Ilustrasi gangguan kesehatan mental pada seorang perempuan. (Sumber gambar: Victoria Volkova/Unsplash)

Mengenal 3 Faktor Penyebab Gangguan Mental Pada Mahasiswa

16 October 2023   |   12:40 WIB
Image
Yulita Theresia Maghi Mahasiswi Jurnalistik Universitas Nusa Nipa Indonesia, Maumere.

Kehidupan sebagai mahasiswa merupakan masa transisi yang dialami sebagian orang sebelum menjadi anggota masyarakat dewasa dengan peran dan tanggung jawab berbeda. Masa-masa ini bisa menjadi saat yang menegangkan bagi banyak siswa. Selain menghadapi tekanan akademis, beberapa siswa mungkin harus mengurus berbagai tanggung jawab pekerjaan dan keluarga.

Dengan meningkatnya kesadaran akan masalah kesehatan mental anak dan penggunaan lebih banyak obat-obatan psikotropika, jumlah orang dewasa muda dengan masalah kesehatan mental yang masuk perguruan tinggi meningkat secara signifikan.

Baca juga: 7 Jurus Sederhana Atasi Masalah Kesehatan Mental Pada Remaja Hingga Orang Tua

Psikolog di lembaga Layanan Psikologi Universitas Nusa Nipa Indonesia, Maria Megaloma H. Gaharpung, menuturkan bahwa  kesehatan mental merupakan kondisi yang dirasakan oleh mahasiswa sehingga ia mampu menikmati kehidupannya dan mampu berperan dalam lingkungan sekitarnya.

Namun, saat ini banyak kita temukan di berbagai media yang mengabarkan kasus bunuh diri terjadi pada mahasiswa. Data Pusiknas Polri menyebutkan sejak awal 2023 terdapat 451 aksi bunuh diri di seluruh Indonesia. Megaloma menjelaskan seseorang yang berpotensi mendapatkan gangguan kesehatan mental adalah mereka yang memiliki perkembangan fisik yang tidak normal.

“Secara psikis, mahasiswa yang memiliki respon emosional yang tidak wajar, tidak menghormati diri sendiri dan orang lain, mahasiswa yang pernah mengalami gangguan psikologis, serta  mahasiswa yang tertutup,” ujarnya kepada Hypeabis.id, Minggu (15/10/2023). 

Lebih lanjut Megaloma menjelaskan secara sosial, mahasiswa yang berisiko mendapatkan gangguan mental yaitu mereka yang tidak mampu berhubungan dengan orang lain, baik teman maupun dosen. Hal ini mungkin disebabkan oleh kenyataan bahwa kuliah merupakan masa yang penuh tantangan bagi banyak mahasiswa sarjana.

Menurut jurnal College Students: Mental Health Problems and Treatment Considerations (2014), mahasiswa mulai kuliah setelah menyelesaikan sekolah menengah atas. Karena usia yang muda, mereka cenderung masih bergantung pada orang tua untuk dukungan keuangan maupun emosional.

Selain stres yang berkaitan dengan beban akademik, para siswa ini mungkin harus menghadapi tugas mengambil tanggung jawab yang lebih seperti orang dewasa tanpa harus menguasai keterampilan dan kematangan kognitif di masa dewasa.

Misalnya, banyak mahasiswa mungkin menghadapi pengalaman yang berpotensi menimbulkan stres untuk pertama kalinya, termasuk bekerja, menjalin hubungan, atau memiliki teman serumah dengan budaya dan sistem kepercayaan yang berbeda dari mereka.

Guna memahami masalah kesehatan mental yang erat kaitannya dengan mahasiswa, simak informasi berikut ini:


1. Faktor Biologis

Megaloma menjelaskan terdapat dua faktor internal yang memengaruhi kondisi mental seseorang, yakni biologis yang menyangkut keturunan atau genetik, serta psikologis.

“Biasanya seseorang yang tidak sehat mentalnya berpeluang mendapatkan gangguan mental dua puluh kali lebih tinggi, jika dibandingkan dengan orang sehat”, jelas Megaloma.

Selain faktor biologis, Megaloma juga menjelaskan bahwa gangguan kesehatan mental dapat terjadi akibat masalah psikologis seseorang. Oleh karena itu, pada mahasiswa yang memiliki beban berlebihan dan  belum dapat menangani permasalahannya sendiri  berisiko mengalami gangguan mental.

Tidak hanya itu, mahasiswa yang memiliki pengalaman masa lalu  kurang menyenangkan misalnya kehilangan orang terdekat dan kecemasan yang berlebihan terhadap masa depan juga rentan mengalami mental illness.


2. Faktor Keluarga

Selanjutnya Megaloma menjelaskan faktor eksternal yang umum menjadi pemicu gangguan mental adalah kehadiran keluarga yang belum berperan secara baik. Kurangnya peran orang tua dalam kehidupan anak serta  keluarga dengan ekspresi emosi tinggi atau bahkan tidak memiliki kepedulian dengan sesama anggota keluarga cenderung membentuk pribadi anak yang tertutup.

“Mahasiswa mengalami gangguan kesehatan mental disebabkan oleh interaksi antara mahasiswa dengan orang tua yang kurang harmonis serta tidak ada rasa percaya antar sesama anggota keluarga,” tambah Megaloma.
 

3. Lingkungan dan Hubungan sosial

Menurut Aristoteles, filsuf Yunani legendaris, manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa kehadiran orang lain. Namun, apa jadinya jika orang-orang di sekitar kita merupakan salah satu faktor penyebab gangguan mental?

Megaloma menjelaskan bahwa lingkungan memiliki peran penting terhadap kesehatan mental, baik itu keluarga, teman, maupun lingkungan sekolah atau tempat kerja. Berdasarkan penelitian dari Yulianti dan Ariasti pada 2020 terdapat 45,8 persen masalah kesehatan mental disebabkan oleh konflik dalam keluarga dan teman sebaya.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

4 Kiat Sehat & Nyaman Hadapi Fase Menopause

BERIKUTNYA

5 Fakta Menarik Drakor The Escape Of The Seven, Penuh Aksi Balas Dendam yang Bikin Emosi

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: