Kebakaran hutan membuat banyak pohon mati (Sumber gambar ilustrasi: pexels/sippakorn yamkasikorn)

Mengenal Cara Pemadaman Kebakaran Teknik Water Boombing, Berapa Sih Biayanya?

10 September 2023   |   03:47 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Gunung Arjuno, Pasuruan, Jawa Timur, telah membuat banyak pepohonan, semak, dan belukar mati. Berbagai cara akan dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk mengatasi kebakaran yang berlangsung. 

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto bersama sejumlah pihak diketahui telah melakukan tinjauan langsung dari ketinggian sekitar 6000 kaki menggunakan helikopter. Menurutnya, jika diamati, sisa-sisa kebakaran itu berwarna hitam pekat dan dapat dipastikan hampir 99 persen vegetasi berupa pepohonan, semak dan belukar mati.

Lokasi kebakaran itu juga tidak berada pada satu titik, melainkan ada di beberapa spot yang berbeda-beda. Di lokasi lain, kepulan asap juga masih terlihat di beberapa titik yang diduga merupakan hot spot baru. Adapun lokasi yang sebelumnya terbakar dalam peninjauan itu berada di lereng gunung dengan ketinggian bervariasi antara 6.000 sampai 8.000 kaki jika diukur menggunakan altimeter.

Baca juga:  Dianggap Sukses Tekan Polusi Saat KTT Asean Digelar, BNPB Lanjutkan Langkah Modifikasi Cuaca

BNPB menegaskan bahwa kebakaran hutan dan lahan di Gunung Arjuno yang terjadi sejak Sabtu (28/8) telah menjadi perhatian pemerintah pusat. Sebab, titik api dilaporkan meluas mulai dari wilayah administrasi Kabupaten Malang, Pasuruan, Mojokerto hingga Kota Batu dalam kurun waktu sepekan terakhir.

Apabila ditotal, maka luas lahan yang terbakar dari seluruh wilayah telah mencapai kurang lebih 4.796 hektar, yang mana Kabupaten Pasuruan menjadi wilayah terdampak paling luas yakni 2.724,48 hektar. Lantas, sebagai upaya percepatan penanganan darurat karhutla di Gunung Arjuno, Kepala BNPB menegaskan akan melakukan berbagai upaya untuk pengendalian kebakaran tersebut.

Menurutnya, salah satu cara paling efektif adalah pembentukan satuan tugas (Satgas) darat harus dilakukan dengan melibatkan personel dari unsur-unsur forkopimda terkait. Pemadaman melalui darat memiliki kelebihan yakni tim lebih mampu menjangkau lokasi dan dapat mengetahui secara persis posisi titik api.

Selain itu, upaya pemadaman yang dilakukan satgas darat juga dapat lebih fokus dan terpusat sehingga api dapat dipadakan dengan sempurna. Lebih lanjut, satgas darat ini juga dinilai lebih efisien dibandingkan cara lain seperti water bombing, Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) maupun upaya lainnya. 
 

Water bombing, upaya pemadaman berbiaya mahal

Kendati satgas darat dinilai paling efektif, BNPB juga mengaku tetap membuka opsi untuk melakukan langkah lain seperti water boombing. Namun, strategi itu menjadi langkah terakhir yang dapat dilakukan dalam pemadaman karhutla di suatu wilayah.

Menurutnya, operasi water bombing sejauh ini dapat dilakukan dengan menggunakan pesawat fixed wings atau bersayap tetap maupun menggunakan tipe bersayap putar seperti helikopter.

Secara teknis, bahwa untuk operasi water bombing membutuhkan penampungan sumber air yang besar untuk diangkut menggunakan pesawat menuju titik api, yang mana lokasi sumber air akan lebih sulit ditemukan pada musim kemarau seperti sekarang dialami.

“Operasi udara itu jalan terakhir. Jadi operasi darat dulu dilakukan. Jangan sampai menunggu api membesar. Kalau api membesar maka sia-sia kita, ” tegasnya.

Untuk melaksanakan operasi water boombing juga memerlukan biaya yang tidak sedikit alias sangat mahal. Pasalnya, Suharyanto mengakui bahwa operasi water bombing membuat negara harus mengeluarkan anggaran senilai kurang lebih Rp150 juta untuk satu jam penerbangan mengangkut dan menyiramkan air di titik-titik hotspot.

"Itu mengangkut air, water bombing per satu jam USD11.500 atau Rp150 juta itu. Kasihan negara bayar mahal,” ujarnya.

Hingga saat ini Pemerintah Indonesia harus menyewa helikopter untuk melakukan operasi water bombing. Kendati demikian, menyewa masih lebih baik dari pada memiliki pesawat water boombing, lantaran biaya perawatan dan maintenance pesawatnya yang juga tidak sedikit meskipun tidak digunakan terbang.

"Selama ini BNPB bekerjasama dengan pihak ketiga. Instansi lain mempunyai tiga helikopter saja berat merawatnya. Megap-megap juga perawatannya (kalau punya helikopter sendiri). Itu bayarnya banyak sekali,” jelas Suharyanto.

Baca juga:  Kini Ada Teknologi Baru Atasi Kebakaran Hutan

Editor: Puput Ady Sukarno

SEBELUMNYA

Ini Dia Rekomendasi Film & Series Remaja, Cocok Untuk Mengisi Waktu Luang

BERIKUTNYA

TRUST Tularkan Semangat Orkestra Anak Muda Lewat Alunan Soundtrack Ghibli

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: