Mejeng Perdana di JFW 2024, Tobatenun Bawa Koleksi Masa Rani
26 October 2023 |
07:51 WIB
1
Like
Like
Like
Tobatenun akhirnya debut di panggung Jakarta Fashion Week (JFW) 2024. Jenama tekstil yang mengusung konsep sustainable fashion ini mempersembahkan koleksi ready to wear terbarunya, Masa Rani: A Season of Bounty dalam gelaran fesyen bergengsi tersebut.
Founder & CEO Tobatenun Kerri na Basaria mengatakan Masa Rani memiliki makna Masa Panen dalam bahasa Karo. Ini merupakan cerminan keragaman budaya dan kekayaan hasil bumi Kabupaten dan Puak Karo. Daerah ini terkenal sebagai produsen padi, buah-buahan, dan bunga-bungaan, dengan produk-produk pertanian yang bahkan diekspor ke luar Indonesia, termasuk Malaysia.
Tobatenun katanya mengambil inspirasi dari kekayaan ini untuk menciptakan koleksi Masa Rani dengan beragam warna seperti fir green yang mencerminkan tanaman padi dan sun kissed coral yang menggambarkan berbagai hasil bumi seperti bunga dan buah.
Baca juga: Tobatenun Dorong Perekonomian Masyarakat Desa lewat Bisnis Sosial Kain Tenun Khas Batak
Koleksi ini menampilkan motif kontemporer yang terinspirasi oleh Uis Beka Buluh, motif tradisional dari kelompok masyarakat Batak Karo yang biasanya digunakan dalam berbagai acara suka cita maupun duka cita. Motif yang dikenakan oleh laki-laki dengan cara melipat kain menjadi segitiga di pundak.
Dalam koleksi berisi 16 tampilan ini, Tobatenun menggunakan pewarna alami sesuai dengan misi keberlanjutan yang dibawanya. Pada koleksi Masa Rani juga terdapat motif-motif kontemporer yang memikat.
Para partonun di balik koleksi ini telah berhasil menggabungkan unsur-unsur tradisional dengan nuansa kontemporer, menciptakan sebuah harmoni visual yang memukau. Kerri menyebut motif-motif yang terinspirasi dari tradisi agrikultur Puak Karo adalah cerminan dari bagaimana Tobatenun terus berinovasi, memadukan kekayaan warisan budaya dengan tren fesyen terkini.
Kehadiran motif-motif kontemporer dalam koleksi Masa Rani dinilai bukan hanya menambahkan keunikan estetika, tetapi juga menghadirkan pesan penting tentang relevansi budaya dalam dunia mode masa kini. Dalam penggabungan ini, Tobatenun tidak hanya mengeksplorasi kain tenun Batak dalam konteks modern, tetapi juga menjembatani kesenian tradisional dengan pandangan masa depan yang berkelanjutan.
“Ini adalah sebuah langkah konkrit dalam menghadirkan keberlanjutan dalam industri mode, sambil memberikan sorotan kepada seni dan budaya Indonesia yang berharga,” tegas Kerri dalam pernyataannya, dikutip Hypeabis.id, Rabu (25/10/2023).
Dalam berkarya, Tobatenun melibatkan komunitas para pengrajin dan seniman di berbagai wilayah. Hingga saat ini, jenama tersebut telah menjalin kerja sama dengan total 226 pengrajin di Sumatera Utara, menjangkau dua kota yaitu Siantar dan Medan, serta lima kabupaten yakni Tapanuli Utara, Samosir, Toba, Dairi, Simalungun, Humbang Hasundutan, dan Labuhan Batu Utara.
Kerry menyebut jaringan kemitraan yang luas ini melambangkan inti keyakinan Tobatenun dalam menjaga siklus keberlanjutan. Siklus yang merawat lingkungan, memberdayakan pengrajin dan seniman, mendukung usaha kecil dan menengah, serta melestarikan kekayaan budaya juga adat istiadat.
Tobatenun juga memberikan edukasi melalui pelatihan keterampilan pada para pengrajin. Tobatenun berkomitmen untuk menegakkan prinsip kompensasi yang adil kepada para pengrajin, yang sebagian besar merupakan perempuan. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan mendorong kemandirian ekonomi.
