2 Film Indonesia Masuk ke Program Kompetisi di BIFF 2023
02 October 2023 |
18:12 WIB
Gelaran Busan International Film Festival (BIFF) tahun ini cukup spesial bagi Indonesia. Karya sineas lokal yang mejeng di ajang tersebut memiliki jumlah terbanyak dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dua di antaranya bahkan berhasil masuk ke dalam program kompetisi.
Dua film tersebut adalah 24 Jam Bersama Gaspar karya Yosep Anggi Noen yang akan bersaing di kompetisi utama Jiseok dan film pendek berjudul The Rootless Bloom karya Rein Maychaelson yang akan berkompetisi di program Wide Angle.
Baca juga: Perjalanan Kamila Andini Bawa Serial Gadis Kretek Tampil di Program On Screen BIFF 2023
Selain itu, Busan International Film Festival (BIFF) 2023 juga akan mengadakan program khusus yang diberi nama Renaissance of Indonesian Cinema. Program ini secara khusus memilih tujuh film panjang, lima film pendek, dan satu drama serial terbaik Indonesia untuk ditayangkan di BIFF 2023.
Pemain film 24 Jam Bersama Gaspar Reza Rahadian mengungkapkan perasaan senangnya ketika film yang dibintanginya bisa masuk ke dalam program kompetisi di BIFF 2023. Namun, capaian ini rasanya akan terlalu kecil jika hanya diperuntukkan bagi film yang diadaptasi dari novel kedua Sabda Armandio saja.
Baginya, masuknya 24 Jam Bersama Gaspar di program Jiseok ini adalah berita baik bagi industri perfilman Indonesia. Sebab, cukup jarang film lokal yang bisa menembus salah satu kategori bergengsi ini.
“Pasti senang sih. Apalagi, tahun ini Busan memberikan suatu rekognisi yang luar biasa besar bagi Indonesia dan kami bisa berpartisipasi di dalamnya,” ungkap Reza Rahadian dalam konferensi pers BIFF 2023 di Kemendikbudristek, Senin (2/10/2023).
Segendang sepenarian, Laura Basuki yang juga ikut membintangi 24 Jam Bersama Gaspar mengungkapkan hal senada. Baginya, ini adalah suatu apresiasi besar yang membahagiakan. Terlebih, pada awalnya Laura mengaku menerima project bermain peran di film ini hanya karena ingin bermain film yang disutradarai oleh Yosep Anggi Noen dan diproduseri Yulia Eviana Bhara.
“Jadi, ketika film ini mendapat apresiasi lebih, aku senang banget bisa merayakan film ini bersama-sama di Busan,” imbuhnya.
Laura Basuki sendiri akan datang ke BIFF 2023. Dia akan mengikuti beberapa program dari filmnya yang akan tayang di sana. Selain itu, dirinya juga ingin menyaksikan langsung film-film Indonesia yang juga bakal diputar di sana, terutama melihat reaksi penonton luar negeri dalam menikmati karya para sineas Tanah Air.
Staf Khusus Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Alex Sihar mengatakan bahwa BIFF merupakan gelaran festival film terbesar di Asia yang bakal menampilkan ratusan karya sineas dari Benua Kuning tersebut.
Sebagai festival bergengsi, BIFF punya peran penting bagi para sineas Asia, termasuk Indonesia, sebelum nantinya bakal berkiprah secara global. BIFF kerap dijadikan sebagai pijakan awal para pembuat film sebelum menjajaki festival berkelas internasional lain.
Menurut Alex, film-film yang berhasil tayang di BIFF, apalagi berkompetisi, bakal selangkah lebih dekat ke industri sinema global. Festival ini akan menjadi batu loncatan bagi mereka untuk mendapatkan capaian lebih tinggi serta dikenal oleh audiens di seluruh dunia.
Mengingat pentingnya ajang ini, Kemendikbudristek akan memberikan dukungan dengan memfasilitasi delegasi sineas Indonesia yang berhasil ikut serta dalam BIFF 2023. Fasilitas ini dilakukan dalam upaya memperkuat ekosistem perfilman Indonesia.
Selain itu, Dikrektorat Perfilman, Musik, dan Media juga akan berpartisipasi pada rangkaian Asia Contents & Film Market (ACFM) dengan mengadirkan booth Indonesia selama gelarannya pada 7 Oktober-10 Oktober 2023.
Tahun ini, ada 2 proyek film dari Indonesia yang akan ditawarkan di Asian Project Market, yakni Tarkam karya Teddy Soeriaatmadja dan Eric Primasetio dan Watch It Burn karya Makul Mubarak dan Yulia Evina Bhara.
ACFM adalah pasar di mana beragam konten media mulai dari film, audio visual, publikasi, webtoon, hingga novel web ditawarkan. Sebagai platform jaringan dan bisnis bagi profesional industri, ACFM menyediakan berbagai program, termasuk pasar investasi, produksi bersama, konferensi, dan program pendanaan produksi film.
Dua film tersebut adalah 24 Jam Bersama Gaspar karya Yosep Anggi Noen yang akan bersaing di kompetisi utama Jiseok dan film pendek berjudul The Rootless Bloom karya Rein Maychaelson yang akan berkompetisi di program Wide Angle.
Baca juga: Perjalanan Kamila Andini Bawa Serial Gadis Kretek Tampil di Program On Screen BIFF 2023
Selain itu, Busan International Film Festival (BIFF) 2023 juga akan mengadakan program khusus yang diberi nama Renaissance of Indonesian Cinema. Program ini secara khusus memilih tujuh film panjang, lima film pendek, dan satu drama serial terbaik Indonesia untuk ditayangkan di BIFF 2023.
Pemain film 24 Jam Bersama Gaspar Reza Rahadian mengungkapkan perasaan senangnya ketika film yang dibintanginya bisa masuk ke dalam program kompetisi di BIFF 2023. Namun, capaian ini rasanya akan terlalu kecil jika hanya diperuntukkan bagi film yang diadaptasi dari novel kedua Sabda Armandio saja.
Baginya, masuknya 24 Jam Bersama Gaspar di program Jiseok ini adalah berita baik bagi industri perfilman Indonesia. Sebab, cukup jarang film lokal yang bisa menembus salah satu kategori bergengsi ini.
“Pasti senang sih. Apalagi, tahun ini Busan memberikan suatu rekognisi yang luar biasa besar bagi Indonesia dan kami bisa berpartisipasi di dalamnya,” ungkap Reza Rahadian dalam konferensi pers BIFF 2023 di Kemendikbudristek, Senin (2/10/2023).
Segendang sepenarian, Laura Basuki yang juga ikut membintangi 24 Jam Bersama Gaspar mengungkapkan hal senada. Baginya, ini adalah suatu apresiasi besar yang membahagiakan. Terlebih, pada awalnya Laura mengaku menerima project bermain peran di film ini hanya karena ingin bermain film yang disutradarai oleh Yosep Anggi Noen dan diproduseri Yulia Eviana Bhara.
“Jadi, ketika film ini mendapat apresiasi lebih, aku senang banget bisa merayakan film ini bersama-sama di Busan,” imbuhnya.
Laura Basuki sendiri akan datang ke BIFF 2023. Dia akan mengikuti beberapa program dari filmnya yang akan tayang di sana. Selain itu, dirinya juga ingin menyaksikan langsung film-film Indonesia yang juga bakal diputar di sana, terutama melihat reaksi penonton luar negeri dalam menikmati karya para sineas Tanah Air.
BIFF Jadi Pijakan Awal Membuka Industri Sinema Global
Konferensi pers BIFF 2023 di Kemendikbudristek, Senin (02/10). (Sumber gambar: Dok panitia Konferensi pers BIFF 2023 di Kemendikbudristek)
Staf Khusus Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Alex Sihar mengatakan bahwa BIFF merupakan gelaran festival film terbesar di Asia yang bakal menampilkan ratusan karya sineas dari Benua Kuning tersebut.
Sebagai festival bergengsi, BIFF punya peran penting bagi para sineas Asia, termasuk Indonesia, sebelum nantinya bakal berkiprah secara global. BIFF kerap dijadikan sebagai pijakan awal para pembuat film sebelum menjajaki festival berkelas internasional lain.
Menurut Alex, film-film yang berhasil tayang di BIFF, apalagi berkompetisi, bakal selangkah lebih dekat ke industri sinema global. Festival ini akan menjadi batu loncatan bagi mereka untuk mendapatkan capaian lebih tinggi serta dikenal oleh audiens di seluruh dunia.
Mengingat pentingnya ajang ini, Kemendikbudristek akan memberikan dukungan dengan memfasilitasi delegasi sineas Indonesia yang berhasil ikut serta dalam BIFF 2023. Fasilitas ini dilakukan dalam upaya memperkuat ekosistem perfilman Indonesia.
Selain itu, Dikrektorat Perfilman, Musik, dan Media juga akan berpartisipasi pada rangkaian Asia Contents & Film Market (ACFM) dengan mengadirkan booth Indonesia selama gelarannya pada 7 Oktober-10 Oktober 2023.
Tahun ini, ada 2 proyek film dari Indonesia yang akan ditawarkan di Asian Project Market, yakni Tarkam karya Teddy Soeriaatmadja dan Eric Primasetio dan Watch It Burn karya Makul Mubarak dan Yulia Evina Bhara.
ACFM adalah pasar di mana beragam konten media mulai dari film, audio visual, publikasi, webtoon, hingga novel web ditawarkan. Sebagai platform jaringan dan bisnis bagi profesional industri, ACFM menyediakan berbagai program, termasuk pasar investasi, produksi bersama, konferensi, dan program pendanaan produksi film.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.