Mungkinkah Jakarta Bisa Jadi Kota Ramah Pejalan Kaki, Begini Kata Arsitek
20 September 2023 |
13:47 WIB
1
Like
Like
Like
Jakarta pernah mendapat predikat sebagai kota yang warganya paling mager alias malas gerak untuk jalan kaki di dunia. Studi yang dilakukan Stanford University pada 2017 itu mengungkap rata-rata orang Jakarta jalan kaki hanya 3.000-an langkah.
Trotoar di sejumlah wilayah DKI Jakarta yang belum ramah bagi pejalan kaki dinilai jadi salah satu penyebabnya. Sejumlah jalur pedestrian masih sempit, rusak, bahkan ruangnya dipakai untuk memarkir kendaraan.
Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jakarta Doti Windajani mengatakan bahwa jalur pedestrian atau trotoar di jalan memang harus dibikin senyaman mungkin. Pembangunan sebuah kota, termasuk pedestriannya, harus berbasis people oriented sehingga hasilnya bisa membuat penggunanya merasa aman.
Baca juga: Bikin Malas Jalan Kaki, Ini Penyebab Ruang Publik di Indonesia Belum Manusiawi
Selain ukurannya yang mesti diperlebar, jalur pedestrian sebaiknya dibangun dengan atap di atasnya. Hal ini agar pejalan kaki bisa lebih nyaman ketika berjalan karena tidak terganggu oleh perubahan cuaca, seperti terik siang hari atau hujan.
“Iya, karena kota ini kan punya banyak isu ya, dari panas, polusi, dan sebagainya. Kita harus memikirkan itu juga untuk para pejalan kaki,” ungkap Doti kepada Hypeabis.id.
Di sisi lain, area pedestrian juga sebaiknya menjadi tempat yang rimbun. Ada pohon atau tanaman tertentu yang bisa membuat suasana jadi lebih sejuk. Dengan demikian, area pedestrian akan lebih hidup dan tak tampak gersang.
Terlebih, bagi Doti, Jakarta setelah status ibu kotanya dialihkan akan bersiap menjadi global city. Oleh karena itu, konsep liveable city dan sustainable city perlu digalakkan, salah satunya dengan menciptakan trotoar yang ramah.
Sementara itu, arsitek Cosmas D Gozali juga mengatakan hal senada. Pedestrian yang ramah adalah salah satu hal penting yang mesti pembangunannya dimasifkan. Sebab, pengaruhnya akan ke banyak sektor.
Bagi Cosmas, saat ini jalur pedestrian di Jakarta masih kurang dari kata cukup. Hal inilah yang membuat sebagian orang masih malas berjalan kaki. “Di kota ini dikit-dikit pakai kendaraan,” terangnya.
Salah satu masalah yang perlu diselesaikan ialah kenyamanan jalur pedestrian. Dirinya mencontohkan area pedestrian di Jalan Sudirman yang baginya sudah cukup ideal. Arenya bersih dan lahannya luas.
Di kawasan tersebut, orang pun bisa dengan nyaman berjalan kaki. Apalagi, area tersebut juga terhubung dengan berbagai pilihan transportasi umum.
“Efeknya, nanti orang-orang juga akan lebih senang menggunakan transportasi umum. Jadi, pengaruhnya akan ke banyak sektor. Ujung-ujungnya, polusi juga akan berkurang,” ungkapnya.
Saat ini, perubahan dan perbaikan jalur pedestrian di Jakarta terus digalakkan. Mengutip situs resmi Bappeda Provinsi DKI Jakarta, hingga 2022, jalur pedestrian di Jakarta telah terbangun seluas 1.258.594 meter persegi, lengkap dengan fasilitas pendukung.
Mereka menargetkan pada 2026 pembangunan jalur pedestrian di Jakarta bisa mencapai luas 1.808.594 meter persegi. Pemenuhan target tersebut diharapkan dapat menciptakan perubahan Jakarta dari car-oriented menjadi pedestrian-oriented city.
Baca juga: Simak 3 Alasan Kenapa Genhype Harus Jalan Kaki untuk Olahraga
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Trotoar di sejumlah wilayah DKI Jakarta yang belum ramah bagi pejalan kaki dinilai jadi salah satu penyebabnya. Sejumlah jalur pedestrian masih sempit, rusak, bahkan ruangnya dipakai untuk memarkir kendaraan.
Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jakarta Doti Windajani mengatakan bahwa jalur pedestrian atau trotoar di jalan memang harus dibikin senyaman mungkin. Pembangunan sebuah kota, termasuk pedestriannya, harus berbasis people oriented sehingga hasilnya bisa membuat penggunanya merasa aman.
Baca juga: Bikin Malas Jalan Kaki, Ini Penyebab Ruang Publik di Indonesia Belum Manusiawi
Selain ukurannya yang mesti diperlebar, jalur pedestrian sebaiknya dibangun dengan atap di atasnya. Hal ini agar pejalan kaki bisa lebih nyaman ketika berjalan karena tidak terganggu oleh perubahan cuaca, seperti terik siang hari atau hujan.
“Iya, karena kota ini kan punya banyak isu ya, dari panas, polusi, dan sebagainya. Kita harus memikirkan itu juga untuk para pejalan kaki,” ungkap Doti kepada Hypeabis.id.
Di sisi lain, area pedestrian juga sebaiknya menjadi tempat yang rimbun. Ada pohon atau tanaman tertentu yang bisa membuat suasana jadi lebih sejuk. Dengan demikian, area pedestrian akan lebih hidup dan tak tampak gersang.
Terlebih, bagi Doti, Jakarta setelah status ibu kotanya dialihkan akan bersiap menjadi global city. Oleh karena itu, konsep liveable city dan sustainable city perlu digalakkan, salah satunya dengan menciptakan trotoar yang ramah.
Warga menunggu bus Transjakarta di salah satu halte di kawasan Senayan, Jakarta, Senin (7/11). (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha)
Sementara itu, arsitek Cosmas D Gozali juga mengatakan hal senada. Pedestrian yang ramah adalah salah satu hal penting yang mesti pembangunannya dimasifkan. Sebab, pengaruhnya akan ke banyak sektor.
Bagi Cosmas, saat ini jalur pedestrian di Jakarta masih kurang dari kata cukup. Hal inilah yang membuat sebagian orang masih malas berjalan kaki. “Di kota ini dikit-dikit pakai kendaraan,” terangnya.
Salah satu masalah yang perlu diselesaikan ialah kenyamanan jalur pedestrian. Dirinya mencontohkan area pedestrian di Jalan Sudirman yang baginya sudah cukup ideal. Arenya bersih dan lahannya luas.
Di kawasan tersebut, orang pun bisa dengan nyaman berjalan kaki. Apalagi, area tersebut juga terhubung dengan berbagai pilihan transportasi umum.
“Efeknya, nanti orang-orang juga akan lebih senang menggunakan transportasi umum. Jadi, pengaruhnya akan ke banyak sektor. Ujung-ujungnya, polusi juga akan berkurang,” ungkapnya.
Saat ini, perubahan dan perbaikan jalur pedestrian di Jakarta terus digalakkan. Mengutip situs resmi Bappeda Provinsi DKI Jakarta, hingga 2022, jalur pedestrian di Jakarta telah terbangun seluas 1.258.594 meter persegi, lengkap dengan fasilitas pendukung.
Mereka menargetkan pada 2026 pembangunan jalur pedestrian di Jakarta bisa mencapai luas 1.808.594 meter persegi. Pemenuhan target tersebut diharapkan dapat menciptakan perubahan Jakarta dari car-oriented menjadi pedestrian-oriented city.
Baca juga: Simak 3 Alasan Kenapa Genhype Harus Jalan Kaki untuk Olahraga
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.