Ilustrasi penelitian virus (Sumber gambar: Unsplash/CDC)

Perkembangan Kasus Monkeypox di Indonesia dan Potensi Ancaman Wabah

27 October 2023   |   13:45 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Jumlah kasus Cacar Monyet atau Monkeypox di Indonesia terus bertambah. Kementerian Kesehatan mencatat kasus konfirmasi Monkeypox hingga 26 Oktober 2023 telah mencapai 14 kasus. Sebagian besar dari kasus tersebut dialami oleh laki-laki berusia produktif.

Menurut Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes dr Maxi Rein Rondonuwu, selain 14 kasus konfirmasi tersebut, saat ini ada dua kasus probable atau yang memiliki gejala dan kontak dengan orang positif.

Selain itu, masih terdapat 9 kasus suspek atau bergejala dan sudah diambil sampel dan kini tinggal menunggu hasilnya keluar. Dia mengatakan kasus ini terus menjadi perhatian karena masih mengalami pertambahan sejak pertama kali dilaporkan pada 20 Agustus 2022.

“Kasus kita ada 14 total sampai hari ini. Setiap hari rata-rata bertambah dua sampai tiga kasus,” ungkap Maxi dikutip Hypeabis.id dari laman resmi Kemenskes, Jumat (27/10).

Baca juga: Punya Gejala Khas, Ini Perbedaan Monkeypox Dengan Cacar Air

Maxi menjelaskan dari segi usia, sebanyak 64 persen masih berumur 25 tahun sampai 29 tahun. lalu, 36 persen lainnya berusia 30 tahun sampai 39 tahun. Semua pasien konfirmasi adalah laki-laki dan tertular melalui perilaku seks berisiko.

Dilihat dari segi persebarannya, saat ini 12 kasus konfirmasi ada di DKI Jakarta, 2 kasus di Tangerang. Kondisi penyakit penyerta kasus positif rata-rata memiliki ODHIV dan Sifilis.

Ada beberapa gejala yang teramati dari pasien positif tersebut. Paling umum adalah munculnya lesi pada kulit, seperti ruam merah, krusta, dan bernanah. Kondisi ini juga disertai demam atau ada pembengkakan kelenjar, terutama di bagian paha. Pasien juga mengalami sakit menelan, nyeri tenggorokan, sakit otot, menggigil, badan sakit, kelelahan, mual, bahkan ada yang sampai diare.

“Ini gejala-gejala yang umumnya ada pada penderita Mpox. Tapi yang spesifik untuk membedakan Mpox dengan cacar air adalah adanya limfadenopati atau pembengkakan kelenjar getah bening,” imbuhnya.

Saat ini upaya yang dilakukan Kemenkes ialah memperkuat surveilans atau penemuan kasus aktif. Kementerian bekerja sama dengan komunitas dan relawan untuk menjangkau kelompok-kelompok tertentu agar bisa terdeteksi, utamanya yang punya kontak erat dengan kasus konfirmasi.

Dalam upaya pencegahan, vaksinasi juga telah disiapkan sejak akhir tahun lalu. Stok vaksin saat ini baru tersedia 1000 dosis untuk jumlah sasaran 477 orang dengan pemberian dua dosis dengan rentang empat minggu. Pemberian vaksin diprioritaskan pada kontak erat dengan penderita Mpox dan ODHIV.


Ancaman Wabah

Ilustrasi sebaran virus (Sumber gambar: Unsplas/Martin Sanchez)

Ilustrasi sebaran virus (Sumber gambar: Unsplash/Martin Sanchez)

Merebaknya Monkeypox telah menjadi isu hangat di dunia kesehatan global dalam satu tahun terakhir. Setelah angka Covid-19 terus mengalami penurunan pada tahun lalu, justru laporan kasus cacar monyet dari negara non endemis meningkat.

Sejak 2022, WHO telah menerima laporan kasus Monkeypox terus meluas ke 12 negara non endemis yang berada di tiga regional WHO, yakni Eropa, Amerika, dan Western Pacific. Organisasi kesehatan dunia ini bahkan sempat mengeluarkan status darurat kesehatan masyarakat.

Namun, pada pertengahan tahun ini, status itu dicabut seiring dengan menurunnya jumlah kasus. Melansir Pan American Health Organization, Komite Darurat Cacar Monyet menemukan adanya penurunan signifikan dalam jumlah kasus yang dilaporkan dibanding periode pelaporan sebelumnya. Selain itu, tidak ada perubahan tingkat keparahan dan manifestasi klinis penyakit ini.

Walapun demikian, komite masih mengakui adanya ketidakpastian mengenai penyakit ini, termasuk cara penularan di beberapa negara, buruknya kualitas data yang dilaporkan, dan masih kurangnya tindakan penanggulangan yang efektif, utamanya di negara Afrika.

Komite sepakat untuk peristiwa ini adalah tantangan jangka panjang yang sebaiknya diatasi sebagai upaya berkelanjutan dalam transisi menuju strategi jangka panjang.

Komite menekankan perlunya kemitraan jangka panjang untuk memobilisasi dukungan keuangan dan teknis yang diperlukan untuk mempertahankan pengawasan. Kemudian, juga untuk tindakan pengendalian serta penelitian untuk penghapusan jangka panjang penularan dari manusia ke manusia, serta mitigasi penularan zoonosis.

Oleh karena itu, kasus ini mesti tetap menjadi perhatian bagi setiap negara, terutama yang masih memiliki kasus konfirmasi. Kapasitas pengujian, testing, dan data terkait penyakit ini mesti lebih akurat dan berkelanjutan.

Baca juga: 7 Fakta Penting tentang Kasus Monkeypox di Indonesia

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Sudah Tayang, Cek Sinopsis Nike Ardilla The Series

BERIKUTNYA

Fakta Penyakit Lupus Nefritis yang Diidap Shena Malsiana

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: