, tak jauh dari Gedung Sate. Pendirinya adalah Hajar Hasanah, saat ini dilanjutkan oleh generasi ketiganya Mochammad Reza. Baginya melanjutkan bisnis keluarga yang sudah berdiri sejak puluhan tahun tentu tifak mudah.
"Kalau bukan saya siapa lagi, dari kecil memang sudah diajarin berbisnis kuliner supaya bisa melanjutkan usaha keluarga," kata Reza.
Seporsi Kupat tahu Gempol dijual Rp20.000 isiannya ada tahu, ketupat, tauge, bumbu kacang, dan kerupuk merah. Tahu dan ketupatnya sangat lembut dan empuk, disiram bumbu kacangnya yang sangat wangi, tak ketinggalan ditambah kerupuk merah yang renyah dan gurih.
"Kalau Kupat Tahu Gempol, keunikannya dari bumbu kacangnya yang beda dari kupat tahu lain, kita pakai kacang tanah asli, kecap, dan bumbu rahasia lainnya," ujarnya.
Menurut Reza supaya menu kupat tahu Gempol ini tetap memiliki cita rasa otentik, pemilihan bahan-bahannya juga harus diperhatikan. Dia menghindari bumbu kancang instan, dan lebih suka meraciknya langsung dari bahan-bahan pilihan.
"Kacang tanahnya langsung dari Tuban, karena lebih kental, minyak bekas goreng kacangnya juga jernih, bisa dipakai lagi untuk goreng kerupuk," katanya.
Sebagai upaya melanjutkan bisnis keluarga, kedepannya pun Reza berencana untuk ekspansi ke kota-kota besar lainnya. Namun, saat ini dia fokus untuk mengenalkan Kupat Tahu Gempol ke masyarakat di luar Bandung. Salah satu caranya dengan mengikuti festival kuliner yang digelar di Jakarta dan kota besar lainnya.
"Sekarang di Festival Jajanan Bango 2023 selama tiga hari ini, kita punya target jual 1.000 piring," ujarnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.