Profil Iwan Yusuf, Seniman yang Haus Bereksplorasi dengan Ragam Media
18 October 2023 |
15:00 WIB
Dalam khazanah seni rupa Tanah Air, Iwan Yusuf adalah seniman yang dikenal sebagai pelukis dan pematung yang patut diperhitungkan namanya. Perupa kelahiran Gorontalo 19 Mei 1982 itu terkenal lewat karya-karya lukisannya yang beraliran hiper realis.
Selain itu, Iwan juga kerap melukis dengan berbagai medium yang jarang dipikirkan seniman lain di bidang kanvasnya. Uniknya, keahlian lelaki paruh baya itu tidak didapat melalui bangku sekolah atau perguruan tinggi seni, tapi diasah secara autodidak.
Baca juga: Berkenalan dengan Seniman Erica Hestu Wahyuni, Karyanya Kekanakan Tapi Sarat Makna
Hal itu pun dituangkan ke dalam pameran tunggal bertajuk Garis Ombak yang digelar di Jagad Gallery yang dihelat belum lama ini. Adapun pameran itu bermula saat Iwan ditantang untuk membuat ekshibisi dengan pola dan kreasi baru oleh Rambat, sang pemilik galeri.
Iwan mulai menapaki jalur seni sejak dekade 2000-an, karya-karyanya merentang dalam banyak hal. Meliputi lukisan dengan cat minyak, lukisan berbahan plastik dan pukat-jala, dan karya-karya instalasi site-specific dengan aneka bahan.
Sebagai contoh, lewat pameran tunggal bertajuk Seni Rupa Menghadap Bumi (2007) di Galeri Surabaya, Jawa Timur. Kemudian ada pula eksibisinya yang digelar di ruang terbuka dalam merespons isu lingkungan dan seni bumi di Tanah Air.
Menurut sang seniman, tema tersebut merupakan bentuk keyakinan kuat menuju titik nol pengkaryaan atau kembali ke dasar. Ide tersebut digelontorkan untuk menengok dan menandai hal-hal sebagai ide dasar karya atau peristiwa yang jauh dari hiruk pikuk kantong seni mapan, lalu kembali mengayakan pusat medan seni itu sendiri.
Hal itu terejawantah dalam karya Seperti Bayi Angsa yang menggunakan bahan limbah plastik di Gunung Banyak, Malang, Jawa Timur pada 2012. Ada juga ekshibisi Menghadap Bumi, menggunakan eceng gondok yang ada di Danau Limboto, Gorontalo pada 2013.
"Cara saya mencari ide dalam berkarya adalah dengan mewujudkan ide yang ada. Sebab dari sanalah akan muncul inspirasi lain untuk karya selanjutnya. Jadi, kerjakan atau tetap berkarya saja, entah itu bagus atau enggak, yang penting adalah (ide) susulannya," katanya.
Selain itu, pameran solonya yang unik adalah yang bertajuk Pukar di D Gallerie, Jakarta Selatan (2015). Adapun dalam pameran ini sang perupa menampilkan seni lukis berbahan plastik dan pukat-jala yang mengetengahkan wajah-wajah para pelukis Indonesia, seperti Raden Saleh, Widayat, dan Affandi.
Karya site specific lainnya yang dibuat Iwan adalah Akad (2020). Kala itu dia mengelilingkan sebuah lukisan cat minyak bertema Cincin-Perahu dari rumah ke rumah warga di Gorontalo. Uniknya, katalog pameran tersebut baru terbit belakangan hari, yang berisi catatan-catatan dari setiap pemilik rumah yang disinggahi lukisan tersebut.
Selain itu, karyanya yang sangat dikenal oleh publik adalah sebuah instalasi di Distrik Seni di Sarinah, Jakarta. Adapun karya berjudul Ilusi (2022) itu mencoba menerjemahkan relief bergaya realisme sosialis yang tersembunyi di lantai dasar toko serba ada itu sejak 1966 dengan menggunakan jaring.
Baca juga: Profil Seniman TuTu, Berkarya & Besar dari Seni Jalanan
Iwan Yusuf telah merawat Studio Jaring, tempatnya berkarya, di Batu, Jawa Timur sejak 2009 hingga 2020. Namun ketika pandemi Covid-19 berkecamuk, dia bersama keluarganya, menetap di kampung halamannya di Gorontalo. Kini salah satu perupa multitalenta itu memutuskan untuk berkarya di Sentolo, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Editor: Fajar Sidik
Selain itu, Iwan juga kerap melukis dengan berbagai medium yang jarang dipikirkan seniman lain di bidang kanvasnya. Uniknya, keahlian lelaki paruh baya itu tidak didapat melalui bangku sekolah atau perguruan tinggi seni, tapi diasah secara autodidak.
Baca juga: Berkenalan dengan Seniman Erica Hestu Wahyuni, Karyanya Kekanakan Tapi Sarat Makna
Hal itu pun dituangkan ke dalam pameran tunggal bertajuk Garis Ombak yang digelar di Jagad Gallery yang dihelat belum lama ini. Adapun pameran itu bermula saat Iwan ditantang untuk membuat ekshibisi dengan pola dan kreasi baru oleh Rambat, sang pemilik galeri.
Iwan mulai menapaki jalur seni sejak dekade 2000-an, karya-karyanya merentang dalam banyak hal. Meliputi lukisan dengan cat minyak, lukisan berbahan plastik dan pukat-jala, dan karya-karya instalasi site-specific dengan aneka bahan.
Sebagai contoh, lewat pameran tunggal bertajuk Seni Rupa Menghadap Bumi (2007) di Galeri Surabaya, Jawa Timur. Kemudian ada pula eksibisinya yang digelar di ruang terbuka dalam merespons isu lingkungan dan seni bumi di Tanah Air.
Menurut sang seniman, tema tersebut merupakan bentuk keyakinan kuat menuju titik nol pengkaryaan atau kembali ke dasar. Ide tersebut digelontorkan untuk menengok dan menandai hal-hal sebagai ide dasar karya atau peristiwa yang jauh dari hiruk pikuk kantong seni mapan, lalu kembali mengayakan pusat medan seni itu sendiri.
Hal itu terejawantah dalam karya Seperti Bayi Angsa yang menggunakan bahan limbah plastik di Gunung Banyak, Malang, Jawa Timur pada 2012. Ada juga ekshibisi Menghadap Bumi, menggunakan eceng gondok yang ada di Danau Limboto, Gorontalo pada 2013.
"Cara saya mencari ide dalam berkarya adalah dengan mewujudkan ide yang ada. Sebab dari sanalah akan muncul inspirasi lain untuk karya selanjutnya. Jadi, kerjakan atau tetap berkarya saja, entah itu bagus atau enggak, yang penting adalah (ide) susulannya," katanya.
Selain itu, pameran solonya yang unik adalah yang bertajuk Pukar di D Gallerie, Jakarta Selatan (2015). Adapun dalam pameran ini sang perupa menampilkan seni lukis berbahan plastik dan pukat-jala yang mengetengahkan wajah-wajah para pelukis Indonesia, seperti Raden Saleh, Widayat, dan Affandi.
Karya site specific lainnya yang dibuat Iwan adalah Akad (2020). Kala itu dia mengelilingkan sebuah lukisan cat minyak bertema Cincin-Perahu dari rumah ke rumah warga di Gorontalo. Uniknya, katalog pameran tersebut baru terbit belakangan hari, yang berisi catatan-catatan dari setiap pemilik rumah yang disinggahi lukisan tersebut.
Selain itu, karyanya yang sangat dikenal oleh publik adalah sebuah instalasi di Distrik Seni di Sarinah, Jakarta. Adapun karya berjudul Ilusi (2022) itu mencoba menerjemahkan relief bergaya realisme sosialis yang tersembunyi di lantai dasar toko serba ada itu sejak 1966 dengan menggunakan jaring.
Baca juga: Profil Seniman TuTu, Berkarya & Besar dari Seni Jalanan
Iwan Yusuf telah merawat Studio Jaring, tempatnya berkarya, di Batu, Jawa Timur sejak 2009 hingga 2020. Namun ketika pandemi Covid-19 berkecamuk, dia bersama keluarganya, menetap di kampung halamannya di Gorontalo. Kini salah satu perupa multitalenta itu memutuskan untuk berkarya di Sentolo, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.