Alih-alih menampilkan pantai dan lansekap laut, Iwan Yusuf justru menyajikan ombak yang telah menjadi metafora. (sumber gambar Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Mengungkap Makna Garis dan Ombak Perupa Iwan Yusuf

17 October 2023   |   21:30 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Sebanyak 15 lukisan dan satu instalasi berbentuk ombak dengan bahan charcoal (arang) menyirap mata pengunjung. Uniknya, belasan lukisan bermedium kanvas itu menampilkan sketsa berbagai sosok manusia dengan gesture dan pose yang terlihat sedang bergerak aktif.

Deretan karya yang dipacak di Jagad Gallery, Jakarta itu merupakan buah tangan perupa Iwan Yusuf. Seniman yang mukim di Yogyakarta itu kembali menampilkan karya terbarunya dalam eksibisi bertajuk Garis Ombak yang dihelat hingga 17 Oktober 2023.

Baca juga: 10 Lukisan Terakhir Para Seniman Terkenal

Publik mungkin mengenal Iwan sebagai pelukis hiper realis dengan cat minyak. Namun, dengan enteng sang perupa justru meninggalkan citra keperupaannya yang terlanjur melekat di masyarakat dengan menghunus karkoal untuk menghasilkan karya baru yang berbeda.

Hal itu bermula saat Iwan Yusuf ditantang untuk membuat pameran tunggalnya yang ke-8 itu oleh Rambat, pemilik Jagad Gallery. Adapun dalam eksibisi kali ini dia disandingkan dengan Nirwan Dewanto, sang kurator yang menamakan posisinya sebagai Kolaborator.

Sebelumnya, Nirwan yang dikenal sebagai esais dan penyair itu memberikan ide dasar dari lukisan Iwan saat berpameran di Sangkring Art Space, Yogyakarta, Garis-Garis Pulang. Dari sinilah kemudian terbesit ide untuk benar-benar pulang ke kampung halaman Iwan di Gorontalo.

Di Kota Serambi Madinah itulah Iwan kembali menggali pengalaman personal mengenai laut dan pantai. Tak hanya itu, sang seniman juga merefleksikan situasi kehidupan masyarakat pesisir yang direpresentasikan dalam berbagai karya dengan garis yang ekspresif.

Visual itu misalnya terejawantah dalam lukisan berjudul Langkah Ombak (2023), Laut Tak Terbagi (2023), Penunggang Ombak (2023), dan Saudara Ombak (2023). Sesuai judulnya, karya menggunakan karkoal di atas kanvas itu menggambarkan kehidupan masyarakat pesisir laiknya para nelayan.
 

Lukisan Iwan Yusuf Berjudul   (dari kiri) Kayu Bulan #1 dan Kayu Bulan #2 160 cm x 1200 cm Karkoal di Atas Kanvas 2023 (sumber gambar Hypeabis.id/ Prasetyo Agung Ginanjar).jpeg

Lukisan Iwan Yusuf Berjudul (dari kiri) Kayu Bulan #1 dan Kayu Bulan #2 160 cm x 1200 cm Karkoal di Atas Kanvas 2023 (sumber gambar Hypeabis.id/ Prasetyo Agung Ginanjar)


Diceritakan, proses melukis Iwan Yusuf dalam pameran Garis Ombak sangat bersifat korporeal. Pelukis paruh baya yini digambarkan seperti menari di depan kanvas untuk mencerap dan mengimbangi irama yang berkembang dalam dirinya dan di sekitarnya saat melukis.

Lewat garis-garis hitam yang mula-mula terkontrol misalnya, dia mengancang wajah dan torso, tetapi kemudian garis-garis itu seperti melesat sendiri, dan menarik diri si perupa ke dalam semacam ekstase. Barulah kemudian sang perupa menguasai diri kembali untuk menentukan apakah dia akan menambah garis lagi atau tidak.

Kendati begitu, karya-karya tersebut menurut sang seniman dianggap baru setengah-jadi. Untuk mematangkannya dia membawa lukisan-lukisan itu ke pantai Laut Selatan di Kulon Progo agar gelombang laut menambahkan aneka garis noktah, dan barik yang salah satunya mewujud dalam karya bertajuk Janji Ombak (2023).

Adapun, menurut sang seniman, lewat pameran tersebut dia berharap dapat menjadi tambahan tema seni rupa Indonesia. Bahkan momen goresan garisnya di atas kanvas merupakan fase baru setelah dia cukup jenuh dengan teknik melukis ekspresif.

“Saya berharap pameran ini juga menjadi catatan sendiri dalam karier saya. Bahwa ombak ternyata bisa kita manfaatkan untuk mendapatkan efek-efek tertentu terhadap seni rupa di Indonesia khususnya,"katanya.

Asal-muasal
Sementara itu, Nirwan Dewanto mengatakan lewat karkoal, Iwan seolah ingin menghidupkan kembali dua asal-muasal. Pertama adalah garis, yang menjadi dasar bagi kemahirannya menggambar, melukis, membangun bentuk. Kedua adalah ombak laut di kampung halamannya Gorontalo, yang selalu membayanginya dalam kembara seni rupa.

Namun garis dan ombak dalam karya karya Iwan bukanlah dua perihal terpisah. Bagi sang perupa, ombak laut adalah himpunan garis air yang selalu memperbarui diri di antara pantai dan samudra, sekaligus garis-garis energi yang memberi hidup kepada orang-orang di kampung halamannya di Gorontalo.

Demikianlah, lewat karya-karya Iwan Yusuf, pengunjung diajak untuk belajar kembali mengenal garis. Satu garis atau seribu garis. Satu garis yang berkembang biak jadi seribu garis, atau seribu garis yang memadat jadi satu garis yang divisualkan sang seniman di atas kanvas.

Menurut penulis buku Buku Merah itu, garis yang digoreskan Iwan dengan karkoal bahkan bisa lencir lembut atau tebal gagah. Bisa juga tajam padat, seperti sisi pisau yang mengiris, atau tipis mengalun seperti larik hujan gerimis. Bahkan bisa juga membayang kabur, seperti semburan uap.

"Dari gegaris Iwan Yusuf, kita belajar kembali menimbang rupa. Garis-garis itu berjalan menuju bentuk. Atau melesat iseng sendiri tanpa arah hingga akhirnya meninggalkan bentuk," katanya.

 

Lukisan Iwan Yusuf Berjudul Penunggang  Ombak 150 cm x 200 cm Karkoal di Atas Kanvas 2023 (sumber gambarHypeabis.id/ Prasetyo Agung Ginanjar).

Lukisan Iwan Yusuf Berjudul Penunggang Ombak 150 cm x 200 cm Karkoal di Atas Kanvas 2023 (sumber gambarHypeabis.id/ Prasetyo Agung Ginanjar).


Nirwan mengungkap bahwa sang seniman juga memiliki keterampilan yang kian lenyap di kalangan para perupa mutakhir. Yaitu menggambar bentuk yang benar secara anatomis, tapi terpiuh untuk memperlihatkan riak atau ombak jiwa objek sebagaimana dimiliki para pelukis jiwa ketok, seperti Sudjojono, Affandi, dan Harijadi Sumadidjaja.

Kendati begitu, berbeda dengan para bapak pendiri seni modern tersebut, Iwan Yusuf justru tidak menjalankan ekspresionisme dengan cat minyak. Ombak dalam jiwa itulah yang muncul pada lukisan-lukisannya, yakni garis-garis spontan yang bisa meledak atau membuai, yang kontras dengan seni lukis hiper realisme yang selama dia geluti.

Baca juga: Berkenalan dengan Seniman Erica Hestu Wahyuni, Karyanya Kekanakan Tapi Sarat Makna

"Dalam karyanya kali ini Iwan mengosongkan kanvasnya dari lansekap pantai dan laut justru untuk menyajikan gerak ombak. Namun, inilah ombak yang sudah menjadi metafora, katakanlah ombak dalam jiwa. Dia bukan memindahkan, tapi menerjemahkan kehidupan yang dipenuhi ombak laut," jelas Nirwan.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Program Altermatter Jadi Ajang Kolaborasi Seniman Inggris-Indonesia Merespons Isu Lingkungan

BERIKUTNYA

Karya-Karya yang Mencuri Perhatian di ICAD 2023

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: