Ilustrasi rumah adat. (Dok. Heru Haryanto dari Unsplash)

Arsitektur Nusantara, Desain Lokal yang Harus Lestari pada Era Modern

20 November 2021   |   14:49 WIB

Arsitektur modern kini banyak dikaitkan dengan desain ala Eropa atau negara-negara di wilayah Barat dengan ciri khas yang terstruktur serta kaku. Akan tetapi, Indonesia ternyata juga memiliki ciri khas dalam arsitektur atau wastunya sendiri yang sudah diimplementasikan dalam sejumlah bangunan atau rumah adat.

Selama ini, Genhype mungkin mengidentifikasi bangunan atau rumah adat sebagai sesuatu yang tradisional dan kurang fleksibel dalam arsitektur modern yang kekinian. Tapi jangan salah lho bahwa arsitektur Nusantara juga memiliki ciri khas yang enggak kalah menarik dengan arsitektur Eropa yang selama ini sudah diimplementasikan sejak zaman pra-kemerdekaan.

Menurut Guru Besar Arsitektur Unika Parahyangan Josef Prijotomo, arsitektur atau wastu Nusantara memiliki ciri khas pada bangunan yang bisa berdiri dengan peralatan atau perkakas yang minim. Hal ini bisa dilihat dari desain bangunan yang tidak menggunakan pasak atau paku serta menggunakan peralatan terbatas yang bisa didayagunakan.

Dengan desain bangunan Nusantara yang cenderung punya fungsi sebagai tempat bernaung, bangunan Nusantara memiliki sejumlah ciri khas unik yang jarang ditemui di bangunan modern. Beberapa di antaranya adalah desain bangunan yang bisa bergoyang melalui teknik penggabungan material dengan diikat-ikat dan/atau ditembus-tembuskan.

Tidak hanya itu, desain bangunan Nusantara juga umumnya menggunakan bahan-bahan yang didapatkan secara lokal. Melalui sejumlah proyek milik pendiri Rumah Asuh Yori Antar dan pendiri firma arsitektur Budi Pradono Architects, Budi Pradono, bahan-bahan yang umum digunakan dalam wastu Nusantara adalah kayu, bambu, rotan, tanah liat, dan bahan-bahan lokal lainnya.

Tidak hanya dari aspek material dan konsep, wastu Nusantara juga mengutamakan aspek kedekatan desain dengan masyarakat melalui cara pembangunannya yang dilakukan dengan gotong rotong. Tidak hanya itu, konsepnya juga bisa dikembalikan ke alam mulai dari referensi desain, bahan-bahan, hingga proses pembangunan atau konstruksi yang telah dipertimbangkan keberlanjutannya.

Meski terdengar tradisional, Genhype jangan sampai mengabaikan fakta bahwa wastu Nusantara ternyata tetap bisa diimplementasikan di kehidupan modern. Yori berpendapat bahwa bangunan dengan wastu Nusantara tetap bisa menjadi kekinian melalui fungsi yang diterapkan di dalam bangunan melalui cerita dari proses pembangunan kembali rumah adat Mbaru Niang di Wae Rebo, Nusa Tenggara Timur.

"Masyarakat Wae Rebo pun juga telah mengkinikan arsitektur tradisional mereka dengan [desain] kekinian, di mana bangunan-bangunan itu ada yang berfungsi sebagai rumah singgah, ada yang menjadi taman bacaan, ada yang jadi [rumah] suvenir. Artinya, mereka telah mengkinikan arsitekturnya tanpa mengubah karakternya," jelasnya dalam webinar Cerlang Nusantara Pandu Masa Depan di Pekan Kebudayaan Nasional 2021, Sabtu (20/11).

Budi juga menyetujui prinsip wastu Nusantara yang bisa dibawa ke dalam desain arsitektur modern. Dia mencontohkan proyek kursi Kosan yang dipamerkan di Maison & Objet Paris yang kental dengan implementasi wastu Nusantara melalui penggunaan rotan yang merupakan salah satu bahan lokal di Indonesia dengan desain yang sesuai dengan kebutuhan masa kini.

"Ini merupakan sesuatu yang penting. Menggunakan material lokal, tetapi bisa mobile untuk kehidupan kita yang masa kini," ujarnya.

Dengan wastu Nusantara yang penting untuk dijaga, Yori kemudian menutup sesi dengan pernyataan bahwa arsitektur tersebut bisa menjadi masa depan bangsa melalui kolaborasi dari berbagai lapisan masyarakat seperti masyarakat, arsitek, dan pengambil kebijakan.

"Bayangkan kalau kita hendak membangun kota-kota kita di Indonesia tapi membawa narasi dari negara lain, maka akan salah sambung semua. Masyarakat tidak juga merasa memiliki dan tidak dilibatkan dan hanya menjadi penonton sehingga jadi satu pemborosan luar biasa," tutur Yori.

Sementara itu, Budi menutup dengan pernyataan bahwa tantangan yang kini hadir dalam implementasi wastu Nusantara adalah adanya tekanan dari industri yang berlawanan dengan upaya kelestarian budaya yang sudah ada sejak lama sehingga pemanfaatnya sulit dilakukan di waktu yang akan datang.

"Jadi memang perjuangannya masih berat sekali karena itu adalah sebuah proses yang integral antara industri juga desain, pemikiran, konsep, dan seterusnya. Kita menganggap penting sekali untuk belajar terus menerus," tutupnya.

Editor Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Coach Hadir di Bandung Lewat Pop-Up Shop Perdana

BERIKUTNYA

New Edition & New Kids on the Block Jadi Tamu di American Music Awards 2021

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: