Proses adat makan di Kabupaten Sigi (Sumber Foto: Contentro PR)

Eksplorasi Kuliner khas Sigi yang Kaya Rasa dengan Bahan Utama Cabai dan Garam

20 October 2023   |   10:00 WIB
Image
Kintan Nabila Jurnalis Hypeabis.id

Bicara soal kuliner Indonesia memang tak pernah ada habisnya. Selalu ada saja yang menarik untuk dicicipi dan dieksplorasi, salah satunya kuliner Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Rupanya masakan khas Sigi sangat kaya rasa meskipun menggunakan bumbu dasar. Masyarakat Sigi hanya mengandalkan cabai dan garam untuk meracik makanannya.

"Sigi memiliki potensi kuliner yang sangat menarik untuk dieksplorasi. Ada lima masakan yang potensial untuk diangkat, karena cita rasanya yang lezat, meski cara memasaknya sangat sederhana," kata Sakina Ta’ruf, Kepala Bidang Ekonomi Kreatif, Dinas Pariwisata Kabupaten Sigi, dikutip dari siaran pers.

Baca juga: 6 Makanan Khas Pesisir Pantai Indonesia yang Unik, Ada Sate Ulat Sagu hingga Mie Lendir

Diketahui lima masakan tersebut adalah ayam bambu (ayam bakar dalam bambu), ayam biromaru (ayam panggang bumbu santan merah), uta dada (ayam kampung panggang kuah santan), kaledo (sup tulang kaki asam pedas), dan uta kelo (sayur kelor santan).

Beda dari kuliner khas Sulawesi lainnya yang kaya rempah. Masakan khas Sigi justru sangat minim bumbu, tapi rasanya tak kalah sedap karena menonjolkan keaslian cita rasa bahan utamanya. Menariknya, bumbu andalan warga Sigi hanya dua, yaitu rica (cabai) dan garam, terkadang ditambahkan asam jawa dan daun lemon. Bahan-bahan itu saja sudah cukup untuk membuat kuliner khas Sigi terasa menggugah selera.

“Kalau masak ikan tak perlu pakai bawang, masakan malah jadi kurang sedap. Cukup rica dan garam saja, kalau mau bisa ditambahkan daun lemon. Karena, rasa masakannya didapat dari gurih dan manisnya ikan itu sendiri. Kalau ingin lebih gurih, tambahkan saja ikannya,” kata Endan, seorang ibu rumah tangga yang setiap hari memasak masakan khas Sigi.  

Tak ketinggalan, sambal khas Sigi juga sangat enak apalagi saat disantap dengam ikan bakar. Endan akan membuat sambal dari tomat cherry yang dibakar, lalu ditumbuk dengan rica dan lokio segar. Selain itu, semua bahan-bahan segar untuk masak diperoleh dari kebun sendiri, lantaran pasar di kabupaten Sigi tidak buka setiap hari melainkan hanya satu atau dua hari saja dalam seminggu.

Hari pasar ini hanya berlaku di Kabupaten Sigi wilayah lembah, sementara di daerah pegunungan tidak terdapat pasar. Jadi, mereka memanfaatkan hasil alam untuk memasak. Bagi warga perkotaan mungkin sulit mencari daun kelor dengan kandungan gizi tinggi, kalaupun ada di supermarket biasanya yang sudah dikeringkan.

Sementara di Sigi hampir di semua halaman rumah terdapat tanaman kelor. Memasaknya pun mudah, hanya dibuat sayur bening atau dimasak santan. Daun-daun lainnya pun banyak ditanam di kebun sendiri seperti daun singkong, daun pakis, daun labu, dan kangkung. Begitupun dengan bumbu yang biasa dipakai masak seperti daun bawang atau lokio, rica, dan lemon.

“Kami tanam juga labu kuning dan labu siam. Kalau bisa tanam sendiri kami tidak beli. Kadang-kadang kami bagi juga hasil kebun ke tetangga, karena terlalu banyak untuk dihabiskan sendiri," kata Endan.

Endan sendiri kerap menanam kecombrang untuk memasak utu tikala, yakni tumis pakis dan kecombrang. Adapun untuk mendapatkan protein hewani, penduduk Sigi juga tidak pergi ke pasar yang ada di kota. Apabila ingin memasak ikan, tinggal memancing ikan mujair dari Danau Lindu. Daging ikan mujair dari danau ini terkenal manis dan gurih, berbeda dari yang biasa diambil dari empang atau danau lain.

Sementara itu, kalau ingin masak ayam, warga mengolah ayam yang mereka pelihara atau beli di tetangga yang beternak ayam kampung. Warga Kabupaten Sigi hanya turun ke kota saat perlu membeli bumbu, seperti bawang merah, bawang putih, dan bumbu penyedap dan itupun jarang sekali.

Sebagai upaya melestarikan kuliner Sigi, Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) menggelar acara Festival Lestari, yang di dalamnya mencakup kegiatan Telusur Rasa Lestari: Jelajah Rasa dan Budaya Kabupaten Sigi. Program ini bertujuan untuk melestarikan kuliner asli Indonesia yang memanfaatkan alam, keanekaragaman hayati, serta budaya yang dikelola secara berkelanjutan bersama SDM lokal dalam rangka memaksimalkan potensi ekonomi lestari.

Dalam kegiatan tersebut, mereka mengundang sejumlah praktisi dalam dunia kuliner yang tergabung dalam Mitra gotong Royong Merangkai Rasa Lestari, yang terdiri dari Cork & Screw (UNION Group), Kaum Restaurant (Potato Head Group), Nasi Peda Pelangi, Masak TV, Kang Duren, dan Parti Gastronomi. Mereka mencicipi makanan dari dapur masyarakat Kabupaten Sigi, sekaligus mengkreasikan makanan khas daerah tersebut.

"Acara seperti ini sangat membantu dalam melestarikan sekaligus mempromosikan kuliner Sigi. Apalagi, di tangan para chef yang unjuk kebolehan saat festival, kuliner Sigi bisa tampil lebih mewah dengan rasa yang semakin kaya," kata Sakina Ta'ruf.

Salah satu masakan yang disajikan dalam acara tersebut adalah karoda kungku, yaitu bubur dari tepung jagung yang dicampurkan dengan suwiran daging ikan mujair. Bumbu utamanya, tentu saja rica dan garam.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

6 Bagian Tubuh yang Sering Lupa Diolesi Sunscreen, Waspadai Bahaya Sinar UV

BERIKUTNYA

Menjaga Eksistensi Subak Jatiluwih, Konsep Pertanian Bali Warisan Budaya UNESCO

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: