Para pembicara dalam acara diskusi Irama Berdendang di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, Minggu (15/10/2023). Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta

Ketika Musisi Lawas Tetap Memukau di Panggung Musik Kiwari

15 October 2023   |   17:41 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Gema irama musik lawas dari para musisi senior belakangan santer terdengar di berbagai gelaran konser dan festival musik dalam negeri. Mereka hadir baik secara penampil solo maupun berkolaborasi dengan penyanyi dan grup musik yang lebih muda di atas panggung. Selain nostalgia, cara itu dilakukan untuk memperkenalkan musik lawas ke audiens yang lebih muda.
 
Ada banyak konser dan festival musik yang konsisten menghadirkan nama-nama musisi senior dalam jajaran lineup penampilnya, dua di antaranya yakni Synchronize Fest dan Pestapora. Di Synchronize Fest tahun ini, penikmat musik disuguhkan dengan musik-musik yang sangat populer pada zamannya dari para musisi legendaris seperti God Bless, Sawung Jabo, Iwan Fals, Bimbo, Deddy Dhukun, Mus Mujiono, dan Doel Sumbang.
 
Sementara di Pestapora 2023, hadir nama-nama seperti Sirkus Barock, Iwa K, Vina Panduwinata, Caca Handika, Iis Dahlia, dan Ikke Nurjanah. Promotor sekaligus Festival Director Pestapora Rizky Aulia Ucup mengatakan kehadiran para musisi senior di panggung Pestapora bisa menjadi ajang untuk memberikan pengalaman baru kepada para penonton khususnya yang lebih muda. Bahwa, sebelum musisi-musisi yang menjadi idola saat ini, ada banyak nama yang tak bisa diabaikan begitu saja.
Dengan harapan, audiens bisa lebih mengenal para musisi yang telah ada jauh sebelum zamannya, sehingga mengulik lebih lanjut tentang musik-musik mereka. "Karena di Pestapora itu selalu menghadirkan 3 hal yaitu nostalgia, happening [musik saat ini], sama new comer [pendatang baru]," katanya dalam acara diskusi Irama Berdendang di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, Minggu (15/10/2023).
 
Meski demikian, pria yang akrab disapa Ucup itu tidak menampik bahwa usaha tersebut belum memberikan dampak yang besar bagi para audiens. Pasalnya, kebanyakan penonton memang telah memiliki ekspektasi masing-masing terkait musisi yang ingin mereka tonton dalam satu acara festival musik.
 
Di samping dua festival tersebut, ada pula grup seni Swara Gembira yang kerap mempublikasikan sekaligus membuat acara-acara untuk melestarikan memori kolektif akan musik-musik dari musisi senior seperti Guruh Sukarno Putra, Chaseiro, Tika Bisono, Rekti Yoewono, Djajusman, dan Kadri Mohamad.
 
Lebih dari musik, Swara Gembira adalah sebuah wadah untuk merevolusi dan mempopulerkan seni budaya Indonesia dengan sentuhan modern. Mereka telah berhasil mengadakan berbagai pergelaran kolosal, komunitas wastra serta gebrakan aktivasi dalam media sosial yang sukses menarik perhatian berbagai kalangan.
 
Mereka percaya bahwa penting untuk merespons zaman dengan mengembangkan seni budaya Indonesia tanpa melupakan akarnya. Swara Gembira juga menganggap pentingnya gotong royong dalam menciptakan identitas bersama untuk memajukan industri seni budaya Tanah Air.
 
Oi selaku Pendiri Swara Gembira menuturkan alasan utama pihaknya gencar membuat acara yang terinspirasi dari musisi-musisi legenda adalah untuk memperkenalkan sosok-sosok suri tauladan baik secara karya musik maupun kisah inspiratifnya. Hal itu juga masif dipublikasikan melalui media sosial.
 
"Karena terus terang banyak orang yang tau lagu tertentu tapi enggak tau musisinya siapa. Dengan kami sering informasikan di media sosial, setidaknya mereka nanti jadi tertarik untuk browsing tentang kiprah musisi itu," ujarnya.
 

Aksi panggung grup vokal Bimbo dan Yanti Bersaudara di Synchronize Fest 2023. (Sumber gambar:

Aksi panggung grup vokal Bimbo dan Yanti Bersaudara di Synchronize Fest 2023. (Sumber gambar: Synchronize Fest Official Instagram

Kurasi & Pendekatan
Para promotor ataupun pelaku komunitas seni pun memiliki cara masing-masing dalam memilih dan mengkurasi musisi seniora mana yang ingin diajak untuk berkolaborasi. Hal itu tentu tak terlepas dari ketertarikan dan penemuan mereka seputar katalog musik lawas Indonesia.
 
Misalnya Oi yang memiliki ketertarikan kuat terhadap sosok Guruh Sukarno Putra. Menurutnya, seniman yang kini berusia 70 tahun itu berkontribusi besar terhadap perkembangan musik dalam negeri khususnya pada era 1970-an hingga 1990-an. Dari situ, eksplorasinya pun terus berlanjut hingga bisa bekerja sama dengan sejumlah musisi senior lainnya.
 
Namun, Ucup menuturkan sebagai festival musik yang menyasar audiens yang besar, pihaknya berusaha untuk memilih para musisi senior yang bisa dinikmati oleh berbagai kalangan. Komposisinya juga tetap diseimbangkan dengan jajaran musisi dan grup musik yang tengah populer sekaligus pendatang.
 
Lantaran memiliki rentang jarak era yang cukup jauh dengan generasi saat ini, pendekatan yang dilakukan untuk mengajak para musisi senior berkolaborasi juga cukup berbeda alih-alih hanya mengontak manager atau manajemen untuk mengatur dan membicarakan kontrak kerja sama.
 
Baik Oi ataupun Ucup sepakat bahwa pendekatan yang dilakukan umumnya lebih kekeluargaan yang sifatnya membangun koneksi serta menjalin silaturahim. Dengan begitu, barulah mereka mendapatkan kepercayaan para musisi senior itu untuk akhirnya bersedia untuk diajak berkolaborasi. "Jadi pendekatannya itu lebih membangun chemistry diantara mereka bukan semata menawarkan angka," kata Ucup.
 
Dari berbagai upaya tersebut, ada sejumlah dampak yang positif bagi pelestarian musik lawas di kalangan audiens masa kini. Oi mengatakan berkat sejumlah acara dan publikasi yang gencar dilakukan Swara Gembira, banyak anak muda gini mulai mengulik musik-musik di atas generasi mereka dan tak segan membagikannya di media sosial.
 
Selain itu, kolaborasi antara Swara Gembira dan sejumlah musisi senior juga tak jarang membuka percakapan bahkan kerja sama antara mereka dengan pihak produser yang berkutat pada produksi lagu-lagu masa kini. "Sebenarnya itu [dampak] yang sangat indah dan menarik," kata Oi.
Sementara bagi Ucup, upaya-upaya untuk terus menghidupkan musik-musik dari para musisi senior juga seolah bisa menghilangkan batasan antara musik yang dianggap kekinian dengan yang lawas, antara musik yang dianggap jelek dan bagus. Semua berkumpul dan mendengarkan musik semata untuk mengapresiasi karya para musisi dalam negeri.

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Cek Profil Lengkap Francesco Bagnaia yang Jadi Juara MotoGP Mandalika

BERIKUTNYA

Cara Baru Merawat Eksistensi Musik Lawas di Kalangan Generasi Muda

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: