Makin Populer, Simak Geliat Bisnis & Hobi Cosplay di Indonesia
29 September 2023 |
17:30 WIB
Tren kegiatan cosplay makin diminati generasi muda di Indonesia. Hal ini terlihat dari kian banyaknya gelaran festival kostum peran yang diselenggarakan. Sebut saja Indonesia Comic Con, Enchishiasi, Show Time, Clash: H dan masih banyak lagi. Peluang ini dimanfaatkan pekerja kreatif serta pegiat cosplay sebagai lahan bisnis dalam menyerok cuan.
Istilah cosplay merupakan singkatan dari costume play, yakni subkultur dari Jepang ketika orang berdandan seperti karakter-karakter yang terdapat di manga, animasi, atau video game. Di Indonesia, menurut beberapa penelitian, tren ini mulai populer pada dekade 2000-an dan terus mengalami pasang surut hingga sekarang.
Menurut laporan Credence Research, Inc, tren industri cosplay dalam lanskap global telah mengalami pertumbuhan signifikan hingga 15,20 persen beberapa tahun terakhir dengan nilai ekonomi mencapai US$34,5 miliar. Ceruk pasar cosplay diperkirakan bakal mencapai US$ 92,8 miliar pada 2030.
Baca juga: Peluang Bisnis Cosplay, Pendapatan Naru Capai Rp20 Jutaan Per Bulan
Candro Anggakara, cosplayer asal Bandung Jawa Barat mengatakan, tren menghidupkan karakter ini juga semakin berkembang. Terutama ke arah subkultur seperti cosplay gaya Amerika lewat karakter komik DC dan Marvel, serta cosplay China lewat karakter di dalam video game.
Sebagai pegiat cosplay yang mendalami permainan kostum berdasarkan gim, pria berusia 24 tahun itu mengungkap tokoh video gim memang sedang moncer dikalangan para cosplayer. Salah satunya karena gaya anime video gim yang stylish dan sedap dipandang mata.
Adapun, beberapa karakter yang kerap dijadikan inspirasi adalah tokoh fiksi dari permainan video gim Genshin Impact dan Arknights. Termasuk Raiden Shogun, Klee, Xiao, Zhongli, Diluc, dan Yelan dari Genshin Impact. Sedangkan untuk Arknights yakni karakter Doctor, Amiya dan W.
Menggeluti dunia cosplay sejak 2014, bisnis kostum peran menurutnya juga mengalami pasang surut. Oleh karena itu, sebagai pehobi sekaligus pebisnis, para cosplayer harus pandai melihat peluang pasar. Salah satunya dengan memantau gim-gim rilisan terbaru dengan basis fandom yang kuat.
"Selain itu juga harus rajin memantau grup jual beli kostum cosplay. Pasalnya dari sini kita bisa melihat tren pasar yang paling sering diinginkan sebagai bahan acuan pembuatan kostum," katanya.
Lelaki yang akrab disapa Cherno itu mengatakan untuk penyewaan kostum, dia biasa membanderol harga sekitar Rp50.000-Rp300.000 untuk penyewaan per tiga hari. Di tempat rentalnya, jumlah penyewa sering mengalami peningkatan saat ada event cosplay di Bandung.
Dengan asumsi harga sewa berkisar Rp200.000 per item, Andro mengungkap keuntungan omzet untuk deretan kostumnya bisa berkisar 30-80 persen pada saat akhir pekan. Meski baru hanya memiliki tiga model yang disewakan, dengan cara tersebut setidaknya dia dapat menutupi biaya pembuatan kostumnya.
Dia mencontohkan di Jepang cosplayer adalah simbol perlawanan pelajar terhadap aturan-aturan ketat di sekolah. Namun, pada gilirannya simbol-simbol tersebut akhirnya memiliki nilai jual, bukan saja pada material pakaian yang dipakai melainkan juga pada riasan yang ditampilkan.
Sebagai bentuk ekspresi, cosplay juga baik untuk membangun iklim berwiraswasta bagi kaum muda. Meski segmen dan nilai ideologisnya tidak begitu dipahami oleh anak-anak muda Indonesia, tapi justru dari sinilah ceruk pasar tersebut dapat diraih oleh pebisnis cosplay.
Dia pun memprediksi peluang bisnis cosplay masih cukup tinggi dan terus berkembang ke depannya. Salah satunya karena generasi muda di Indonesia yang umumnya mudah 'digoyang' serta memiliki kepedulian terhadap gaya. Terutama saat masih banyak orang yang menyukai budaya pop Jepang.
"Perlu diingat bahwa cosplay merupakan bagian dari budaya kaum muda yang memiliki ciri pokok adanya kepedulian terhadap gaya terutama dari segi fashion. Gaya tersebut itulah yang kemudian bermetamorfosis dari ideologi menjadi bisnis," katanya.
Baca juga: 5 Pilihan Karakter Anime Untuk Cosplayer Pemula, Kostumnya Anti Ribet!
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Istilah cosplay merupakan singkatan dari costume play, yakni subkultur dari Jepang ketika orang berdandan seperti karakter-karakter yang terdapat di manga, animasi, atau video game. Di Indonesia, menurut beberapa penelitian, tren ini mulai populer pada dekade 2000-an dan terus mengalami pasang surut hingga sekarang.
Menurut laporan Credence Research, Inc, tren industri cosplay dalam lanskap global telah mengalami pertumbuhan signifikan hingga 15,20 persen beberapa tahun terakhir dengan nilai ekonomi mencapai US$34,5 miliar. Ceruk pasar cosplay diperkirakan bakal mencapai US$ 92,8 miliar pada 2030.
Baca juga: Peluang Bisnis Cosplay, Pendapatan Naru Capai Rp20 Jutaan Per Bulan
Candro Anggakara, cosplayer asal Bandung Jawa Barat mengatakan, tren menghidupkan karakter ini juga semakin berkembang. Terutama ke arah subkultur seperti cosplay gaya Amerika lewat karakter komik DC dan Marvel, serta cosplay China lewat karakter di dalam video game.
Sebagai pegiat cosplay yang mendalami permainan kostum berdasarkan gim, pria berusia 24 tahun itu mengungkap tokoh video gim memang sedang moncer dikalangan para cosplayer. Salah satunya karena gaya anime video gim yang stylish dan sedap dipandang mata.
Adapun, beberapa karakter yang kerap dijadikan inspirasi adalah tokoh fiksi dari permainan video gim Genshin Impact dan Arknights. Termasuk Raiden Shogun, Klee, Xiao, Zhongli, Diluc, dan Yelan dari Genshin Impact. Sedangkan untuk Arknights yakni karakter Doctor, Amiya dan W.
Kegiatan cosplay (Sumber: Candro Anggakara)
"Selain itu juga harus rajin memantau grup jual beli kostum cosplay. Pasalnya dari sini kita bisa melihat tren pasar yang paling sering diinginkan sebagai bahan acuan pembuatan kostum," katanya.
Lelaki yang akrab disapa Cherno itu mengatakan untuk penyewaan kostum, dia biasa membanderol harga sekitar Rp50.000-Rp300.000 untuk penyewaan per tiga hari. Di tempat rentalnya, jumlah penyewa sering mengalami peningkatan saat ada event cosplay di Bandung.
Dengan asumsi harga sewa berkisar Rp200.000 per item, Andro mengungkap keuntungan omzet untuk deretan kostumnya bisa berkisar 30-80 persen pada saat akhir pekan. Meski baru hanya memiliki tiga model yang disewakan, dengan cara tersebut setidaknya dia dapat menutupi biaya pembuatan kostumnya.
Komodifikasi Budaya
Sosiolog Universitas Padjadjaran (Unpad) Yusar Muljadji mengatakan, cosplayer merupakan fenomena komodifikasi budaya. Sebuah transformasi perubahan nilai guna menjadi nilai tukar, lewat proses industri yang lahir dengan adanya derap laju informasi dan teknologi.Dia mencontohkan di Jepang cosplayer adalah simbol perlawanan pelajar terhadap aturan-aturan ketat di sekolah. Namun, pada gilirannya simbol-simbol tersebut akhirnya memiliki nilai jual, bukan saja pada material pakaian yang dipakai melainkan juga pada riasan yang ditampilkan.
Sebagai bentuk ekspresi, cosplay juga baik untuk membangun iklim berwiraswasta bagi kaum muda. Meski segmen dan nilai ideologisnya tidak begitu dipahami oleh anak-anak muda Indonesia, tapi justru dari sinilah ceruk pasar tersebut dapat diraih oleh pebisnis cosplay.
Dia pun memprediksi peluang bisnis cosplay masih cukup tinggi dan terus berkembang ke depannya. Salah satunya karena generasi muda di Indonesia yang umumnya mudah 'digoyang' serta memiliki kepedulian terhadap gaya. Terutama saat masih banyak orang yang menyukai budaya pop Jepang.
"Perlu diingat bahwa cosplay merupakan bagian dari budaya kaum muda yang memiliki ciri pokok adanya kepedulian terhadap gaya terutama dari segi fashion. Gaya tersebut itulah yang kemudian bermetamorfosis dari ideologi menjadi bisnis," katanya.
Baca juga: 5 Pilihan Karakter Anime Untuk Cosplayer Pemula, Kostumnya Anti Ribet!
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.