Menelisik Karya-karya Pemenang Ajang UOB Painting of the Year Indonesia 2023
26 October 2023 |
16:31 WIB
Kompetisi lukis UOB Indonesia kembali memberi penghargaan dalam ajang UOB Painting of the Year (POY) Indonesia 2023. Ajang dimulai sejak 1982 ini memiliki visi untuk mengapresiasi karya seni agar dapat diakses publik lewat program seni visual, kemitraan, dan penjangkauan komunitas dunia.
Menjadi gelaran prestise ke-13, tahun ini pemenang utama diberikan pada Ni Nyoman Sani atas karyanya yang bertajuk Tranquility (Keheningan). Sesuai judulnya karya menggunakan media campuran di atas kanvas berdimensi 150 X 150 cm itu memang mengajak audiens untuk memaknai kesunyian.
Baca juga: 45 Lukisan karya Pelajar Dipamerkan di Museum Basoeki Abdullah, Angkat Isu Krisis Iklim
Secara umum, saat diperhatikan dalam karya Sani terlihat sosok-sosok mahluk hidup dalam jumlah besar dari pemanfaatan tekstur media yang digunakan. Hal itu terlihat dari pola abstrak pada kanvas putih yang memunculkan ilusi gerak ketika tertimpa cahaya dengan sedikit tekstur berwarna kehijauan.
Perupa berusia 48 tahun itu mengatakan, karyanya tersebut merepresentasikan juga kehidupan spiritual manusia. Khususnya mengenai ritual tradisi masyarakat Bali yang masih mencerminkan adanya kesatuan ritme antara kehidupan manusia dan alam, sehingga membentuk suatu ekosistem yang utuh.
Tumbuh dewasa di Sanur, sebuah kawasan pesisir di Bali, Sani memang mempelajari alam dan karakteristik bahan-bahan alami yang ada di dalamnya. Ibarat puing-puing terumbu karang yang terdampar di pantai dan membentuk pola unik dalam jangka waktu yang lama, Sani meyakini bahwa proses serupa juga terjadi pada tubuh dan jiwa manusia.
"Saya tidak membentuk pola tertentu di dalam kanvas sebenarnya. Karena saya rasa pelepasan dari diri [saat melukis] itu yang penting, sebab dengan cara tersebut dapat memberi energi bagi saya untuk terus berkarya," katanya.
Sementara itu, dewan juri UOB Painting of the Year 2023, Melati Suryodarmo mengatakan, sang seniman mampu menunjukkan kemampuan artistik yang kuat dalam membuat lukisan abstrak. Selain itu Sani juga berhasil merepresentasikan alam yang menyerupai sisa-sisa terumbu karang yang kerap ditemukan di kawasan pesisir Sanur.
"Melalui karya ini Sani juga seolah ingin merepresentasikan pentingnya menjaga warisan tradisi Bali dan pengaruh alamnya terhadap psikologi dan budaya spiritualitas yang saat ini masih kental di Pulau Dewata itu,” kata Melati.
Adapun karya lain yang berhasil memikat mata juri adalah lukisan berjudul 7°49'03.3”S 110°21 '00.2"E dari Begok Oner. Perupa pemenang kategori Emerging Artist itu menggambarkan sebuah sudut tembok yang dipenuhi mural dengan konsep kaca cembung di sebuah distrik di daerah Yogyakarta.
Judul karya dari lukisan tersebut juga diambil dari titik koordinat Google maps. Sepintas karya tersebut juga terlihat seperti gambar yang tertangkap oleh kamera surveillance yang saat ini sudah ada di mana-mana laiknya sistem kontrol yang disebut dengan panoptikon atau penjara bundar.
Salah satu juri UOB Painting of the Year 2023, Agung Hujatnika Jenong mengatakan karya ini juga seolah ingin mengkritik gejala sosial yang saat ini sudah tidak adanya ruang privasi di dunia saat ini. Titik koordinat maps menurut jenong juga menunjukan tidak ada lagi titik blind spot atau terra incognita (tanah tak dikenal).
"Percepatan teknologi membuat tidak ada lagi blind spot di bumi karena semuanya sudah terekam dan dipetakan oleh satelit. Jadi dengan adanya pengawasan, Google, saat ini semua wilayah tersebut sudah dibuat menjadi titik-titik koordinat," katanya.
Selain Ni Nyoman Sani dan Begok Oner, ajang UOB of The Year 2023 juga dimenangi oleh Faisal Azhari Palito Perak, Anastasi Astika Pramesti, dan I Gusti Agung Gede Jemana Murti di kategori perupa profesional. Sementara itu pada kategori pendatang baru ada juga nama Nathaniel Pius Amaris Heru Brahmana, Sultan Putra, dan Zeta Ranniry Abidin.
Baca juga: Akan Dilelang November, Simak Cerita di Balik Lukisan Femme ala Montre Karya Pablo Picasso
Editor: Indyah Sutriningrum
Menjadi gelaran prestise ke-13, tahun ini pemenang utama diberikan pada Ni Nyoman Sani atas karyanya yang bertajuk Tranquility (Keheningan). Sesuai judulnya karya menggunakan media campuran di atas kanvas berdimensi 150 X 150 cm itu memang mengajak audiens untuk memaknai kesunyian.
Baca juga: 45 Lukisan karya Pelajar Dipamerkan di Museum Basoeki Abdullah, Angkat Isu Krisis Iklim
Secara umum, saat diperhatikan dalam karya Sani terlihat sosok-sosok mahluk hidup dalam jumlah besar dari pemanfaatan tekstur media yang digunakan. Hal itu terlihat dari pola abstrak pada kanvas putih yang memunculkan ilusi gerak ketika tertimpa cahaya dengan sedikit tekstur berwarna kehijauan.
Perupa berusia 48 tahun itu mengatakan, karyanya tersebut merepresentasikan juga kehidupan spiritual manusia. Khususnya mengenai ritual tradisi masyarakat Bali yang masih mencerminkan adanya kesatuan ritme antara kehidupan manusia dan alam, sehingga membentuk suatu ekosistem yang utuh.
Karya Ni Nyoman Sani bertajuk Tranquility. (sumber gambar Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)
"Saya tidak membentuk pola tertentu di dalam kanvas sebenarnya. Karena saya rasa pelepasan dari diri [saat melukis] itu yang penting, sebab dengan cara tersebut dapat memberi energi bagi saya untuk terus berkarya," katanya.
Sementara itu, dewan juri UOB Painting of the Year 2023, Melati Suryodarmo mengatakan, sang seniman mampu menunjukkan kemampuan artistik yang kuat dalam membuat lukisan abstrak. Selain itu Sani juga berhasil merepresentasikan alam yang menyerupai sisa-sisa terumbu karang yang kerap ditemukan di kawasan pesisir Sanur.
"Melalui karya ini Sani juga seolah ingin merepresentasikan pentingnya menjaga warisan tradisi Bali dan pengaruh alamnya terhadap psikologi dan budaya spiritualitas yang saat ini masih kental di Pulau Dewata itu,” kata Melati.
Adapun karya lain yang berhasil memikat mata juri adalah lukisan berjudul 7°49'03.3”S 110°21 '00.2"E dari Begok Oner. Perupa pemenang kategori Emerging Artist itu menggambarkan sebuah sudut tembok yang dipenuhi mural dengan konsep kaca cembung di sebuah distrik di daerah Yogyakarta.
Judul karya dari lukisan tersebut juga diambil dari titik koordinat Google maps. Sepintas karya tersebut juga terlihat seperti gambar yang tertangkap oleh kamera surveillance yang saat ini sudah ada di mana-mana laiknya sistem kontrol yang disebut dengan panoptikon atau penjara bundar.
Salah satu juri UOB Painting of the Year 2023, Agung Hujatnika Jenong mengatakan karya ini juga seolah ingin mengkritik gejala sosial yang saat ini sudah tidak adanya ruang privasi di dunia saat ini. Titik koordinat maps menurut jenong juga menunjukan tidak ada lagi titik blind spot atau terra incognita (tanah tak dikenal).
"Percepatan teknologi membuat tidak ada lagi blind spot di bumi karena semuanya sudah terekam dan dipetakan oleh satelit. Jadi dengan adanya pengawasan, Google, saat ini semua wilayah tersebut sudah dibuat menjadi titik-titik koordinat," katanya.
Selain Ni Nyoman Sani dan Begok Oner, ajang UOB of The Year 2023 juga dimenangi oleh Faisal Azhari Palito Perak, Anastasi Astika Pramesti, dan I Gusti Agung Gede Jemana Murti di kategori perupa profesional. Sementara itu pada kategori pendatang baru ada juga nama Nathaniel Pius Amaris Heru Brahmana, Sultan Putra, dan Zeta Ranniry Abidin.
Baca juga: Akan Dilelang November, Simak Cerita di Balik Lukisan Femme ala Montre Karya Pablo Picasso
Editor: Indyah Sutriningrum
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.