"Dengan memberikan alat-alat dan pengetahuan yang diperlukan, kami membantu mereka membangun masa depan yang lebih baik," tutur Partner & COO Tobatenun Melvi Tampubolon.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Founder & CEO Tobatenun Kerri na Basaria mengatakan Masa Rani memiliki makna Masa Panen dalam bahasa Karo. Ini merupakan cerminan keragaman budaya dan kekayaan hasil bumi Kabupaten dan Puak Karo. Daerah ini terkenal sebagai produsen padi, buah-buahan, dan bunga-bungaan, dengan produk-produk pertanian yang bahkan diekspor ke luar Indonesia, termasuk Malaysia.
Tobatenun katanya mengambil inspirasi dari kekayaan ini untuk menciptakan koleksi Masa Rani dengan beragam warna seperti fir green yang mencerminkan tanaman padi dan sun kissed coral yang menggambarkan berbagai hasil bumi seperti bunga dan buah.
Baca juga: Tobatenun Dorong Perekonomian Masyarakat Desa lewat Bisnis Sosial Kain Tenun Khas Batak
Koleksi ini menampilkan motif kontemporer yang terinspirasi oleh Uis Beka Buluh, motif tradisional dari kelompok masyarakat Batak Karo yang biasanya digunakan dalam berbagai acara suka cita maupun duka cita. Motif yang dikenakan oleh laki-laki dengan cara melipat kain menjadi segitiga di pundak.
Dalam koleksi berisi 16 tampilan ini, Tobatenun menggunakan pewarna alami sesuai dengan misi keberlanjutan yang dibawanya. Pada koleksi Masa Rani juga terdapat motif-motif kontemporer yang memikat.
Para partonun di balik koleksi ini telah berhasil menggabungkan unsur-unsur tradisional dengan nuansa kontemporer, menciptakan sebuah harmoni visual yang memukau. Kerri menyebut motif-motif yang terinspirasi dari tradisi agrikultur Puak Karo adalah cerminan dari bagaimana Tobatenun terus berinovasi, memadukan kekayaan warisan budaya dengan tren fesyen terkini.
Kehadiran motif-motif kontemporer dalam koleksi Masa Rani dinilai bukan hanya menambahkan keunikan estetika, tetapi juga menghadirkan pesan penting tentang relevansi budaya dalam dunia mode masa kini. Dalam penggabungan ini, Tobatenun tidak hanya mengeksplorasi kain tenun Batak dalam konteks modern, tetapi juga menjembatani kesenian tradisional dengan pandangan masa depan yang berkelanjutan.
“Ini adalah sebuah langkah konkrit dalam menghadirkan keberlanjutan dalam industri mode, sambil memberikan sorotan kepada seni dan budaya Indonesia yang berharga,” tegas Kerri dalam pernyataannya, dikutip Hypeabis.id, Rabu (25/10/2023).
Bangun Komunitas Pengrajin
Dalam berkarya, Tobatenun melibatkan komunitas para pengrajin dan seniman di berbagai wilayah. Hingga saat ini, jenama tersebut telah menjalin kerja sama dengan total 226 pengrajin di Sumatera Utara, menjangkau dua kota yaitu Siantar dan Medan, serta lima kabupaten yakni Tapanuli Utara, Samosir, Toba, Dairi, Simalungun, Humbang Hasundutan, dan Labuhan Batu Utara.Kerry menyebut jaringan kemitraan yang luas ini melambangkan inti keyakinan Tobatenun dalam menjaga siklus keberlanjutan. Siklus yang merawat lingkungan, memberdayakan pengrajin dan seniman, mendukung usaha kecil dan menengah, serta melestarikan kekayaan budaya juga adat istiadat.
Tobatenun juga memberikan edukasi melalui pelatihan keterampilan pada para pengrajin. Tobatenun berkomitmen untuk menegakkan prinsip kompensasi yang adil kepada para pengrajin, yang sebagian besar merupakan perempuan. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan mendorong kemandirian ekonomi.
"Dengan memberikan alat-alat dan pengetahuan yang diperlukan, kami membantu mereka membangun masa depan yang lebih baik," tutur Partner & COO Tobatenun Melvi Tampubolon.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.