Ilustrasi smart farming. (Sumber gambar : Freepik/Pressfoto)

Mengenal Smart Farming, Konsep Bertani Efisien dengan Teknologi Canggih

25 October 2023   |   08:16 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Pertanian menjadi sektor krusial untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Namun, pengelolaan dan pengembangannya dihadapi dengan banyak tantangan mulai dari sumber daya manusia (SDM), lahan yang terus berkurang, hingga cuaca tidak menentu akibat perubahan iklim yang berdampak pada ketersediaan air dan masa panen.

Untung saja teknologi semakin berkembang dan menyentuh seluruh sektor kehidupan, termasuk pertanian. Kini, muncul istilah smart farming atau pertanian pintar. Sebuah konsep manajemen bercocok tanam yang mengandalkan bantuan teknologi canggih seperti big data, cloud storage dan internet of things (IoT). 

Baca juga: Menjaga Eksistensi Subak Jatiluwih, Konsep Pertanian Bali Warisan Budaya UNESCO

Guru Besar Institut Pertanian Bogor Prof. Dwi Andreas Santoso menerangkan smart farming pada dasarnya adalah pertanian presisi. Konsepnya adalah sistem pertanian yang mengintegrasikan strategi manajemen dan teknologi untuk mengefisienkan penggunaan sumber daya, guna mendapatkan hasil maksimal dan mengurangi dampak buruk terhadap kelestarian lingkungan. 

“Karena masuknya teknologi dan informasi, berkembang menjadi smart farming, memanfaatkan teknologi informasi di dunia pertanian, bisa dalam bentuk perangkat lunak dan perangkat keras,” ujarnya saat dihubungi Hypeabis.id beberapa waktu lalu.

Ada banyak teknologi yang dimanfaatkan dalam smart farming. Sebagai contoh pengendalian hama dengan menggunakan drone, pembajakan lahan menggunakan traktor yang dibenamkan chipset agar bisa berjalan sendiri, maupun pengendalian unsur hara dengan teknologi informasi.

Dwi menyebut secara umum, budidaya tanaman pangan atau hortikultura di Indonesia masih belum menerapkan smart farming. Sekalipun pada tingkat paling rendah seperti penetapan kebutuhan pupuk berdasarkan analisis tanah.

Jika dibandingkan dengan India maupun Thailand, Indonesia masih tertinggal dalam penerapan smart farming. Di India, pemerintah melakukan analisis sampel tanah secara massal untuk menetapkan kebutuhan pupuk berdasarkan tanaman pada setiap wilayahnya. Dwi mengatakan bahwa kebutuhan pupuk sangat berbeda tergantung jenis tanamannya.

Sementara di Thailand, pemerintah pusat menyediakan mobil keliling untuk analisis tanah. Dengan demikian, petani bisa melihat kondisi lahan dan unsur hara melalui mobil tersebut untuk kemudian menentukan jenis tanaman maupun dosis pupuk yang digunakan. Di Indonesia, Kementan hanya mengeluarkan rekomendasi pemupukan secara umum. 

“Di Indonesia pun dalam level precision farming kita belum menerapkan, kecuali di perkebunan besar, industri hortikultura. Secara umum kita belum menerapkan itu. Jangan bicara smart farming jika [penguasaan] precision farming saja belum,” ulas Dwi. 

Memang untuk penerapan smart farming, menurutnya ada banyak tantangan. Meskipun Kementan sudah memiliki konsep, pelaksanaannya memerlukan anggaran yang cukup besar dan perlu menjadi prioritas. 

Adapun pada level usaha tani, Dwi berpendapat mereka perlahan akan menerapkan smart farming ketika inovasi teknologi dan informasi ini memberikan dampak nyata dari sisi efisiensi hingga hasil maksimal. Persoalan terbesar saat ini, pendapatan para petani terbilang masih rendah. 

“Kalau pendapatan petani rendah, luas lahan yang dikelola kecil, enggak mungkin mereka menambahkan inovasi baru. Ketika menerapkan teknologi baru, butuh modal,” imbuhnya. 

Dwi menjabarkan smart farming sejatinya memiliki tiga manfaat utama yakni menurunkan biaya usaha tani, meningkatkan produksi, dan menambah pendapatan. Ketika teknologi baru tidak berdampak terhadap tiga hal tersebut, pasti tidak akan dipakai. 

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Garuda Indonesia Travel Fair 2023 Hadir di 7 Kota, Cek Lokasi hingga Informasi Promonya

BERIKUTNYA

Gamecom Bakal Buka Demo Eksklusif Troublemaker: Beyond Dream di G2G Festival 2023

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: