Ingin Mulai Bisnis Barbershop? Pertimbangkan Dulu Hal Ini
26 September 2023 |
10:00 WIB
Penampilan menjadi sesuatu yang penting, bukan hanya bagi para wanita tetapi juga pria. Salah satu bagian penting yang mendukung penampilan seorang pria adalah rambut. Untuk menjadikan rambutnya terlihat lebih rapi, para pria memang tidak rutin melakukan perawatan rambut seperti wanita tetapi mereka rutin mencukur rambut.
Tak heran bila barbershop yang menjadi salon khusus laki-laki kian menjamur di setiap sudut kota, terutama dalam beberapa tahun terakhir ini. Sebelum barbershop banyak bermunculan, para pria dulunya hanya memotong rambut di tukang cukur biasa.
Baca juga: Bisnis Barbershop Makin Menggiurkan, Intip 3 Rekomendasi Franchise Barbershop Modal Minim
Namun, hadirnya barbershop ini memberikan pelayanan lebih bagi konsumen sebab mereka bukan hanya sekadar cukur rambut saja tetapi bisa berkonsultasi dengan barberman mengenai tren gaya potongan rambut kekinian yang sesuai dengan bentuk wajahnya. Rambut yang sudah dicukur pun dibuat lebih rapi dengan diberi pomade dan hair tonic.
Selain itu, cukur rambut di barbershop juga lebih nyaman karena tempatnya didesain lebih kekinian dengan kursi yang empuk dan ruangan yang berpendingin sehingga terkesan premium. Kini barbershop memiliki prospek yang menggiurkan hingga banyak anak muda yang ingin terjun dalam bisnis ini.
Untuk memulai bisnis barbershop pun ada berbagai cara, baik dengan mengembangkan brand sendiri maupun dengan memanfaatkan peluang bisnis franchise atau waralaba dari brand barbershop yang sudah berkembang dan terbukti menguntungkan.
Yosef Adji Baskoro, Founder Sekolah Pebisnis yang juga seorang praktisi salon dan barbershop mengatakan, sebelum memulai bisnis barbershop maka hal pertama yang harus diperhatikan adalah siapa pangsa pasar yang ingin dituju.
Sebab, barbershop memiliki beberapa kelas mulai dari yang outlet sederhana hingga yang premium dan berlokasi di mall atau tempat strategis. Masing-masing jenis barbershop tersebut menyasar pangsa pasar yang berbeda.
“Dengan mengetahui pangsa pasar mana yang dituju maka kita bisa menentukan bujet yang akan dikeluarkan. Sebab, terdapat perbedaan bujet atau modal awal dari setiap segmen yang berbeda,” tuturnya.
Misalnya saja, jika seseorang ingin memulai bisnis barbershop kelas premium yang menyasar kelompok kelas atas, maka modal yang dibutuhkan minimal sekitar Rp600 juta, dimana sekitar 50 persen diantaranya dialokasikan untuk sewa tempat, 30 persen untuk dekorasi dan interior, serta 20 persen sisanya untuk peralatan dan perlengkapan, training karyawan, karyawan, dan lain biaya operasional lainnya.
Yosef mengatakan bahwa barbershop merupakan bisnis jasa sehingga modal terbesar bukan untuk operasional melainkan lokasi sebab bagaimanapun lokasi sangat mempengaruhi perkembangan sebuah bisnis.
“Kalau memilih kelas premium, pasti lokasinya juga di jalan-jalan arteri atau di mall-mall besar sehingga biaya terbesar untuk sewa tempat serta dekorasi dan interior,” tuturnya.
Sementara itu, jika segmen yang dituju adalah kelompok kelas menengah maka bisa memilih lokasi yang sesuai atau di ruko, setidaknya modal yang dibutuhkan sekitar 100 hingga 200 jutaan.
Adapun untuk segmen yang lebih ekonomis, bisa menyewa kios kecil di pinggir jalan dengan modal sekitar Rp40 juta hingga Rp80 juta. Dengan alokasi biaya sewa 50 persen dari modal, 30 persen untuk renovasi dan dekorasi, serta 20 persen sisanya untuk peralatan dan perlengkapan, training, dan karyawan.
“Namun, sebetulnya pelaku bisnis juga bisa menyasar lebih dari satu segmen, misalnya menyasar segmen B yang cukup premium maka pemilik usaha bisa memasukkan treatment yang premium untuk bisa masuk ke segmen A sebagai bentuk pengembangan bisnis,” ujarnya.
Setelah menentukan target pasar maka lakukan perhitungan usaha. Misalnya ingin bisnis tersebut bisa balik modal dalam kurun waktu dua tahun maka dari situ tentukan berapa harga yang cocok dan berapa target customer setiap bulannya sehingga target balik modal selama dua tahun bisa tercapai.
Jika tidak ingin membangun brand sendiri dari awal, maka pelaku usaha bisa mempertimbangkan untuk mengambil penawaran franchise atau kemitraan dari brand barbershop yang sudah lebih dulu berkembang.
Namun, Yosef menyarankan sebelum mengambil franchise, maka seseorang perlu mempertimbangkan tiga kriteria. Pertama, brand tersebut sudah cukup populer dan dikenal terutama oleh pangsa pasar yang ada di lokasi tempat kita akan membuka usaha.
Kedua, brand tersebut memiliki sistem yang mumpuni dan telah teruji, SOP yang baik, serta siap memberikan dukungan kepada para mitra atau franchisee. Ketiga, pertimbangkan profit yang didapatkan, jangan sampai dana franchise fee atau royalti yang dibayarkan terlalu besar karena justru akan memperlambat perkembangan bisnis.
“JIka sudah yakin bahwa brand franchisenya kuat, sistemnya bagus dan franchise fee yang sesuai, maka bisa pertimbangkan ambil sistem franchise apalagi jika belum berpengalaman sama sekali dan memiliki kesibukan di tempat lain,” jelasnya.
Apalagi saat ini sudah ada berbagai penawaran franchise dari sejumlah brand barbershop, seperti Arfa Barbershop, Moxie Barbershop, Lanang Barbershop, hingga Captain Barbershop.
Arfa Barbershop berdiri sejak 2007 di Yogyakarta dan telah berkembang menjadi franchise dengan 60 gerai yang tersebar di Yogyakarta, Solo, Semarang dan Cilacap. Untuk bermitra, kalian perlu menyediakan dana sebesar Rp50 juta yang sudah mencakup 3 orang barber, empat kursi barber dengan standar internasional, branding, dan tiga set peralatan profesional.
Sementara itu, Moxie Barbershop adalah salah satu jaringan barbershop yang didirikan pada 2011 di Jatinangor, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Barbershop ini telah mengoperasikan 17 cabang yang tersebar di daerah Bandung, Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, bahkan hingga Lampung.
Jika Genhype berminat bermitra, kalian akan diberikan dua opsi paket franchise di Jatinangor. Paket silver dimulai dengan harga Rp18 juta, sementara untuk paket Gold, modalnya sekitar Rp35 juta.
Adapun, kalian juga bisa bermitra dengan Captain Barbershop yang didirikan oleh Yogi Ang sejak 2015.
Sebagai salon khusus laki-laki, Captain Barbershop juga memiliki dekorasi yang menarik dengan ambience musik yang membuat para pelanggan lebih rileks, sehingga mereka bisa mendapatkan pengalaman mencukur rambut yang lebih menyenangkan.
“Kami memiliki harga yang worth it. Dengan Rp70.000, pelanggan sudah dicukur rambutnya, dikeramas, dipijat, handuk hangat, air minum dan juga di-styling dengan pomade sedangkan untuk treatment premier Rp100.000. Kami sangat mementingkan customer experience,” ungkap Yogi.
Setelah berdiri sejak 7 tahun lalu, hingga kini Captain Barbershop terus bertumbuh dan telah memiliki 88 cabang. Pihaknya pun menargetkan bisa mencapai 100 cabang dan menjadi brand nasional dan menjadi nomor 1 di Indonesia.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Tak heran bila barbershop yang menjadi salon khusus laki-laki kian menjamur di setiap sudut kota, terutama dalam beberapa tahun terakhir ini. Sebelum barbershop banyak bermunculan, para pria dulunya hanya memotong rambut di tukang cukur biasa.
Baca juga: Bisnis Barbershop Makin Menggiurkan, Intip 3 Rekomendasi Franchise Barbershop Modal Minim
Namun, hadirnya barbershop ini memberikan pelayanan lebih bagi konsumen sebab mereka bukan hanya sekadar cukur rambut saja tetapi bisa berkonsultasi dengan barberman mengenai tren gaya potongan rambut kekinian yang sesuai dengan bentuk wajahnya. Rambut yang sudah dicukur pun dibuat lebih rapi dengan diberi pomade dan hair tonic.
Selain itu, cukur rambut di barbershop juga lebih nyaman karena tempatnya didesain lebih kekinian dengan kursi yang empuk dan ruangan yang berpendingin sehingga terkesan premium. Kini barbershop memiliki prospek yang menggiurkan hingga banyak anak muda yang ingin terjun dalam bisnis ini.
Untuk memulai bisnis barbershop pun ada berbagai cara, baik dengan mengembangkan brand sendiri maupun dengan memanfaatkan peluang bisnis franchise atau waralaba dari brand barbershop yang sudah berkembang dan terbukti menguntungkan.
Yosef Adji Baskoro, Founder Sekolah Pebisnis yang juga seorang praktisi salon dan barbershop mengatakan, sebelum memulai bisnis barbershop maka hal pertama yang harus diperhatikan adalah siapa pangsa pasar yang ingin dituju.
Sebab, barbershop memiliki beberapa kelas mulai dari yang outlet sederhana hingga yang premium dan berlokasi di mall atau tempat strategis. Masing-masing jenis barbershop tersebut menyasar pangsa pasar yang berbeda.
“Dengan mengetahui pangsa pasar mana yang dituju maka kita bisa menentukan bujet yang akan dikeluarkan. Sebab, terdapat perbedaan bujet atau modal awal dari setiap segmen yang berbeda,” tuturnya.
Misalnya saja, jika seseorang ingin memulai bisnis barbershop kelas premium yang menyasar kelompok kelas atas, maka modal yang dibutuhkan minimal sekitar Rp600 juta, dimana sekitar 50 persen diantaranya dialokasikan untuk sewa tempat, 30 persen untuk dekorasi dan interior, serta 20 persen sisanya untuk peralatan dan perlengkapan, training karyawan, karyawan, dan lain biaya operasional lainnya.
Yosef mengatakan bahwa barbershop merupakan bisnis jasa sehingga modal terbesar bukan untuk operasional melainkan lokasi sebab bagaimanapun lokasi sangat mempengaruhi perkembangan sebuah bisnis.
“Kalau memilih kelas premium, pasti lokasinya juga di jalan-jalan arteri atau di mall-mall besar sehingga biaya terbesar untuk sewa tempat serta dekorasi dan interior,” tuturnya.
Sementara itu, jika segmen yang dituju adalah kelompok kelas menengah maka bisa memilih lokasi yang sesuai atau di ruko, setidaknya modal yang dibutuhkan sekitar 100 hingga 200 jutaan.
Adapun untuk segmen yang lebih ekonomis, bisa menyewa kios kecil di pinggir jalan dengan modal sekitar Rp40 juta hingga Rp80 juta. Dengan alokasi biaya sewa 50 persen dari modal, 30 persen untuk renovasi dan dekorasi, serta 20 persen sisanya untuk peralatan dan perlengkapan, training, dan karyawan.
“Namun, sebetulnya pelaku bisnis juga bisa menyasar lebih dari satu segmen, misalnya menyasar segmen B yang cukup premium maka pemilik usaha bisa memasukkan treatment yang premium untuk bisa masuk ke segmen A sebagai bentuk pengembangan bisnis,” ujarnya.
Ilustrasi barbershop (sumber gambar: Unsplash/Frantisek Canik)
Jika tidak ingin membangun brand sendiri dari awal, maka pelaku usaha bisa mempertimbangkan untuk mengambil penawaran franchise atau kemitraan dari brand barbershop yang sudah lebih dulu berkembang.
Namun, Yosef menyarankan sebelum mengambil franchise, maka seseorang perlu mempertimbangkan tiga kriteria. Pertama, brand tersebut sudah cukup populer dan dikenal terutama oleh pangsa pasar yang ada di lokasi tempat kita akan membuka usaha.
Kedua, brand tersebut memiliki sistem yang mumpuni dan telah teruji, SOP yang baik, serta siap memberikan dukungan kepada para mitra atau franchisee. Ketiga, pertimbangkan profit yang didapatkan, jangan sampai dana franchise fee atau royalti yang dibayarkan terlalu besar karena justru akan memperlambat perkembangan bisnis.
“JIka sudah yakin bahwa brand franchisenya kuat, sistemnya bagus dan franchise fee yang sesuai, maka bisa pertimbangkan ambil sistem franchise apalagi jika belum berpengalaman sama sekali dan memiliki kesibukan di tempat lain,” jelasnya.
Apalagi saat ini sudah ada berbagai penawaran franchise dari sejumlah brand barbershop, seperti Arfa Barbershop, Moxie Barbershop, Lanang Barbershop, hingga Captain Barbershop.
Arfa Barbershop berdiri sejak 2007 di Yogyakarta dan telah berkembang menjadi franchise dengan 60 gerai yang tersebar di Yogyakarta, Solo, Semarang dan Cilacap. Untuk bermitra, kalian perlu menyediakan dana sebesar Rp50 juta yang sudah mencakup 3 orang barber, empat kursi barber dengan standar internasional, branding, dan tiga set peralatan profesional.
Sementara itu, Moxie Barbershop adalah salah satu jaringan barbershop yang didirikan pada 2011 di Jatinangor, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Barbershop ini telah mengoperasikan 17 cabang yang tersebar di daerah Bandung, Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, bahkan hingga Lampung.
Jika Genhype berminat bermitra, kalian akan diberikan dua opsi paket franchise di Jatinangor. Paket silver dimulai dengan harga Rp18 juta, sementara untuk paket Gold, modalnya sekitar Rp35 juta.
Adapun, kalian juga bisa bermitra dengan Captain Barbershop yang didirikan oleh Yogi Ang sejak 2015.
Sebagai salon khusus laki-laki, Captain Barbershop juga memiliki dekorasi yang menarik dengan ambience musik yang membuat para pelanggan lebih rileks, sehingga mereka bisa mendapatkan pengalaman mencukur rambut yang lebih menyenangkan.
“Kami memiliki harga yang worth it. Dengan Rp70.000, pelanggan sudah dicukur rambutnya, dikeramas, dipijat, handuk hangat, air minum dan juga di-styling dengan pomade sedangkan untuk treatment premier Rp100.000. Kami sangat mementingkan customer experience,” ungkap Yogi.
Setelah berdiri sejak 7 tahun lalu, hingga kini Captain Barbershop terus bertumbuh dan telah memiliki 88 cabang. Pihaknya pun menargetkan bisa mencapai 100 cabang dan menjadi brand nasional dan menjadi nomor 1 di Indonesia.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.