Awas, Asap Kebakaran Hutan Memicu Penuaan Dini hingga Depresi
07 December 2021 |
09:15 WIB
Kebakaran hutan masih menjadi salah satu bencana yang kerap melanda Indonesia baik faktor manusia ataupun faktor alam. Tentu, peristiwa ini menimbulkan kerugian besar yang bukan hanya terhadap lingkungan tetapi terhadap masyarakat yang terpapar asap tersebut.
Ya, asap dari kebakaran bisa saja menimbulkan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) bagi mereka yang menghirupnya. Namun dampaknya terhadap kita bukan hanya itu.
Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Toxicological Sciences, Matthew Campen, seorang profesor di Fakultas Farmasi Universitas New Mexico, menyebut asap kebakaran hutan bisa berdampak neurologis.
Campen dan rekan-rekannya melaporkan bahwa partikel mikroskopis yang dihirup dari asap kayu masuk ke aliran darah dan mencapai otak. Kondisi ini meningkatkan risiko masalah neurologis mulai dari penuaan dini, berbagai bentuk demensia, hingga depresi dan bahkan psikosis.
Untuk mencapai kesimpulan itu, Campen melakukan penelitian di Laguna Pueblo, 41 mil sebelah barat Albuquerque, New Mexico dan kira-kira 600 mil dari sumber kebakaran hutan. Dia dan rimnya menemukan bahwa hewan uji coba tikus yang terpapar udara sarat asap selama hampir tiga minggu, mengalami perubahan dalam jaringan otaknya.
Kata Campen, saat asap naik lebih tinggi di atmosfer, partikel yang lebih berat jatuh. "Hanya partikel ultra-halus yang sangat kecil ini yang melakukan perjalanan ribuan mil ke tempat kita berada. Mereka lebih berbahaya karena partikel kecil masuk lebih dalam ke paru-paru dan akibatnya paru-paru lebih sulit mengeluarkannya,” terangnya seperti dikutip dari Medical Xpress, Selasa (7/12/2021).
Ketika partikel masuk ke dalam jaringan paru-paru, itu memicu pelepasan molekul imun inflamasi ke dalam aliran darah yang membawanya ke otak dan menurunkan sawar darah otak atau membran pemisahan sirkulasi darah dari cairan ekstraselular otak (BECF) dalam sistem saraf pusat (SSP). Reaksi ini menyebabkan sel-sel pelindung otak seperti astrosit dan mikroglia bekerja.
"Biasanya mikroglia seharusnya melakukan hal-hal lain, seperti membantu pembelajaran dan memori," sebut Campen.
Sementara itu, para peneliti juga menemukan perubahan metabolisme yang menunjukkan paparan asap api dapat menambah beban gangguan terkait penuaan.
Editor: Fajar Sidik
Ya, asap dari kebakaran bisa saja menimbulkan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) bagi mereka yang menghirupnya. Namun dampaknya terhadap kita bukan hanya itu.
Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Toxicological Sciences, Matthew Campen, seorang profesor di Fakultas Farmasi Universitas New Mexico, menyebut asap kebakaran hutan bisa berdampak neurologis.
Campen dan rekan-rekannya melaporkan bahwa partikel mikroskopis yang dihirup dari asap kayu masuk ke aliran darah dan mencapai otak. Kondisi ini meningkatkan risiko masalah neurologis mulai dari penuaan dini, berbagai bentuk demensia, hingga depresi dan bahkan psikosis.
Untuk mencapai kesimpulan itu, Campen melakukan penelitian di Laguna Pueblo, 41 mil sebelah barat Albuquerque, New Mexico dan kira-kira 600 mil dari sumber kebakaran hutan. Dia dan rimnya menemukan bahwa hewan uji coba tikus yang terpapar udara sarat asap selama hampir tiga minggu, mengalami perubahan dalam jaringan otaknya.
Kata Campen, saat asap naik lebih tinggi di atmosfer, partikel yang lebih berat jatuh. "Hanya partikel ultra-halus yang sangat kecil ini yang melakukan perjalanan ribuan mil ke tempat kita berada. Mereka lebih berbahaya karena partikel kecil masuk lebih dalam ke paru-paru dan akibatnya paru-paru lebih sulit mengeluarkannya,” terangnya seperti dikutip dari Medical Xpress, Selasa (7/12/2021).
Ketika partikel masuk ke dalam jaringan paru-paru, itu memicu pelepasan molekul imun inflamasi ke dalam aliran darah yang membawanya ke otak dan menurunkan sawar darah otak atau membran pemisahan sirkulasi darah dari cairan ekstraselular otak (BECF) dalam sistem saraf pusat (SSP). Reaksi ini menyebabkan sel-sel pelindung otak seperti astrosit dan mikroglia bekerja.
"Biasanya mikroglia seharusnya melakukan hal-hal lain, seperti membantu pembelajaran dan memori," sebut Campen.
Sementara itu, para peneliti juga menemukan perubahan metabolisme yang menunjukkan paparan asap api dapat menambah beban gangguan terkait penuaan.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.