Food vlogger saat ini telah menjadi tren bisnis yang semakin populer terutama di kalangan generasi muda. (Sumber gambar: Unsplash/Pablo Merchán Montes)

Bisa Makan Gratis dan Raih Cuan, Intip Jurus Jitu Jadi Food Vlogger

19 October 2023   |   15:31 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Industri media digital indonesia terus mengalami pertumbuhan signifikan. Salah satunya lewat fenomena vlogging sebagai bisnis baru dalam memperkenalkan beragam produk, mulai dari kuliner hingga produk teknologi terbarukan. Di era digital, saat ini konsumen tidak hanya sekadar mengkonsumsi tetapi juga memproduksi (prosumen).

Adapun, pengalaman tersebut biasanya disajikan oleh influencer atau vlogger dalam bentuk product review, food review hingga kritik yang diunggah di media sosial.

Baca juga: Viralkan, YouTube Bawa Kabar Gembira Buat Para Kreator Konten

Platform influencer marketing Famous Allstars atau FAS memperkirakan, nilai pasar industri content creator di Indonesia mencapai Rp4 triliun hingga Rp7 triliun. Bahkan, nilai ini diprediksi akan meningkat atau tumbuh signifikan hingga lima kali lipat pada 2027.

Konten kreator Asahi Asry Larasati mengatakan, vlogger saat ini telah menjadi tren bisnis yang semakin populer terutama di kalangan generasi muda. Menurutnya dengan kemajuan teknologi, publik pun saat ini bisa  merekam dan mengunggah video ke berbagai platform untuk menghasilkan uang.

Dia memprediksi tren bisnis vlogger diperkirakan akan semakin cerah ke depannya. Meski demikian, kesuksesan di dunia vlogging tidaklah mudah. Sebab mereka harus memiliki strategi pemasaran yang baik, dan harus bersaing dengan orang yang memiliki minat sama di bidang tersebut.

"Vlogger telah menjadi salah satu cara untuk memasarkan berbagai jenama dan produk. Bahkan, banyak perusahaan telah memanfaatkan popularitas vlogger dengan menawarkan sponsor dan endorsement pada mereka," katanya.
 

(Ilustrasi vlogger kuliner sumber gambar Unsplash/Alex Haney)

(Ilustrasi vlogger kuliner sumber gambar Unsplash/Alex Haney)


Saat ini menurutnya juga semakin banyak komunitas vlogger yang saling mendukung dan berkolaborasi untuk menciptakan konten menarik. Bahkan seringkali juga terdapat  acara-acara meet and greet, workshop, dan acara penghargaan bagi para vlogger.

Menekuni bisnis konten kreator sejak 2020, awalnya dia menggratiskan review yang dilakukan di berbagai resto di Tanah Air. Namun, seiring berjalannya waktu dan semakin banyak brand yang menghubungi Asahi kemudian mematok Rp300.000-500.000 untuk UMKM dan Rp1-2 juta untuk brand besar.

Menurutnya ada tiga kriteria yang harus dimiliki konten kreator. Pertama harus memastikan bahwa review yang diberikan didasarkan pada pengalamannya sendiri dalam menggunakan produk tersebut. Hal itu dilakukan untuk menghindari kecenderungan dalam mempengaruhi opini orang lain.

Kedua, harus memastikan review yang diberikan berdasarkan pada fakta-fakta yang objektif, seperti spesifikasi teknis produk, kinerja, dan fitur-fitur yang tersedia. Hal ini bertujuan untuk dapat membantu memastikan bahwa review atau ulasan tidak didasarkan pada preferensi subjektif.

Ketiga, harus menghindari mempromosikan produk tertentu secara berlebihan, terutama jika menerima bayaran dalam bentuk apapun dari produsen atau penjual produk tersebut. Hal ini dapat mengurangi kredibilitas review.

"Selain itu, para konten kreator juga harus fokus dalam satu bidang agar konten yang di produksi bisa lebih otentik dan mudah dikenali penonton," katanya.


Orisinalitas Konten

Selaras, Tech Reviewer Mouldie Satria mengatakan, media digital memang menjadi salah satu medium terbaik untuk mengenalkan suatu produk. Sebab semua orang bisa melakukanya dalam menawarkan konten tertentu agar dapat mendulang keuntungan dari kunjungan viewers dan monetisasi.

Menurutnya, bekal utama untuk menjadi vlogger salah satunya adalah orisinalitas dan mengikuti tren yang sedang terjadi di masyarakat. Pasalnya, jika format yang ditawarkan sama alias tidak ada pembedanya, maka viewers akan beralih ke konten kreator lain.
 

(Ilustrasi vlogger kuliner  sumber gambar Unsplash/Sam Moghadam Khamseh)

(Ilustrasi vlogger kuliner sumber gambar Unsplash/Sam Moghadam Khamseh)

Adapun terkait persaingan, Mouldie mengatakan tidak terlalu ambil pusing mengenai persoalan tersebut. Sementara itu, untuk penggunaan platform dia menyarankan untuk menerapkan pola multiplatform agar konten atau branding yang mereka miliki semakin dikenal massa.

"Tentunya jangan bergantung dengan satu platform online karena kita tidak akan pernah tahu platform mana yang pada akhirnya tutup, misalnya aplikasi Vine. Oleh karena itu buatlah konten yang terbaik setiap platform yang ada," katanya.

Pengamat Marketing Yuswohady mengakui peran konten kreator dalam mendongkrak potensi ekonomi kreatif memang cukup besar. Terlebih dalam memperkenalkan khazanah kuliner atau produk yang saat ini semakin variatif dan dicari masyarakat imbas cepatnya perputaran informasi.

Saat ini menurutnya dunia sedang memasuki creator economy di mana era digital juga banyak mengubah pola interaksi dan konsumsi masyarakat. Munculnya tren konten kreator juga bisa disebut sebagai bentuk wahana baru dalam menggerakkan ekonomi dengan cara yang lebih populer dan kekinian.

"Sekarang misalnya ada trend ke arah social commerce atau trend ke arah life commerce itu kan esensinya konten. Jadi kalau via e-commerce itu itu kan display tidak ada kontennya makanya masyarakat jadi bosan," katanya.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

5 Film Indonesia Siap Tayang November 2023, Ada Budi Pekerti hingga Sijjin

BERIKUTNYA

Google: Tren Ponsel Lipat di Indonesia Tumbuh Positif, Flip Paling Diminati

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: