Membawa Kejayaan Fesyen Retro nan Nyentrik & Penuh Warna
14 September 2023 |
14:00 WIB
Tren fesyen era 1980-an dan 1990-an memang tak ada matinya. Apalagi tren fesyen akan selalu berputar. Nah, untuk membawa kembali kejayaan busana retro penuh warna, dua desainer dari Esmod Jakarta yakni Rahma Safira dan Dinda Adya menghadirkan koleksi busana yang kental dengan gaya nyentrik.
Keduanya, menampilkan koleksi terbaiknya dengan mengangkat konsep Living in Color sebagai tema utama dalam perhelatan Jakarta Fashion and Food Festival (JF3) 2023 beberapa waktu lalu.
Baca juga: Perjalanan Didiet Maulana dari Garasi Rumah Hingga Melenggang di New York Fashion Week
Rahma Safira, desainer dari Stay Young Studio ini mengambil tema Retro Nostalgic, seolah ingin membangkitkan kembali kejayaan fesyen di era 90an yang banyak bermain dengan elemen warna. Rahma memang sengaja membawa warna-warna bold dan warna-warna cerah untuk mengembalikan semangat dan perasaaan nostalgia bagi mereka yang ingin mengekspresikan dirinya melalui fesyen.
“Pada dasarnya koleksi ini tentang warna dan nostalgia, saya ingin mengangkat tentang fesyen, persepsi usaha, dan ekspresi diri. Bahwa setiap orang dari kalangan umur dan gender apapun dapat mengekspresikan dirinya melalui fesyen,” jelasnya.
Terdapat dua looks yang ditampilkan dalam koleksinya kali ini dengan menggunakan bahan-bahan dan siluet yang terpengaruh dari tren fesyen ala retro seperti denim, tartan, jumputan, bold shoulder, dan juga blazer.
Untuk menambah kesan retro, dia memanfaatkan kain printing yang kemudian dipotong lalu diaplikasikan ke pakaian sehingga memberikan detail yang menambah kesan unik di dalam setiap koleksi yang dia bawa. “Printing kain yang saya pakai menggunakan ilustrasi dari saya sendiri,” jelasnya.
Menurut Rahma, salah satu kesulitannya dalam menampilkan koleksi ini adalah mengatur waktu, karena ini merupakan kali pertamanya membuat koleksi yang seluruh prosesnya dia tangani sendiri mulai dari konsep ide, pola, jahit, photoshoot hingga tampil di dalam fesyen show.
Saat ini seluruh koleksi yang dia hadirkan tersebut tidak untuk diperjualbelikan tetapi hanya untuk dipamerkan pada beberapa show seperti ESMOD Jakarta Creative Show, JF3 dan peminjaman untuk keperluan hiburan lainnya.
Selain Rahma, desainer lainnya yang juga menampilkan keunikan fesyen retro adalah Dinda Adya dari Awnaveen yang mengangkat tren fesyen 1980-an dengan menggabungkan antara lanskap surreal dan digital imaginary.
Dinda sendiri mengaku mendapatkan inspirasi dari estetika era 1980-an dengan warna yang kontras dan memberikan kesan kebebasan dalam mengekspresikan diri. “Dalam koleksi ini saya memperkenalkan gambar yang memberikan dimensi dan makna,” tuturnya.
Hal tersebut tertuang dalam tema yang diangkatnya yakni "The development of menswear collection as a media to encourages men to express the hidden emosion”. Tema tersebut diangkat karena dia ingin memberikan keberanian pada laki-laki untuk lebih percaya diri menunjukkan emosi dan perasaannya melalui fesyen tanpa harus terikat dengan tradisional masculinity dan toxic masculinity.
Dalam hal ini, penggunaan warna, print, dan style yang unik dijadikan sebagai media untuk mengekspresikan diri sekaligus merangkul keunikan emosi masing-masing Dinda menggunakan bahan seperti denim, corduroy, viscose, dan baby canvas dalam koleksinya sehingga bisa dikenakan saat cuaca panas karena bahan-bahan yang nyaman.
Adapun proses pengerjaannya menggunakan digital print dengan teknik lettering, mosaic, dan one-line art. Penggambaran pada digital print mengartikan pengekspresian emosi dan perasaan yang dipendam karena norma masyarakat yang terikat dengan traditional masculinity.
Selain itu, teknik yang digunakan juga beragam seperti raw finishing dan gather detail yang mengartikan “the beauty of imperfection” yang menemukan keindahan dalam hal yang tidak sempurna dan bisa menerima dan menyayangi diri kita sendiri.
Dalam mengembangkan koleksinya kali ini, Dinda juga sangat memperhatikan pemilihan warna sebab baginya setiap warna memiliki maknanya tersebut. Misalnya, warna pink melambangkan sisi manis dan kehangatan, warna biru menggambarkan kesedihan, warna kuning menggambarkan sisi ceria tapi juga bisa diartikan sebagai kenangan buruk, sedangkan warna hitam menggambarkan rasa takut, dan kemarahan.
Dari koleksi ini Dinda membuat 5 final looks di mana 2 di antaranya berkesempatan untuk mengikuti JF3 ini. Koleksi ini juga menghadirkan tren fesyen yang dipadukan dengan warna dan digital print.
Seperti halnya Rahma, Dinda juga tidak memperjualbelikan koleksinya kali ini sebab hanya diperuntukkan bagi kebutuhan fashion show seperti JF3. Sebab, dengan dipamerkan koleksi ini dia berharap bisa menyampaikan pesan yang ingin disampaikan.
Baca juga: Mengenal Cottagecore Fashion, Gaya Busana ala Pedesaan yang Modis dan Estetis
Editor: Indyah Sutriningrum
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.