Satu Kasus Baru Monkeypox Muncul Lagi di Indonesia, Waspadai Cara Penularan & Gejalanya
19 October 2023 |
19:21 WIB
Satu kasus monkeypox atau cacar monyet kembali dilaporkan di Indonesia. Kabar itu dikonfirmasi oleh Direktorat Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemkes) yang menyebutkan bahwa seorang pasien dinyatakan positif terpapar monkeypox usai melalui serangkaian tes pada 13 Oktober 2023.
Pasien yang dinyatakan positif itu diketahui merupakan warga DKI Jakarta. Dengan temuan kasus tersebut, maka saat ini terdapat dua kasus cacar monyet di Indonesia setelah pertama kali ditemukan pada 20 Agustus 2022.
Baca juga : WHO Resmi Mengganti Nama Virus Monkeypox Jadi Clade
Hal ini tentu menjadi alarm bagi seluruh masyarakat Indonesia, sekalipun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mencabut status kedaruratan penyakit tersebut. Kewaspadaan masih diperlukan, terutama dalam pengendalian dan pencegahan penularan di masyarakat.
Cacar monyet adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi virus monkeypox. Virus cacar monyet tergolong dalam genus Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae, termasuk virus variola (penyebab cacar), virus vaccinia (digunakan dalam vaksin cacar), dan virus cacar sapi. Meski awalnya ditularkan dari hewan ke manusia, cacar monyet juga bisa menyebar dari manusia ke manusia.
Menurut laporan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), jumlah kasus terkonfirmasi cacar monyet di seluruh dunia mencapai 90.618 kasus dengan angka kematian mencapai 517 kasus dari 115 negara. Amerika Serikat menjadi negara yang paling banyak melaporkan temuan kasus, sedangkan di Asia temuan kasus paling banyak didominasi China, Thailand, dan Jepang.
Risiko tertular monkeypox dari hewan dapat diturunkan dengan meminimalisir/menghindari kontak dengan hewan liar, terutama hewan sakit atau mati termasuk daging dan darahnya. Di negara-negara endemik, makanan yang berisi daging atau bagian tubuh hewan perlu dimasak hingga matang sebelum dimakan.
Di samping itu, cacar monyet juga bisa menyebar dari orang ke orang melalui kontak erat dengan seseorang yang memiliki ruam monkeypox, termasuk melalui kontak tatap muka, kulit ke kulit, mulut ke mulut atau mulut ke kulit, dan kontak seksual. Virus juga dapat menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau luka pada orang yang terinfeksi atau dengan bahan yang telah menyentuh cairan dan luka tubuh, seperti pakaian atau linen.
Di samping itu, cacar monyet ditularkan pula dari manusia ke manusia melalui kontak langsung dengan luka infeksi, koreng, atau cairan tubuh penderita, serta menyebar melalui droplet pernapasan ketika melakukan kontak dengan penderita secara berkepanjangan. Termasuk, virus ini juga dapat menyebar dari ibu hamil ke janin melalui kontak dari kulit ke kulit saat melahirkan, atau dari orang tua dengan monkeypox ke bayi atau anak selama kontak erat.
Gejala cacar monyet biasanya berupa demam, sakit kepala hebat, nyeri otot, sakit punggung, lemas, pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak atau selangkangan, dan ruam atau lesi kulit.
Ruam pada kulit ini biasanya dimulai dalam satu sampai tiga hari sejak demam, dan berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar, lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras atau keropeng lalu rontok. Jumlah lesi pada satu orang dapat berkisar dari beberapa saja hingga ribuan, dan cenderung terkonsentrasi pada wajah, telapak tangan dan telapak kaki.
Tetapi, ruam juga dapat ditemukan di mulut, alat kelamin, dan mata. Ruam monkeypox terkadang disalahartikan sebagai sifilis atau herpes. Oleh karena itu, perlu pemeriksaan lebih lanjut dengan dokter untuk memastikan gejala tersebut.
Gejala biasanya berlangsung antara 2-4 minggu dan biasanya sembuh sendiri. Namun, pada beberapa individu, gejala yang ada dapat menyebabkan komplikasi medis hingga kematian. Orang dengan penyakit penurunan kekebalan tubuh kemungkinan berisiko mengalami gejala yang lebih serius.
Selain itu, tenaga kesehatan juga memiliki risiko untuk terpapar sehingga perlu untuk selalu menerapkan prosedur Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI). Adapun, pada bayi baru lahir, anak-anak, dan orang dengan gangguan kekebalan tubuh berisiko mengalami gejala-gejala cacar monyet lebih serius dan kematian akibat virus tersebut.
Orang yang pernah mendapatkan vaksin cacar kemungkinan memiliki perlindungan tertentu terhadap infeksi monkeypox. Namun, masyarakat khususnya kalangan muda mungkin saja belum mendapat vaksin cacar, karena vaksinasi tersebut di seluruh dunia dihentikan setelah cacar menjadi penyakit manusia pertama yang dieradikasi atau dimusnahkan total pada 1980.
Oleh karena itu, meskipun orang-orang yang pernah menerima vaksin cacar memiliki tingkat perlindungan tertentu terhadap infeksi monkeypox, upaya pencegahan harus tetap diterapkan.
Baca juga: Cek 2 Jenis Vaksin Monkeypox yang disetujui FDA
Editor : Puput Ady Sukarno
Pasien yang dinyatakan positif itu diketahui merupakan warga DKI Jakarta. Dengan temuan kasus tersebut, maka saat ini terdapat dua kasus cacar monyet di Indonesia setelah pertama kali ditemukan pada 20 Agustus 2022.
Baca juga : WHO Resmi Mengganti Nama Virus Monkeypox Jadi Clade
Hal ini tentu menjadi alarm bagi seluruh masyarakat Indonesia, sekalipun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mencabut status kedaruratan penyakit tersebut. Kewaspadaan masih diperlukan, terutama dalam pengendalian dan pencegahan penularan di masyarakat.
Cacar monyet adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi virus monkeypox. Virus cacar monyet tergolong dalam genus Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae, termasuk virus variola (penyebab cacar), virus vaccinia (digunakan dalam vaksin cacar), dan virus cacar sapi. Meski awalnya ditularkan dari hewan ke manusia, cacar monyet juga bisa menyebar dari manusia ke manusia.
Menurut laporan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), jumlah kasus terkonfirmasi cacar monyet di seluruh dunia mencapai 90.618 kasus dengan angka kematian mencapai 517 kasus dari 115 negara. Amerika Serikat menjadi negara yang paling banyak melaporkan temuan kasus, sedangkan di Asia temuan kasus paling banyak didominasi China, Thailand, dan Jepang.
Ilustrasi cacar monyet. (Sumber gambar: Freepik)
Penularan Cacar Monyet
Mengutip dari laman Kemkes RI, virus cacar monyet bisa menyebar dari hewan ke manusia dan dari orang ke orang. Monkeypox dapat menular ke manusia melalui kontak fisik dengan hewan terinfeksi utamanya hewan pengerat dan primata.Risiko tertular monkeypox dari hewan dapat diturunkan dengan meminimalisir/menghindari kontak dengan hewan liar, terutama hewan sakit atau mati termasuk daging dan darahnya. Di negara-negara endemik, makanan yang berisi daging atau bagian tubuh hewan perlu dimasak hingga matang sebelum dimakan.
Di samping itu, cacar monyet juga bisa menyebar dari orang ke orang melalui kontak erat dengan seseorang yang memiliki ruam monkeypox, termasuk melalui kontak tatap muka, kulit ke kulit, mulut ke mulut atau mulut ke kulit, dan kontak seksual. Virus juga dapat menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau luka pada orang yang terinfeksi atau dengan bahan yang telah menyentuh cairan dan luka tubuh, seperti pakaian atau linen.
Di samping itu, cacar monyet ditularkan pula dari manusia ke manusia melalui kontak langsung dengan luka infeksi, koreng, atau cairan tubuh penderita, serta menyebar melalui droplet pernapasan ketika melakukan kontak dengan penderita secara berkepanjangan. Termasuk, virus ini juga dapat menyebar dari ibu hamil ke janin melalui kontak dari kulit ke kulit saat melahirkan, atau dari orang tua dengan monkeypox ke bayi atau anak selama kontak erat.
Gejala & Tanda Cacar Monyet
Pada manusia, gejala cacar monyet mirip dengan gejala cacar air namun lebih ringan. Perbedaan utama antara gejala cacar air dan cacar monyet adalah cacar monyet menyebabkan pembengkakan pada kelenjar getah bening (limfadenopati) sedangkan cacar air tidak.Gejala cacar monyet biasanya berupa demam, sakit kepala hebat, nyeri otot, sakit punggung, lemas, pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak atau selangkangan, dan ruam atau lesi kulit.
Ruam pada kulit ini biasanya dimulai dalam satu sampai tiga hari sejak demam, dan berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar, lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras atau keropeng lalu rontok. Jumlah lesi pada satu orang dapat berkisar dari beberapa saja hingga ribuan, dan cenderung terkonsentrasi pada wajah, telapak tangan dan telapak kaki.
Tetapi, ruam juga dapat ditemukan di mulut, alat kelamin, dan mata. Ruam monkeypox terkadang disalahartikan sebagai sifilis atau herpes. Oleh karena itu, perlu pemeriksaan lebih lanjut dengan dokter untuk memastikan gejala tersebut.
Gejala biasanya berlangsung antara 2-4 minggu dan biasanya sembuh sendiri. Namun, pada beberapa individu, gejala yang ada dapat menyebabkan komplikasi medis hingga kematian. Orang dengan penyakit penurunan kekebalan tubuh kemungkinan berisiko mengalami gejala yang lebih serius.
Kelompok Berisiko Terpapar Cacar Monyet
Kelompok yang paling berisiko untuk terpapar cacar monyet adalah orang yang tinggal dengan atau memiliki riwayat kontak erat termasuk kontak seksual dengan seseorang yang terinfeksi cacar monyet. Atau, yang memiliki kontak rutin dengan hewan yang dapat terinfeksi.Selain itu, tenaga kesehatan juga memiliki risiko untuk terpapar sehingga perlu untuk selalu menerapkan prosedur Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI). Adapun, pada bayi baru lahir, anak-anak, dan orang dengan gangguan kekebalan tubuh berisiko mengalami gejala-gejala cacar monyet lebih serius dan kematian akibat virus tersebut.
Orang yang pernah mendapatkan vaksin cacar kemungkinan memiliki perlindungan tertentu terhadap infeksi monkeypox. Namun, masyarakat khususnya kalangan muda mungkin saja belum mendapat vaksin cacar, karena vaksinasi tersebut di seluruh dunia dihentikan setelah cacar menjadi penyakit manusia pertama yang dieradikasi atau dimusnahkan total pada 1980.
Oleh karena itu, meskipun orang-orang yang pernah menerima vaksin cacar memiliki tingkat perlindungan tertentu terhadap infeksi monkeypox, upaya pencegahan harus tetap diterapkan.
Baca juga: Cek 2 Jenis Vaksin Monkeypox yang disetujui FDA
Editor : Puput Ady Sukarno
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.