Kebanyakan mengonsumsi konten-konten receh bisa menyebabkan brain rot atau pembusukan otak. (Sumber gambar: Robin Worrall/Unsplash)

Kenali Gejala, Penyebab & Cara Mencegah Brain Rot Akibat Banyak Konsumsi Konten Receh

02 January 2025   |   17:00 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Perkembangan teknologi digital yang pesat tak dipungkiri membuat banyak orang kini kecanduan bermain media sosial. Konten-konten yang digandrungi pun beragam, mulai dari yang sifatnya edukatif hingga receh. Namun, hati-hati, pasalnya kebanyakan mengonsumsi konten-konten receh bisa menyebabkan brain rot atau pembusukan otak.

Brain rot menjadi istilah yang semakin populer yang digunakan untuk menggambarkan dampak mengonsumsi konten daring berkualitas rendah (receh) dalam jumlah berlebihan. Bahkan 'brain rot' dinobatkan sebagai Oxford Word of the Year 2024. Hal ini diumumkan setelah dilakukan voting publik yang melibatkan sebanyak 37.000 orang.

Dikutip dari laman Oxford University Press, penggunaan istilah brain rot di media sosial mengalami peningkatan sebesar 230 persen antara tahun 2023 dan 2024. Istilah ini dilaporkan awalnya populer di media sosial terutama di platform TikTok di kalangan Gen Z dan Gen Alpha.

Baca Juga: Kebanyakan Scrolling Medsos Berisiko Brain Rot yang Bikin Otak Tumpul

Istilah brain rot kini digunakan secara lebih luas termasuk dalam media massa, di tengah kekhawatiran masyarakat tentang dampak negatif dari mengonsumsi konten daring yang berlebihan. Brain rot digunakan untuk menggambarkan sebagai akibat dari terlalu banyak mengonsumsi konten-konten berkualitas rendah baik di internet maupun media sosial.

"Brain rot berbicara tentang salah satu bahaya yang dirasakan dalam kehidupan virtual, dan bagaimana kita menggunakan waktu luang kita. Rasanya seperti babak baru dalam percakapan budaya tentang kemanusiaan dan teknologi," kata Casper Grathwohl, Presiden Oxford Languages.

 

Apa Itu Brain Rot?

Oxford mencatat istilah 'brain rot' pertama kali ditemukan dalam buku Walden (1854) karya Henry David Thoreau. Istilah itu digunakan oleh sang penulis untuk mengkritik kecenderungan masyarakat untuk menyederhanakan atau merendahkan nilai ide-ide yang kompleks, atau yang dapat ditafsirkan dalam banyak cara.

Dengan kata lain, 'brain rot' digunakan untuk menggambarkan indikasi penurunan dalam kemampuan intelektual dan mental.

Sementara kini, brain rot didefinisikan sebagai kemerosotan atau penurunan kondisi mental atau intelektual seseorang, akibat terlalu banyak mengonsumsi konten-konten yang remeh di internet ataupun media sosial. 

Selain itu, istilah 'brain rot' juga digunakan oleh komunitas daring di internet sebagai ungkapan yang memalukan, aneh atau merendahkan. Bahkan, perbincangan terkait brain rot juga kian masif dan serius, khususnya pembahasan mengenai dampak negatifnya pada anak-anak dan remaja. Awal tahun ini, sebuah pusat kesehatan mental di AS bahkan menerbitkan saran daring tentang cara mengenali dan menghindari brain rot.

 

Gejala Brain Rot

Ilustrasi bermain gawai (Sumber gambar: Georgijevic/CanvaPro)

Ilustrasi bermain gawai (Sumber gambar: Georgijevic/CanvaPro)


Psikolog di Wilfrid Laurier University dan University of Guelph di Kanada, yang mempelajari kecanduan dan kesehatan mental, Laurie Ann Manwell, mengatakan brain rot atau pembusukan otak bukan lah diagnosa medis resmi. Meski demikian, lanjutnya, terlalu banyak menatap layar gawai (gadget) dapat menyebabkan berbagai masalah kognitif dan emosional.

"Waktu layar yang berlebihan dapat berdampak negatif pada perhatian, konsentrasi, pembelajaran, memori, pengaturan emosi, dan fungsi sosial," kata Manwell dikutip dari Everyday Health.

Manwell pun menjelaskan bahwa gejala kerusakan otak pada orang-orang di segala usia dapat serupa dengan apa yang terjadi pada orang dewasa yang lebih tua yang mengalami gangguan kognitif. Berikut adalah gejala-gejala brain rot atau pembusukan otak yang patut diwaspadai.
  • Gangguan yang konsisten dalam konsentrasi
  • Mudah atau sering mengalami disorientasi
  • Kesulitan dalam membuat dan mempertahankan ingatan baru, terutama pada kejadian terkini
  • Masalah dalam merawat diri sendiri secara fisik
  • Perubahan kepribadian dan kemampuan bersosialisasi
  • Perubahan berkelanjutan dalam suasana hati, penalaran, dan kemampuan mengambil keputusan 
 

Penyebab Brain Rot

Manwell menjelaskan kerusakan otak dapat terjadi karena waktu yang dihabiskan orang di depan layar adalah waktu yang tidak mereka gunakan untuk melakukan hal-hal yang dapat meningkatkan kesehatan otak, seperti berolahraga, tidur, bersosialisasi dalam kehidupan nyata, dan melakukan aktivitas yang menantang mental.

Kerusakan otak juga dapat disebabkan oleh cara seseorang menggunakan layar. Salah satunya lantaran terlalu sering menggulir layar (scrolling) secara pasif dan mengonsumsi konten dengan kecepatan tinggi, sambil mengerjakan banyak tugas atau mencoba bekerja atau belajar pada saat yang bersamaan.

Manwell menerangkan penggunaan layar dengan cara seperti ini dapat menyebabkan sumber daya perhatian seseorang terbagi dan berkurang, yang menyebabkan kemampuan belajar dan mengingat yang lebih buruk, yang dapat meningkatkan stres dan disregulasi emosi ketika seseorang harus terus-menerus mempelajari kembali berbagai hal.

"Sering kali juga ada efek yang menyebabkan gangguan kapasitas dan efisiensi pemrosesan pada otak," katanya.

Seorang profesor dan direktur eksekutif Institute for Addiction Science di University of Southern California di Los Angeles, Adam Leventhal, menuturkan anak-anak dan remaja menjadi kelompok yang paling berisiko mengalami brain rot karena berkembangnya kerusakan otak akibat waktu menonton layar yang berlebihan pada usia dini saat otak masih berkembang, sehingga dapat menyebabkan kesehatan kognitif dan perilaku yang lebih buruk seumur hidup.

"Anak-anak, yang sedang mengembangkan jalur dan keterampilan otak yang mendukung perhatian berkelanjutan, pengendalian impuls, dan pengaturan suasana hati, mungkin lebih rentan terhadap dampak ini. Ada kemungkinan penggunaan media digital yang berlebihan mengganggu hal itu," katanya.

 

Cara Mencegah Brain Rot

Ilustrasi digital detox (Sumber gambar: Svittlana/CanvaPro)

Ilustrasi digital detox (Sumber gambar: Svittlana/CanvaPro)


Meskipun brain rot bukanlah diagnosis medis, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah pembusukan otak. Salah satu cara utamanya ialah dengan mengubah kebiasaan mengonsumsi media digital untuk meningkatkan kesejahteraan diri.

Hal-hal yang bisa dilakukan yakni menerapkan waktu istirahat untuk menatap layar gawai, membatasi diri bermain gawai, termasuk menerapkan pembatasan penggunaan aplikasi tertentu yang tidak sehat. Hal-hal ini merupakan upaya perbaikan jangka pendek yang bisa dilakukan.

Namun, untuk benar-benar terhindar dari brain rot, seseorang harus memiliki komitmen untuk mengubah gaya hidup yang berkelanjutan dalam jangka panjang. Misalnya, mengganti waktu bermain gawai dengan kegiatan lain, seperti meditasi, berolahraga, membaca, bergabung dengan kelompok sosial tatap muka, mempelajari keterampilan baru (bahasa atau alat musik baru), bermain dengan hewan, atau berinteraksi dengan alam, yang harus dilakukan secara teratur.

Akan tetapi, jika waktu di depan layar gawai merupakan bagian penting dari pekerjaan, kalian mungkin perlu berkreasi untuk menemukan cara agar dapat menjauh dari komputer dan ponsel, seperti mencetak materi yang biasanya kalian baca secara daring atau menghadiri rapat langsung alih-alih rapat virtual.

Saat memang harus menggunakan layar, kalian harus berusaha sebaik mungkin untuk menjadikannya satu-satunya fokus, sehingga dapat menyelesaikan tugas dengan efisien. 

"Menjadi lebih waspada, terlibat aktif, dan fokus pada layar juga dapat membantu mengimbangi dampak negatif [brain rot] yang terjadi saat mengerjakan banyak tugas sekaligus,” kata Manwell.

Baca Juga: Tok! Australia Larang Anak di Bawah 16 Tahun Gunakan Media Sosial

Editor: M. Taufikul Basari

SEBELUMNYA

10 Tips Pindah Rumah yang Efektif dan Anti Ribet, Genhype Wajib Tahu

BERIKUTNYA

Sambut CES 2025, LG Bawa Monitor Gaming Layar Tekuk Pertama di Dunia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: