Festival Musikal Indonesia 2023 Jadi Ajang Mendekatkan Seni Pertunjukan ke Generasi Muda
11 October 2023 |
15:00 WIB
Tren pertunjukan drama musikal tampaknya mulai digemari anak-anak muda. Sebab dalam beberapa tahun terakhir sejumlah festival musikal mulai banyak dihelat di Indonesia. Salah satunya lewat Festival Musikal Indonesia (FMI), yang menjadikan seni pertunjukan sebagai medium untuk mendekatkan kesenian agar lebih familiar di masyarakat.
Ya, drama musikal, meski berasal dari Inggris dan Amerika Broadway, tapi faktanya, akar kesenian itu juga banyak diterapkan di Indonesia. Pertunjukan yang menggabungkan unsur akting, tari, dan musik ini juga lama muncul di dalam pentas tradisional di Nusantara.
Baca juga: Perankan Tokoh Antagonis, Windy Liem Beberkan Pola Pendalaman Karakter Drama Musikal Kapan Resign?
Kini, untuk membumikan kembali kesenian tersebut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek) bekerja sama dengan Yayasan Eksotika Karmawibhangga Indonesia kembali menghelat FMI 2023 pada 28-29 Oktober di Ciputra Artpreneur, Jakarta.
Ketua Tim Kerja Apresiasi dan Literasi Musik Direktorat Perfilman, Musik dan Media Kemendikbud Ristek, Edi Irawan mengatakan, hadirnya kembali FMI tahun ini karena besarnya antusiasme masyarakat terhadap musikal. Selain itu, gelaran tersebut juga dihelat untuk memperkuat ekosistem pertunjukan di Tanah Air.
Menurutnya, acara festival tersebut menjadi salah satu cara untuk mengenalkan kembali nilai-nilai keluhuran budaya Indonesia. Terutama dengan tema-tema yang berkaitan dengan musik tapi dalam kemasan yang lebih kekinian agar dapat menjangkau generasi muda.
"Lewat FMI ini diharap menyebarkan semangat untuk merawat dan memperkenalkan budaya seni pertunjukan di Tanah Air terutama ke generasi muda," katanya belum lama ini.
Dalam kesempatan yang sama, Aiko Senosoenoto, produser dari Yayasan Eksotika Karmawibhangga Indonesia (EKI) mengatakan, digelarnya kembali FMI sebagai bentuk komitmen untuk menumbuhkan pertunjukan musikal yang memiliki potensi besar di Tanah Air.
Terlebih, sajian musikal saat ini mulai marak digelar di berbagai gedung pertunjukan yang infrastrukturnya banyak ditemui di kota-kota besar. Oleh karena itu dia berharap FMI 2023 bisa menjadi ajang kolaborasi para pekerja seni pertunjukan dalam mengekspresikan diri di depan publik.
Namun berbeda dari tahun sebelumnya yang mengangkat sejarah, kali ini FMI 2023 akan mengangkat tema Legenda Urban atau Urban Legend. Sebagai informasi, legenda urban adalah genre cerita di sebuah komunitas yang nyaris susah dibedakan antara kenyataan atau hanya isapan jempol yang beredar sekitar masyarakat.
"Terlebih sajian musikal merupakan bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang telah ada sejak jaman dahulu seperti misalnya dalam lenong, ketoprak hingga ludruk. Dengan pengemasan yang lebih kekinian, hal ini perlu dikenal juga oleh generasi muda,"katanya.
Selain dari segi tema, FMI kali ini juga menghadirkan para kurator muda yang bertugas mengkurasi penampil serta alur festival. Mereka terdiri atas Bathara Saverigadi, Chriskevin Adefrid, Josh Marcy, Nala Amrytha dan Nuya Susantono.
Mewakili kurator, Nala Amrytha mengatakan tema legenda urban dipilih sebagai respons kreatif terhadap pengetahuan dan pengalaman komunal masyarakat. Pilihan tema tersebut juga ingin mempertunjukan serta menggali ide-ide baru, hingga memaknai ulang cerita rakyat dan mitos urban.
"Pemilihan tema ini juga sebagai bentuk penajaman peristiwa tutur, utamanya lewat pengetahuan yang terus hidup, tumbuh dan bergerak di masyarakat perkotaan," katanya saat ditemui Hypeabis.id.
Nantinya, sejumlah karya yang bakal digelar adalah Artswara dengan lakon Perempuan dalam Remang, Boow Live dengan lakon berjudul Ibu, dan Swargaloka dengan lakon Ratapan di Timur Tanah Jawa: Alas Purwo. Kemudian ada juga grup TEMAN yang akan menggelar pentas berjudul 6, dan EKI Dance yang mementaskan lakon berjudul Bangku Kosong.
Adapun, Bangku Kosong merupakan legenda urban yang disadur dari cerita-cerita legenda anak sekolah di Jakarta. Nala mengungkap, di tempat sekolahnya dulu ada sebuah bangku kosong yang tidak pernah diduduki siswa karena dikenal memiliki kisah horor di baliknya. Pertunjukan mereka kali ini juga ingin membawa pesan akibat perisakan (bullying) yang kerap terjadi di sekolah-sekolah.
Menurut Nala, semua grup tersebut akan mengeksplor tema legenda urban yang dipentaskan di Program Gala yang berada di auditorium lantai 13 Ciputra Artpreneur. Namun, selain kelima kelompok tersebut bakal ada juga Program Showcase dari 13 komunitas musikal yang akan membawakan tema-tema seru lainnya di lantai 11 Ciputra Artpreneur.
Grup-grup tersebut adalah Askara, Camp Broadway Indonesia, Center Stage Community, Hi Jakarta Production, Jakarta Art House Community Theater, dan Jakarta Musical Crew. Lalu ada juga Jakarta Performing Arts Community (JPAC), Metamorphose Production - LSPR PAC, Pump N Jump Academy X Aksi Cinta Indonesia (ACI), Sinar 57, Surabaya Opera Academy, Surabaya Musical Theater Camp, dan Teater Svatuhari.
Dari segi proses kurasi, Nala mengungkap tim kurator membutuhkan waktu kurang lebih lima bulan untuk memilih karya yang bakal dipentaskan. Salah satu tolok ukurnya adalah grup atau komunitas yang sudah memiliki rekam jejak pementasan musikal, serta memiliki nomor produksi yang telah menjadi ciri khas mereka.
"Proses kurasinya berlangsung seru, sebab sesama kurator juga bisa saling mengkritisi karena latar belakang kita yang beda-beda. Misalnya aku sebagai penari dan produser, Nuya Susantono dan Josh Marcy sebagai koreografer, jadi kota malah bisa saling kolaborasi," katanya.
Nantinya, selain menikmati pertunjukan musikal, pengunjung dapat berpartisipasi dalam sesi Broadway Open Mic yang diorganisasikan oleh Gigi Art Of Dance. Bahkan mereka juga bisa mengikuti talkshow mengenai proses produksi di balik pertunjukan musikal, menikmati pameran atau mencicipi kuliner nusantara di areal festival.
Terkait dengan tiket, bagi pengunjung di areal festival semuanya terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya. Sedangkan untuk menyaksikan pertunjukan Gala di Auditorium, tiket bisa dibeli di situs Book My Show dengan harga Rp150.000 untuk One Day Pass dan Rp250.00 untuk Two Days Pass.
Baca juga: Menghadapi Toksikitas di Tempat Kerja, Kisah Dalam Pertunjukan Musikal Kapan Resign?
Editor: Dika Irawan
Ya, drama musikal, meski berasal dari Inggris dan Amerika Broadway, tapi faktanya, akar kesenian itu juga banyak diterapkan di Indonesia. Pertunjukan yang menggabungkan unsur akting, tari, dan musik ini juga lama muncul di dalam pentas tradisional di Nusantara.
Baca juga: Perankan Tokoh Antagonis, Windy Liem Beberkan Pola Pendalaman Karakter Drama Musikal Kapan Resign?
Kini, untuk membumikan kembali kesenian tersebut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek) bekerja sama dengan Yayasan Eksotika Karmawibhangga Indonesia kembali menghelat FMI 2023 pada 28-29 Oktober di Ciputra Artpreneur, Jakarta.
Ketua Tim Kerja Apresiasi dan Literasi Musik Direktorat Perfilman, Musik dan Media Kemendikbud Ristek, Edi Irawan mengatakan, hadirnya kembali FMI tahun ini karena besarnya antusiasme masyarakat terhadap musikal. Selain itu, gelaran tersebut juga dihelat untuk memperkuat ekosistem pertunjukan di Tanah Air.
Menurutnya, acara festival tersebut menjadi salah satu cara untuk mengenalkan kembali nilai-nilai keluhuran budaya Indonesia. Terutama dengan tema-tema yang berkaitan dengan musik tapi dalam kemasan yang lebih kekinian agar dapat menjangkau generasi muda.
"Lewat FMI ini diharap menyebarkan semangat untuk merawat dan memperkenalkan budaya seni pertunjukan di Tanah Air terutama ke generasi muda," katanya belum lama ini.
Dalam kesempatan yang sama, Aiko Senosoenoto, produser dari Yayasan Eksotika Karmawibhangga Indonesia (EKI) mengatakan, digelarnya kembali FMI sebagai bentuk komitmen untuk menumbuhkan pertunjukan musikal yang memiliki potensi besar di Tanah Air.
Terlebih, sajian musikal saat ini mulai marak digelar di berbagai gedung pertunjukan yang infrastrukturnya banyak ditemui di kota-kota besar. Oleh karena itu dia berharap FMI 2023 bisa menjadi ajang kolaborasi para pekerja seni pertunjukan dalam mengekspresikan diri di depan publik.
Namun berbeda dari tahun sebelumnya yang mengangkat sejarah, kali ini FMI 2023 akan mengangkat tema Legenda Urban atau Urban Legend. Sebagai informasi, legenda urban adalah genre cerita di sebuah komunitas yang nyaris susah dibedakan antara kenyataan atau hanya isapan jempol yang beredar sekitar masyarakat.
"Terlebih sajian musikal merupakan bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang telah ada sejak jaman dahulu seperti misalnya dalam lenong, ketoprak hingga ludruk. Dengan pengemasan yang lebih kekinian, hal ini perlu dikenal juga oleh generasi muda,"katanya.
Hadirkan Kurator Muda
Selain dari segi tema, FMI kali ini juga menghadirkan para kurator muda yang bertugas mengkurasi penampil serta alur festival. Mereka terdiri atas Bathara Saverigadi, Chriskevin Adefrid, Josh Marcy, Nala Amrytha dan Nuya Susantono.Mewakili kurator, Nala Amrytha mengatakan tema legenda urban dipilih sebagai respons kreatif terhadap pengetahuan dan pengalaman komunal masyarakat. Pilihan tema tersebut juga ingin mempertunjukan serta menggali ide-ide baru, hingga memaknai ulang cerita rakyat dan mitos urban.
"Pemilihan tema ini juga sebagai bentuk penajaman peristiwa tutur, utamanya lewat pengetahuan yang terus hidup, tumbuh dan bergerak di masyarakat perkotaan," katanya saat ditemui Hypeabis.id.
Nantinya, sejumlah karya yang bakal digelar adalah Artswara dengan lakon Perempuan dalam Remang, Boow Live dengan lakon berjudul Ibu, dan Swargaloka dengan lakon Ratapan di Timur Tanah Jawa: Alas Purwo. Kemudian ada juga grup TEMAN yang akan menggelar pentas berjudul 6, dan EKI Dance yang mementaskan lakon berjudul Bangku Kosong.
Adapun, Bangku Kosong merupakan legenda urban yang disadur dari cerita-cerita legenda anak sekolah di Jakarta. Nala mengungkap, di tempat sekolahnya dulu ada sebuah bangku kosong yang tidak pernah diduduki siswa karena dikenal memiliki kisah horor di baliknya. Pertunjukan mereka kali ini juga ingin membawa pesan akibat perisakan (bullying) yang kerap terjadi di sekolah-sekolah.
Menurut Nala, semua grup tersebut akan mengeksplor tema legenda urban yang dipentaskan di Program Gala yang berada di auditorium lantai 13 Ciputra Artpreneur. Namun, selain kelima kelompok tersebut bakal ada juga Program Showcase dari 13 komunitas musikal yang akan membawakan tema-tema seru lainnya di lantai 11 Ciputra Artpreneur.
Grup-grup tersebut adalah Askara, Camp Broadway Indonesia, Center Stage Community, Hi Jakarta Production, Jakarta Art House Community Theater, dan Jakarta Musical Crew. Lalu ada juga Jakarta Performing Arts Community (JPAC), Metamorphose Production - LSPR PAC, Pump N Jump Academy X Aksi Cinta Indonesia (ACI), Sinar 57, Surabaya Opera Academy, Surabaya Musical Theater Camp, dan Teater Svatuhari.
Dari segi proses kurasi, Nala mengungkap tim kurator membutuhkan waktu kurang lebih lima bulan untuk memilih karya yang bakal dipentaskan. Salah satu tolok ukurnya adalah grup atau komunitas yang sudah memiliki rekam jejak pementasan musikal, serta memiliki nomor produksi yang telah menjadi ciri khas mereka.
"Proses kurasinya berlangsung seru, sebab sesama kurator juga bisa saling mengkritisi karena latar belakang kita yang beda-beda. Misalnya aku sebagai penari dan produser, Nuya Susantono dan Josh Marcy sebagai koreografer, jadi kota malah bisa saling kolaborasi," katanya.
Nantinya, selain menikmati pertunjukan musikal, pengunjung dapat berpartisipasi dalam sesi Broadway Open Mic yang diorganisasikan oleh Gigi Art Of Dance. Bahkan mereka juga bisa mengikuti talkshow mengenai proses produksi di balik pertunjukan musikal, menikmati pameran atau mencicipi kuliner nusantara di areal festival.
Terkait dengan tiket, bagi pengunjung di areal festival semuanya terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya. Sedangkan untuk menyaksikan pertunjukan Gala di Auditorium, tiket bisa dibeli di situs Book My Show dengan harga Rp150.000 untuk One Day Pass dan Rp250.00 untuk Two Days Pass.
Baca juga: Menghadapi Toksikitas di Tempat Kerja, Kisah Dalam Pertunjukan Musikal Kapan Resign?
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.