Akupunktur Bisa Bantu Penanganan Obesitas, Begini Mekanismenya
01 October 2023 |
07:00 WIB
Obesitas telah menjadi salah satu masalah kesehatan umum yang terjadi di dunia, termasuk di Indonesia. Data Badan Kesehatan Dunia WHO menyebutkan bahwa angka berat badan berlebih melonjak hingga tiga kali lebih besar dari kasus yang tercatat pada 1975.
Isu tersebut kian menjadi perhatian seiring dengan kematian sekitar 4 juta orang di dunia pada 2017 masuk dalam kategori kelebihan berat badan dan obesitas. Padahal, obesitas merupakan masalah kesehatan yang dapat dicegah.
Baca juga: Bisa Jadi Bom Waktu, Begini 5 Cara Mudah Mencegah Obesitas Pada Anak
Obesitas terjadi karena kelebihan lemak tubuh yang dapat berakibat pada peningkatan masalah kesehatan. Obesitas dapat berakibat pada masalah kesehatan yang krusial, seperti resistensi insulin pada diabetes, risiko stroke, demensia, gangguan pada hati serta jantung, dan lainnya.
Secara umum, seseorang dikatakan berkelebihan berat badan apabila indeks massa tubuh berada di atas 23. Lebih dari itu, tubuh seseorang sudah masuk dalam kategori obesitas. Namun, indeks massa tubuh tak bisa menjadi patokan penuh dalam obesitas.
Komposisi tubuh lebih tepat dalam mengategorikan obesitas. Sebab, ukuran komposisi tubuh dalam kategori ideal pun belum tentu memiliki masa otot dan lemak yang sesuai dalam tubuh.
Spesialis Gizi dari Klinik Bamed, dokter Maryam menjelaskan bahwa prevalensi obesitas di seluruh dunia juga terus meningkat. Untuk itu, tata laksana obesitas harus dilakukan dengan komprehensif.
Jadi, penderita tidak bisa hanya mengandalkan satu jenis terapi. Tatalaksana harus terdiri atas perubahan gaya hidup, pemberian obat, pembedahan, dan yang paling signifikan adalah diet dan aktivitas fisik.
Bahkan, tidur dan manajemen stres menjadi bagian penting yang berpengaruh terhadap pengendalian obesitas. “Sebab, produksi hormon ghrelin yang muncul karena kurang tidur juga bisa meningkatkan rasa cepat lapar atau craving,” ujarnya.
Maryam menjelaskan, craving biasanya terjadi saat waktu makan besar. Maka solusi tepatnya adalah makan sesuai dengan jadwal serta lakukan sesi snacking. Di antara tiga kali makan utama, Maryam menyarankan ada 2-3 kali snack yang menyelinginya. Camilan yang disarankan juga harus dengan kandungan serat dan protein tinggi agar lebih mengenyangkan.
“Masyarakat juga harus bijak memilih snack protein yang beredar di pasaran. Karena itu belum tentu ramah bagi diet, harus mencermati gulanya juga,” jelasnya.
Teknik Akupuntur
Akupuntur menjadi salah satu langkah medis yang dapat dilakukan untuk menangani obesitas tanpa bedah. Dokter Spesialis Akupuntur Medik dari Klinik Bamed, Srikandi Indira Putri menjelaskan, peran akupunktur dalam penanganan obesitas dapat meregulasi hormon metabolik sehingga memperbaiki metabolisme tubuh dan dapat menurunkan nafsu makan dengan perangsangan pusat kenyang di otak.
Akupunktur yang telah disesuaikan dengan ilmu kedokteran itu bertujuan merangsang titik-titik akupunktur dengan jarum. “Biasanya di tangan, telinga atau hidung bergantung dengan kebutuhan pasien,” jelas Srikandi.
Biasanya, pasien dengan kasus obesitas lebih banyak menggunakan metode akupunktur press needle. Metode ini efektif untuk merangsang titik pusat lapar dan kenyang sehingga pasien dapat mengontrol nafsu makan.
Mekanisme akupunktur ini bekerja dengan cara menimbulkan microtrauma, kemudian sinyalnya bisa diteruskan ke otak dan akan mengeluarkan zat yang menyeimbangkan otak manusia.
Selain press needle, akupunktur yang biasa digunakan untuk penanganan obesitas, yaitu elektroakupunktur, thread embedding acupuncture (TEA) atau yang biasa dikenal dengan akupunktur tanam benang. Elektroakupunktur biasanya dilakukan dua kali sepekan selama 12 kali.
Sementara TEA lebih banyak dipilih karena hanya membutuhkan penanganan satu kali saja. Namun, tata laksana serta modalitas akupunktur tersebut tetap akan ditentukan oleh dokter spesialis akupunktur medis sesuai dengan kondisi klinis pasien masing-masing.
Akupunktur juga memiliki manfaat menurunkan stres dan memperbaiki kualitas tidur yang berpengaruh dalam penanganan obesitas.
Dalam aktivitas fisik, akupunktur dapat membantu pemulihan selepas olahraga lebih baik dengan cara mengurangi pembentukan asam laktat akibat pegal setelah olahraga dan membuat denyut nadi lebih rendah.
Selain akupunktur, pasien obesitas bisa mendapat penanganan nonbedah lainnya yang dilakukan melalui body sculpting.
Metode ini tak perlu praktik bedah karena menggunakan prosedur seperti radiofrekuensi, mesoterapi, cryolipolisis dan HIFU. Metode ini sering digunakan karena tak membebankan biaya yang terlalu besar serta tidak menimbulkan luka pasca-operasi.
Baca juga: Penyebab Kasus Obesitas Meningkat 3 Kali Lipat Dalam 40 Tahun Terakhir, Jakarta Nomor 2
Sama seperti akupunktur, tatalaksana prosedur nonbedah pun tetap menbutuhkan pendampingan dari dokter spesialis gizi klinis. Sebab, setiap pasien memiliki kondisi kelainan tertentu dengan kebutuhan yang berbeda-beda.
Editor: Fajar Sidik
Isu tersebut kian menjadi perhatian seiring dengan kematian sekitar 4 juta orang di dunia pada 2017 masuk dalam kategori kelebihan berat badan dan obesitas. Padahal, obesitas merupakan masalah kesehatan yang dapat dicegah.
Baca juga: Bisa Jadi Bom Waktu, Begini 5 Cara Mudah Mencegah Obesitas Pada Anak
Obesitas terjadi karena kelebihan lemak tubuh yang dapat berakibat pada peningkatan masalah kesehatan. Obesitas dapat berakibat pada masalah kesehatan yang krusial, seperti resistensi insulin pada diabetes, risiko stroke, demensia, gangguan pada hati serta jantung, dan lainnya.
Secara umum, seseorang dikatakan berkelebihan berat badan apabila indeks massa tubuh berada di atas 23. Lebih dari itu, tubuh seseorang sudah masuk dalam kategori obesitas. Namun, indeks massa tubuh tak bisa menjadi patokan penuh dalam obesitas.
Komposisi tubuh lebih tepat dalam mengategorikan obesitas. Sebab, ukuran komposisi tubuh dalam kategori ideal pun belum tentu memiliki masa otot dan lemak yang sesuai dalam tubuh.
Spesialis Gizi dari Klinik Bamed, dokter Maryam menjelaskan bahwa prevalensi obesitas di seluruh dunia juga terus meningkat. Untuk itu, tata laksana obesitas harus dilakukan dengan komprehensif.
Jadi, penderita tidak bisa hanya mengandalkan satu jenis terapi. Tatalaksana harus terdiri atas perubahan gaya hidup, pemberian obat, pembedahan, dan yang paling signifikan adalah diet dan aktivitas fisik.
Bahkan, tidur dan manajemen stres menjadi bagian penting yang berpengaruh terhadap pengendalian obesitas. “Sebab, produksi hormon ghrelin yang muncul karena kurang tidur juga bisa meningkatkan rasa cepat lapar atau craving,” ujarnya.
Maryam menjelaskan, craving biasanya terjadi saat waktu makan besar. Maka solusi tepatnya adalah makan sesuai dengan jadwal serta lakukan sesi snacking. Di antara tiga kali makan utama, Maryam menyarankan ada 2-3 kali snack yang menyelinginya. Camilan yang disarankan juga harus dengan kandungan serat dan protein tinggi agar lebih mengenyangkan.
“Masyarakat juga harus bijak memilih snack protein yang beredar di pasaran. Karena itu belum tentu ramah bagi diet, harus mencermati gulanya juga,” jelasnya.
Teknik Akupuntur
Akupuntur menjadi salah satu langkah medis yang dapat dilakukan untuk menangani obesitas tanpa bedah. Dokter Spesialis Akupuntur Medik dari Klinik Bamed, Srikandi Indira Putri menjelaskan, peran akupunktur dalam penanganan obesitas dapat meregulasi hormon metabolik sehingga memperbaiki metabolisme tubuh dan dapat menurunkan nafsu makan dengan perangsangan pusat kenyang di otak.
Akupunktur yang telah disesuaikan dengan ilmu kedokteran itu bertujuan merangsang titik-titik akupunktur dengan jarum. “Biasanya di tangan, telinga atau hidung bergantung dengan kebutuhan pasien,” jelas Srikandi.
Biasanya, pasien dengan kasus obesitas lebih banyak menggunakan metode akupunktur press needle. Metode ini efektif untuk merangsang titik pusat lapar dan kenyang sehingga pasien dapat mengontrol nafsu makan.
Mekanisme akupunktur ini bekerja dengan cara menimbulkan microtrauma, kemudian sinyalnya bisa diteruskan ke otak dan akan mengeluarkan zat yang menyeimbangkan otak manusia.
Selain press needle, akupunktur yang biasa digunakan untuk penanganan obesitas, yaitu elektroakupunktur, thread embedding acupuncture (TEA) atau yang biasa dikenal dengan akupunktur tanam benang. Elektroakupunktur biasanya dilakukan dua kali sepekan selama 12 kali.
Sementara TEA lebih banyak dipilih karena hanya membutuhkan penanganan satu kali saja. Namun, tata laksana serta modalitas akupunktur tersebut tetap akan ditentukan oleh dokter spesialis akupunktur medis sesuai dengan kondisi klinis pasien masing-masing.
Akupunktur juga memiliki manfaat menurunkan stres dan memperbaiki kualitas tidur yang berpengaruh dalam penanganan obesitas.
Dalam aktivitas fisik, akupunktur dapat membantu pemulihan selepas olahraga lebih baik dengan cara mengurangi pembentukan asam laktat akibat pegal setelah olahraga dan membuat denyut nadi lebih rendah.
Selain akupunktur, pasien obesitas bisa mendapat penanganan nonbedah lainnya yang dilakukan melalui body sculpting.
Metode ini tak perlu praktik bedah karena menggunakan prosedur seperti radiofrekuensi, mesoterapi, cryolipolisis dan HIFU. Metode ini sering digunakan karena tak membebankan biaya yang terlalu besar serta tidak menimbulkan luka pasca-operasi.
Baca juga: Penyebab Kasus Obesitas Meningkat 3 Kali Lipat Dalam 40 Tahun Terakhir, Jakarta Nomor 2
Sama seperti akupunktur, tatalaksana prosedur nonbedah pun tetap menbutuhkan pendampingan dari dokter spesialis gizi klinis. Sebab, setiap pasien memiliki kondisi kelainan tertentu dengan kebutuhan yang berbeda-beda.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.