Performance Lecture Aroma Taranoate di ICAD 2023 (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Keharuman Rempah yang Kian Berjarak dalam Aroma Taranoate di ICAD 2023

22 October 2023   |   21:00 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Belasan rempah khas Ternate, Maluku Utara berceceran di lantai di depan instalasi bertajuk Storytelling, karya Fadriah Syuaib. Bumbu yang pernah diperebutkan oleh berbagai bangsa itu dibiarkan begitu saja tergeletak, seolah tak lagi bertuan.

Seorang pria dengan alat musik fiol di tangannya lalu bersila di samping sejumput bumbu ajaib tersebut. Tatkala alunan fiol mulai terdengar lirih, muncullah seorang perempuan berkerudung yang memungut satu per satu rempah yang tergeletak itu.

Baca juga: Lebih Dekat dengan The Whisper Tree Karya Alex Abbad x Viro di ICAD 2023

Dialah Fadriah Syuaib, si empunya karya Storytelling, yang kini sedang menyuguhkan pertunjukan Aroma Taranoate di depan karyanya sendiri. Dengan telaten, aneka pala, cengkeh, hingga kayu manis itu dimasukkan ke dalam wadah kembali. Masing-masing rempah tersebut lalu ditumbuk.

Aroma khas rempah pun seketika menguar memasuki hidung siapa saja yang berada di dekatnya. Fadrie lalu meracik sebuah minuman berbahan dasar rempah kepada para pengunjung Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) yang sedari tadi mengerubungi karyanya.

Sembari minuman itu disesap, seniman asal Ternate kemudian mulai bercerita soal arti penting rempah bagi tanah kelahirannya, yang kian terlupakan dan kian seolah makin berjarak.
 

Performance Lecture Aroma Taranoate di ICAD 2023 (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Performance Lecture Aroma Taranoate di ICAD 2023 (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Bagi masyarakat Maluku, rempah adalah kenyataan turun-temurun yang seolah ditakdirkan untuk tanah kelahiran mereka. Dongeng tentangnya tercium hingga China, Gujarat, dan bahkan Eropa. Hal yang kemudian berujung pada perjanjian-perjanjian besar sebelum abad ke-12.

Sastrawan Pramoedya Ananta Toer dalam novelnya, Arus Balik (1995), menandai bertubi-tubinya kunjungan pedagang-pedagang asing ke timur Indonesia sebagai titik balik kejayaan Nusantara. Namun, itu dulu.

Fadrie tampak melihat kegemerlapan itu makin hari makin memudar dan berjarak. Tidak hanya bagi orang-orang Jakarta atau Indonesia secara umum. Bahkan, oleh orang-orang di tanah kelahirannya sendiri.

Tanah-tanah perkebunan kini mulai menipis dan digusur jadi lahan tambang. Padahal, kata Fadire, bagi orang-orang Ternate dan Maluku, rempah itu sudah seperti harta mereka. Tetapi mereka dipaksa menerima kenyataan berbeda.

Kekhawatirannya soal keberjarakan rempah yang kian merenggang itu yang akhirnya menelurkan karya ini. Dirinya berharap rempah bisa kembali dekat dengan realitas kehidupan masyarakat Nusantara.
 

Performance Lecture Aroma Taranoate di ICAD 2023 (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Performance Lecture Aroma Taranoate di ICAD 2023 (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Dalam pameran ICAD 2023 ini, Fadrie kemudian membuat sebuah pertunjukan interaktif untuk menebalkan maksud karyanya itu. Performance lecture singkat bertajuk Aroma Taranoate ini menyuguhkan banyak hal menarik.

Dia tak menjadi penyaji tunggal dalam pertunjukan ini. Para pengunjung yang melihat, mendekat, dan berinteraksi juga bagian dari apa yang disuguhkannya. Mereka pun bebas menyentuh, menghirup aroma rempah, dan tentu saja ikut meracik kopi, pala, dan cengkeh menjadi minuman hangat yang nikmat. Pengunjung juga diperbolehkan untuk membawa sejumput rempah ke rumah masing-masing.

Sore itu, rempah-rempah yang mungkin tadinya hanya menjadi dongeng di buku pelajaran sekolah, mewujud menjadi nyata. Fadrie seolah sedang ingin menunjukkan bahwa rempah itu memang masih ada, akan selalu ada, meski kian hari kenyataannya seolah membuatnya berjarak.

“Saya ingin membagikan keharuman [rempah] ini secara langsung. Rempah adalah salah satu komoditas yang ada di Ternate, sesuatu yang menghidupkan masyarakat di sana, bahkan ada banyak anak-anak di sana yang bisa bersekolah karena tumbuhan tersebut,” kata Fadrie kepada Hypeabis.id, Minggu (22/10).

Peraih hibah Cipta Perdamaian dari Yayasan Kelola (2018) itu pun cukup puas dengan pertunjukan di ICAD 2023 kali ini. Perempuan berkerudung itu tak menyangka akan mendapat respons yang begitu menarik dalam pertunjukannya.

“Saya enggak mau menyajikan cerita dongeng. Rempah itu bukan dongeng. Dia bisa diambil dan dibawa pulang. Ya, kalau bicara Nusantara kan selalu begitu, ya. Berbagi tidak hanya lewat cerita, tetapi apa yang dipunya juga dikasih. Dari situ kedekatan emosional dengan suku lain atau daerah lain muncul,” imbuhnya.

Storytelling karya Fadriah Syuaib dipacak di ICAD 2023. mulai 13 Oktober hingga 27 November 2023. Fadrie menjadi satu dari total sebanyak 54 pelaku kreatif multidisiplin Indonesia yang turut memamerkan karya pada ajang ICAD 2023

Pada gelaran ke-13 kali ini ICAD mengusung tema Manifesto Feel-Good Lab. Bagi yang tertarik, bisa langsung berkunjung ke ICAD 2023 yang digelar di Grand Hotel Kemang, Jakarta.

Baca juga: Karya-Karya yang Mencuri Perhatian di ICAD 2023

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Plaza Senayan Sports Hub, Tempat Ideal buat Pencinta Olahraga di Ibu Kota

BERIKUTNYA

Waspada Komplikasi Kesehatan Saat Menopause, Cegah Sejak Dini Yuk

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: