Platform Digital Jadi Kunci Transformasi Pendidikan di Indonesia
07 October 2023 |
20:54 WIB
Pendidikan di Indonesia hingga kini masih memiliki beberapa kendala seperti faktor ekonomi keluarga, faktor geografi, infrastruktur, hingga masalah metode pendidikan yang terkesan monoton. Untuk itu, diperlukan solusi cepat dan tepat, salah satunya dengan memaksimalkan teknologi digital.
Oleh beberapa permasalah di atas, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI, Nadiem Anwar Makarim menegaskan bahwa sistem pendidikan harus mengalami perubahan dan disesuaikan dengan kebutuhan anak Bangsa. Hal ini disampaikan oleh Mendikbud dalam sesi gelar wicara peluncuran buku Bangkit Lebih Kuat: Studi Kesenjangan Pembelajaran, beberapa waktu lalu.
Transformasi digital yang digencarkan pemerintah, termasuk dalam sistem dan teknologi pendidikan menjadi faktor kunci untuk menyelesaikan tantangan bidang pendidikan dewasa ini.
Baca juga: Potret Terkini Dunia Pendidikan Indonesia dalam Buku Bangkit Lebih Kuat: Studi Kesenjangan Pembelajaran
Tidak hanya pemerintah, saat ini banyak provider yang telah menghadirkan berbagai jasa layanan untuk membantu transformasi dan digitalisasi pendidikan di Indonesia dengan menggunakan sistem teknologi, salah satunya adalah Sokrates.
Sokrates merupakan salah satu unit yang mengembangkan pendidikan berbasis teknologi. Platform ini hadir sejak 2003 yang dinaungi oleh Bina Nusantara Group. Untuk menjawab tantangan zaman, pada 2013 Sokrates dikembangkan menjadi aplikasi bernama Sokrates Mobile Info.
“Pada saat pandemi, terjadi switching proses belajar mengajar, dari awalnya belajar di sekolah dan kelas, kali ini kami menggunakan teknologi atau menggunakan Learning Management System (LMS) untuk mengakses konten-konten pembelajaran dari mana saja,” jelas Rizqie Ifdhola (Rizqie) selaku Head of Marketing Sokrates dalam acara Future Education Univeiled (5/10/2023).
Rizqie menjelaskan bahwa berbagai tantangan sistem pendidikan hingga kini masih menggunakan metode yang terus mengalami perubahan
Tantangannya dimaksud adalah terjadinya perubahan cara belajar dan perilaku belajar yang tadinya konvensional dan tiba-tiba harus beralih ke online, hingga saat ini kembali lagi ke tatap muka.
"Kalau dulu fokus belajar itu pada guru yang mengajar, kalau sekarang siswa itu juga belajar secara mandiri. Jadi yang selama ini kami ngobrol-ngobrol dengan pihak sekolah, di sini anak-anak merasa bahwa perlu suatu metode pembelajaran yang lebih menarik. Misalnya video pembelajaran dan belajar menggunakan LMS,” tutur Rizqie.
Sementara itu, Oktaviani Handojo selaku VP Brand & Marketing Hypernet Technologies menegaskan tentang pentingnya menggunakan teknologi dalam suatu sistem pendidikan. Menurutnya, berdasarkan data yang dimiliki Hypernet, sebanyak 83 persen orang tua peserta didik menginginkan anaknya sekolah dengan dukungan teknologi.
“Dari survei yang kami lakukan, kami menemukan data sebanyak 83 persen orang tua itu menginginkan anaknya sekolah dengan adanya support teknologi. Pada dasarnya, kami Hypernet dan Sokrates melakukan riset dan menemukan data juga bahwa sebanyak 45 persen orang tua peserta didik memilih penggunaan teknologi dalam pendidikan anak-anaknya merupakan salah satu hal yang sangat penting,” terang Oktaviani.
Namun, perkembangan teknologi pendidikan yang makin maju, nyatanya masih menyisakan permasalahan lain, seperti infrastruktur jaringan internet yang belum merata di seluruh Indoensia dan juga SDM yang belum aware atau melek teknologi.
“Masalah lain yang kami temukan itu adalah para guru dan juga sekolah yang belum melek digital, ketakutan akan keamanan data, dan juga belum adanya orang yang bisa memahami penggunaan Sokrates dalam sistem pendidikan,” tutur Djoko Setyanto, VP Innovation & Technology Hypenet, dalam sesi diskusi.
Sokrates sebagai salah satu playform pembelajaran daring dikembangkan dengan berbagai fitur yang dibutuhkan untuk mendukung proses pembelajaran yang praktis dan mudah diaplikasikan seperti berikut ini.
Teknologi pendidikan Sokrates telah menjangkau hampir seluruh wilayah Indonesia dan telah bekerja sama dengan 343 sekolah. Perlu diketahui bahwa layanan Sokrates juga telah mencapai salah satu daerah 3T ( Terluar, Tertinggal, dan Terdepan), yakni Kabupaten Kupang.
“Kalau masalah yang kami temukan di Kupang itu lebih ke faktor geografisnya dan jaringan internet yang belum memadai. Jadi untuk menangani masalah ini kami telah bekerja sama dengan para provider untuk meningkatkan koneksi jaringan. Selain itu, kami menyediakan pekerja untuk membantu permasalahan di sana,” jelas Djoko Setyanto
Baca juga: Mengenal 4 Bidang Keilmuan di Pusat Peradaban Pendidikan Masa Lampau Candi Muarojambi
Sokrates juga memberikan training kepada guru, orang tua, dan peserta didik agar lebih cakap menggunakan aplikasi tersebut.
Editor: Fajar Sidik
Oleh beberapa permasalah di atas, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI, Nadiem Anwar Makarim menegaskan bahwa sistem pendidikan harus mengalami perubahan dan disesuaikan dengan kebutuhan anak Bangsa. Hal ini disampaikan oleh Mendikbud dalam sesi gelar wicara peluncuran buku Bangkit Lebih Kuat: Studi Kesenjangan Pembelajaran, beberapa waktu lalu.
Transformasi digital yang digencarkan pemerintah, termasuk dalam sistem dan teknologi pendidikan menjadi faktor kunci untuk menyelesaikan tantangan bidang pendidikan dewasa ini.
Baca juga: Potret Terkini Dunia Pendidikan Indonesia dalam Buku Bangkit Lebih Kuat: Studi Kesenjangan Pembelajaran
Tidak hanya pemerintah, saat ini banyak provider yang telah menghadirkan berbagai jasa layanan untuk membantu transformasi dan digitalisasi pendidikan di Indonesia dengan menggunakan sistem teknologi, salah satunya adalah Sokrates.
Sokrates merupakan salah satu unit yang mengembangkan pendidikan berbasis teknologi. Platform ini hadir sejak 2003 yang dinaungi oleh Bina Nusantara Group. Untuk menjawab tantangan zaman, pada 2013 Sokrates dikembangkan menjadi aplikasi bernama Sokrates Mobile Info.
“Pada saat pandemi, terjadi switching proses belajar mengajar, dari awalnya belajar di sekolah dan kelas, kali ini kami menggunakan teknologi atau menggunakan Learning Management System (LMS) untuk mengakses konten-konten pembelajaran dari mana saja,” jelas Rizqie Ifdhola (Rizqie) selaku Head of Marketing Sokrates dalam acara Future Education Univeiled (5/10/2023).
Rizqie menjelaskan bahwa berbagai tantangan sistem pendidikan hingga kini masih menggunakan metode yang terus mengalami perubahan
Tantangannya dimaksud adalah terjadinya perubahan cara belajar dan perilaku belajar yang tadinya konvensional dan tiba-tiba harus beralih ke online, hingga saat ini kembali lagi ke tatap muka.
"Kalau dulu fokus belajar itu pada guru yang mengajar, kalau sekarang siswa itu juga belajar secara mandiri. Jadi yang selama ini kami ngobrol-ngobrol dengan pihak sekolah, di sini anak-anak merasa bahwa perlu suatu metode pembelajaran yang lebih menarik. Misalnya video pembelajaran dan belajar menggunakan LMS,” tutur Rizqie.
Sementara itu, Oktaviani Handojo selaku VP Brand & Marketing Hypernet Technologies menegaskan tentang pentingnya menggunakan teknologi dalam suatu sistem pendidikan. Menurutnya, berdasarkan data yang dimiliki Hypernet, sebanyak 83 persen orang tua peserta didik menginginkan anaknya sekolah dengan dukungan teknologi.
“Dari survei yang kami lakukan, kami menemukan data sebanyak 83 persen orang tua itu menginginkan anaknya sekolah dengan adanya support teknologi. Pada dasarnya, kami Hypernet dan Sokrates melakukan riset dan menemukan data juga bahwa sebanyak 45 persen orang tua peserta didik memilih penggunaan teknologi dalam pendidikan anak-anaknya merupakan salah satu hal yang sangat penting,” terang Oktaviani.
Namun, perkembangan teknologi pendidikan yang makin maju, nyatanya masih menyisakan permasalahan lain, seperti infrastruktur jaringan internet yang belum merata di seluruh Indoensia dan juga SDM yang belum aware atau melek teknologi.
(dari kiri) Djoko Setyanto, Sudiono Oel, Oktaviani Handojo, Rizqie Ifdhola, dan William Soeganda (Sumber gambar: Yulita Teresia Maghi/Hypeabis.id)
“Masalah lain yang kami temukan itu adalah para guru dan juga sekolah yang belum melek digital, ketakutan akan keamanan data, dan juga belum adanya orang yang bisa memahami penggunaan Sokrates dalam sistem pendidikan,” tutur Djoko Setyanto, VP Innovation & Technology Hypenet, dalam sesi diskusi.
Sokrates sebagai salah satu playform pembelajaran daring dikembangkan dengan berbagai fitur yang dibutuhkan untuk mendukung proses pembelajaran yang praktis dan mudah diaplikasikan seperti berikut ini.
- Proses belajar mengajar pada institusi lebih mudah, guru dapat memberikan konten pendidikan yang lebih menarik.
- Melakukan diskusi virtual bersama peserta didik lebih mudah dan dapat dilakukan di mana saja.
- Guru dapat menginput nilai peserta didik lebih mudah.
- Memudahkan orang tua memantau update pendidikan anak-anaknya.
- Fitur-fitur menarik dalam aplikasi mampu meningkatkan semangat anak dalam belajar.
- Bagi yayasan pendidikan lebih mudah mengiput informasi peserta didik, guru, dan informasi pendidikan lainnya dengan lebih efektif dan efisien
- Memiliki sistem operasional yang terdapat di berbagai wilayah Nusantara.
- Socrates bersama Hypernet Technologies dapat membantu menyediakan layanan internet.
Teknologi pendidikan Sokrates telah menjangkau hampir seluruh wilayah Indonesia dan telah bekerja sama dengan 343 sekolah. Perlu diketahui bahwa layanan Sokrates juga telah mencapai salah satu daerah 3T ( Terluar, Tertinggal, dan Terdepan), yakni Kabupaten Kupang.
“Kalau masalah yang kami temukan di Kupang itu lebih ke faktor geografisnya dan jaringan internet yang belum memadai. Jadi untuk menangani masalah ini kami telah bekerja sama dengan para provider untuk meningkatkan koneksi jaringan. Selain itu, kami menyediakan pekerja untuk membantu permasalahan di sana,” jelas Djoko Setyanto
Baca juga: Mengenal 4 Bidang Keilmuan di Pusat Peradaban Pendidikan Masa Lampau Candi Muarojambi
Sokrates juga memberikan training kepada guru, orang tua, dan peserta didik agar lebih cakap menggunakan aplikasi tersebut.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.