Ilustrasi penerapan smart farming. (Sumber gambar : Freepik/Jcomp)

Banyak Manfaat Tapi Belum Banyak Digarap, Pakar IPB Ungkap Tantangan Smart Farming

25 October 2023   |   11:00 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Smart farming menjadi konsep pertanian yang memiliki banyak manfaat. Dengan teknologi, para petani bisa mengelola lahan pertaniannya dengan baik dan akhirnya berdampak pada peningkatkan hasil produksi. Kendati demikian, ada sejumlah tantangan yang dihadapi.  

Pakar dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Muhammad Firdaus  mengatakan, salah satu tantangannya yakni investasi dalam teknologi. Sebagai contoh, dalam dream irrigation, perlu dana untuk membuat pipa paralon dan menghadirkan sprinkler untuk penyiraman otomatis pada lahan pertanian. Selama ini petani menyiram tanaman secara manual menggunakan tangki, selang, atau cerek. 

Baca juga: Mengenal Smart Farming, Konsep Bertani Efisien dengan Teknologi Canggih

Tantangan lainnya, rata-rata pendidikan petani menurut Firdaus terbilang rendah. Alhasil literasi penerapan teknologi masih sangat terbatas. Dari pengalamannya Internet of Things (IoT) pada petani hortikultura, banyak dari petani yang masih belum mengerti cara memasukkan data. 

Dia menjelaskan, syarat bekerja IoT yakni adanya data. Jikalau para petani tidak memasukkan data, sebagai contoh aktivitas pertanian apa saja yang sudah dilakukan, penerapan IoT pun tidak membuahkan hasil.

Firdaus menerangkan smart farming sangat membantu manajemen pertanian untuk meningkatkan hasil produksi hingga pada pemasaran. Sejauh ini di Indonesia, penerapan smart farming masih banyak dalam skala green house atau rumah kaca, yakni budidaya tanaman di dalam ruang. Untuk open field atau hamparan terbuka, masih sangat terbatas. 

Di dalam ruang atau green house, para petani bisa mengontrol suhu, penyiraman, hingga masa panen menggunakan basis data yang sebelumnya sudah dikumpulkan dan dipetakan. 

Sebagai contoh, petani yang menerapkan pertanian pintar biasanya menggunakan dream irrigation pada lahan pertaniannya. Ini adalah metode penyemprotan tanaman menggunakan sprinkler otomatis yang dikendalikan melalui perangkat berupa remote control atau handphone yang terhubung dengan internet. 

Menerapkan dream irrigation membuat petani efisien dalam menggunakan air bahkan lebih tepat dalam pemberian pupuk. “Nanti pakai remote control, dari handphone, terhubung dengan mesin, nanti mesinnya memproses, oke saatnya watering, langsung siram,” tutur Firdaus saat dihubungi Hypeabis.id beberapa waktu lalu.

Beberapa perusahaan di Yogyakarta katanya bahkan menerapkan teknologi sensor cuaca. Sensor tersebut mengumpulkan data cuaca, untuk kemudian disampaikan kepada petani. 

Para petani akan mendapatkan pesan singkat atau pemberitahuan di aplikasi khusus terkait cuaca di lahan pertanian yang sudah dibenamkan sensor. Alhasil dari data itu, petani dapat menentukan waktu yang tepat melakukan pemupukan atau penyiraman tanaman. 

“Pengetahuan cuaca mempengaruhi keputusan petani dalam penerapan teknologi. Dengan perkiraan cuaca, ada efisiensi dalam penggunaan tenaga kerja, pupuk, hingga air,” ulas Firdaus.

Di samping itu, dia juga menyebutkan bahwa metode hidroponik termasuk dalam smart farming. Dia menyampaikan setiap pertanian yang menggunakan teknologi maju bisa disebut smart farming, termasuk penyimpanan data di dalam blockchain

Dalam buku besar yang menyimpan semua data tersebut, petani bisa menentukan waktu yang tepat untuk menanam, panen, hingga menentukan jalur distribusinya. “Semua bisa dimonitor. Misal kirim melon dari Jawa Timur ke Jakarta, sudah bisa dilihat dalam sistem blockchain dengan baik,” tambahnya.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Gamecom Bakal Buka Demo Eksklusif Troublemaker: Beyond Dream di G2G Festival 2023

BERIKUTNYA

Survei Perilaku Konsumtif Masyarakat Indonesia, 41% Gunakan Pinjol untuk Kebutuhan Rumah Tangga & Modal Usaha

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: