Kenali Gejala Utama Aneurisma Otak, Sakit Kepala Sering Dirasakan
13 September 2023 |
19:35 WIB
Dunia menyambut bulan kesadaran aneurisma otak setiap September tiba. Pada bulan ini, peringatan pentingnya menyadari tanda bahaya aneurisma otak digalakkan kepada masyarakat. Sebab, hampir 90 persen penyakit aneurisma otak ini tak bergejala.
Sehingga, dibutuhkan kesadaran ekstra untuk mengenali tandanya. Dokter Spesialis Bedah Saraf Mardjono Tjahjadi mengatakan, penyakit ini kerap disalahpami oleh masyarakat sebagai penyakit yang mendera usia tua saja.
Baca juga: Penyakit Terkait Saraf dan Otak Sering Dialami Kaum Millenial dan Gen Z, Ternyata Ini Pemicunya
Faktanya, Mardjono menjelaskan banyak pasien aneurisma otak datang dari berbagai kalangan usia, misalnya di usia produktif dari 35-60 tahun, bahkan lebih muda lagi dari angka tersebut. Pasien dari usia produktif mendominasi angka aneurisma di Indonesia.
Sementara orang yang berada pada usia produktif sebagian besar masih menjadi tulang punggung keluarga. “Dan 90 persen pasien yang datang ke saya keadaa aneurismanya sudah pecah,” jelasnya.
Padahal, penanganan yang cepat dan tepat bisa membantu pemecahan tonjolan di dindung pembuluh darah tersebut. Tak ada gejala spesifik yang mendera pasian aneurisma otak. Beberapa pasien melaporkan gejala sakit kepala yang hebat di area belakang dalam waktu yang konstan.
“Beberapa merasa sakit kepala seerti dipukul kencang dari belakang. Rasanya juga bisa seperti migrain yang terjadi tiap hari,” katanya.
Mungkin pasien akan merasakan tubuh yang tidak seimbang pada waktu singkat. Namun yang paling membahayakan adalah jika rasa sakit kepala tersebut langsung diringi dengan tidak sadar diri atau pingsan. Mardojono mengatakan, tingkat kematian pada gejala lanjutan ini bisa mencapai 50 persen.
Sakit kepala adalah gejala umum yang cukup membingungkan. Sebab, beberapa pasien mungkin merasakan sakit kepala yang berbeda-beda. Mardjono menyebutkan, 1 dari 100 orang datang ke fasilitas kesehatan dengan keluhan sakit kepala.
Dari angka besar tersebut, 3 dari 4 gejala sakit kepala pada pasien aneurisma tidak terdiagnosa. Maka tenaga medis berperan besar dalam menemukan gejala umum di antara penyakit berbahaya dan melakukan penanganan sesegera mungkin.
Selain sakit kepala, beberapa gejala lain yang harus diwaspadai adalah mual dan muntah, sensitif terhadap cahaya, pengelihatan yang kabur, mati rasa, dan sakit di area belakang mata. Untuk mencegah terjadinya aneurisma, Mardjono menyarankan masyarakat untuk melakukan deteksi dini penyakit aneurisma. Mereka yang berada pada faktor risiko tertentu sebaiknya menpersipakan diri untuk melakukan skrining aneurisma.
Beberapa faktor risiko tersebut antara lain merokok, hipertensi, usia di atas 40 tahun, pernah mengalami trauma cedera kepala, dan memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ini. Mardjono juga mendorong wanita lebih sadar untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.
Data distribusi usia dari Brain Aneurysm Foundation menyebutkan jika wanita lebih cenderung berisiko mengalami aneurisma dibandingkan dengan pria. “Wanita mulai usia 40 tahun bisa skrining aneurisma, karena rata-rata pasien mengalami pecah aneurisma di usia 40-50 tahun,” jelasnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Sehingga, dibutuhkan kesadaran ekstra untuk mengenali tandanya. Dokter Spesialis Bedah Saraf Mardjono Tjahjadi mengatakan, penyakit ini kerap disalahpami oleh masyarakat sebagai penyakit yang mendera usia tua saja.
Baca juga: Penyakit Terkait Saraf dan Otak Sering Dialami Kaum Millenial dan Gen Z, Ternyata Ini Pemicunya
Faktanya, Mardjono menjelaskan banyak pasien aneurisma otak datang dari berbagai kalangan usia, misalnya di usia produktif dari 35-60 tahun, bahkan lebih muda lagi dari angka tersebut. Pasien dari usia produktif mendominasi angka aneurisma di Indonesia.
Sementara orang yang berada pada usia produktif sebagian besar masih menjadi tulang punggung keluarga. “Dan 90 persen pasien yang datang ke saya keadaa aneurismanya sudah pecah,” jelasnya.
Padahal, penanganan yang cepat dan tepat bisa membantu pemecahan tonjolan di dindung pembuluh darah tersebut. Tak ada gejala spesifik yang mendera pasian aneurisma otak. Beberapa pasien melaporkan gejala sakit kepala yang hebat di area belakang dalam waktu yang konstan.
“Beberapa merasa sakit kepala seerti dipukul kencang dari belakang. Rasanya juga bisa seperti migrain yang terjadi tiap hari,” katanya.
Mungkin pasien akan merasakan tubuh yang tidak seimbang pada waktu singkat. Namun yang paling membahayakan adalah jika rasa sakit kepala tersebut langsung diringi dengan tidak sadar diri atau pingsan. Mardojono mengatakan, tingkat kematian pada gejala lanjutan ini bisa mencapai 50 persen.
Sakit kepala adalah gejala umum yang cukup membingungkan. Sebab, beberapa pasien mungkin merasakan sakit kepala yang berbeda-beda. Mardjono menyebutkan, 1 dari 100 orang datang ke fasilitas kesehatan dengan keluhan sakit kepala.
Dari angka besar tersebut, 3 dari 4 gejala sakit kepala pada pasien aneurisma tidak terdiagnosa. Maka tenaga medis berperan besar dalam menemukan gejala umum di antara penyakit berbahaya dan melakukan penanganan sesegera mungkin.
Selain sakit kepala, beberapa gejala lain yang harus diwaspadai adalah mual dan muntah, sensitif terhadap cahaya, pengelihatan yang kabur, mati rasa, dan sakit di area belakang mata. Untuk mencegah terjadinya aneurisma, Mardjono menyarankan masyarakat untuk melakukan deteksi dini penyakit aneurisma. Mereka yang berada pada faktor risiko tertentu sebaiknya menpersipakan diri untuk melakukan skrining aneurisma.
Beberapa faktor risiko tersebut antara lain merokok, hipertensi, usia di atas 40 tahun, pernah mengalami trauma cedera kepala, dan memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ini. Mardjono juga mendorong wanita lebih sadar untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.
Data distribusi usia dari Brain Aneurysm Foundation menyebutkan jika wanita lebih cenderung berisiko mengalami aneurisma dibandingkan dengan pria. “Wanita mulai usia 40 tahun bisa skrining aneurisma, karena rata-rata pasien mengalami pecah aneurisma di usia 40-50 tahun,” jelasnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.