Kini Ada Teknologi Baru Atasi Kebakaran Hutan
17 May 2021 |
12:36 WIB
Kamu tahu nggak GenHype, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) itu masih menjadi masalah yang dihadapi Indonesia setiap tahunnya. Dampak langsung yang bisa kita rasakan yakni udara yang tercemar asap dari kebakaran tersebut.
Namun lebih dari pada itu, kebakaran hutan dan lahan berdampak pada rusaknya ekosistem, musnahnya flora dan fauna di hutan, mengurangi sumber air bersih, hingga bencana kekeringan karena tidak ada lagi pohon untuk menampung cadangan air. Ini dapat mengancam generasi penerus kita di masa depan.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk tidak abai dengan masalah ini. Di satu sisi, para ahli terus mengembangkan alat untuk menangani karhutla baik akibat ulah manusia juga alam itu sendiri.
Adapun yang terbaru datang dari PT. ALSOK BASS Indonesia. Perusahaan yang memiliki kantor pusat di Jepang ini menciptakan bahan pemadam api berbentuk cairan yang bisa menjadi solusi baru pengendalian karhutla.
Marketing Director PT. ALSOK BASS Indonesia Masaki Nagasaka dalam pernyataannya, Minggu (16/5/2021) menjelaskan salah satu bahan pemadam api yang dikembangkan adalah E4. Bahan ini berbentuk cairan dan digunakan dengan cara diencerkan 100 kali dengan air, baik air sungai ataupun air dari kanal.
Cairan E4 ini memiliki salah satu keunggulan yaitu laju infiltrasi yang tinggi. Dengan sifat ini, air campuran E4 dengan cepat menembus ke dalam gambut dan secara efektif dapat memadamkan api di bawah permukaan sehingga dapat mencegah kebakaran berulang yang biasa terjadi pada gambut.
Dalam pengujian yang dilakukan di tanah gambut pada 2020, air campuran E4 yang diencerkan 100 kali lipat menunjukkan laju perembesan sekitar dua kali lipat dibandingkan dengan air kanal saja.
Menurut Nagasaka pemanfaatan E4 untuk pemadaman juga meningkatkan efisiensi air. Kecepatan pemadaman api dan konsumsi air memang berbeda-beda tergantung situasi kebakaran.
Pada uji pemadaman api yang dilakukan di lahan simulasi Manggala Agni Daops Pontianak, Desember 2020, air campuran E4 bisa mengurangi waktu pemadaman api sebesar 35 persen dan mengurangi konsumsi air sebesar 25 persen dibandingkan dengan hanya menggunakan air biasa untuk memadamkan api dengan ukuran yang sama.
“Kemampuan E4 untuk menghemat air sangat berkontribusi untuk mengurangi kesulitan dan kendala dalam mengangkut air untuk pemadaman kebakaran di lahan mineral,” sebut Nagasaka.
Dia menyatakan cairan E4 ramah lingkungan karena tidak mengandung bahan kimia berbahaya. Biodegradabilitas tinggi sementara komponen surfaktan yang merupakan komponen utamanya hampir terdekomposisi seluruhnya dalam waktu 3 hari setelah digunakan di lapangan sehingga tidak meninggalkan efek buruk di tanah atau vegetasinya.
Keuntungan lain, cairan E4 ini mudah digunakan lho karena sifat fisiknya seperti air dan penggunaannya juga tidak memerlukan peralatan khusus. Setelah diencerkan, cairan E4 bisa digunakan dengan jenis alat penyemprot apa saja seperti pompa mesin dan jetshooter.
Editor: Purboyo
Namun lebih dari pada itu, kebakaran hutan dan lahan berdampak pada rusaknya ekosistem, musnahnya flora dan fauna di hutan, mengurangi sumber air bersih, hingga bencana kekeringan karena tidak ada lagi pohon untuk menampung cadangan air. Ini dapat mengancam generasi penerus kita di masa depan.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk tidak abai dengan masalah ini. Di satu sisi, para ahli terus mengembangkan alat untuk menangani karhutla baik akibat ulah manusia juga alam itu sendiri.
Adapun yang terbaru datang dari PT. ALSOK BASS Indonesia. Perusahaan yang memiliki kantor pusat di Jepang ini menciptakan bahan pemadam api berbentuk cairan yang bisa menjadi solusi baru pengendalian karhutla.
Marketing Director PT. ALSOK BASS Indonesia Masaki Nagasaka dalam pernyataannya, Minggu (16/5/2021) menjelaskan salah satu bahan pemadam api yang dikembangkan adalah E4. Bahan ini berbentuk cairan dan digunakan dengan cara diencerkan 100 kali dengan air, baik air sungai ataupun air dari kanal.
Cairan E4 ini memiliki salah satu keunggulan yaitu laju infiltrasi yang tinggi. Dengan sifat ini, air campuran E4 dengan cepat menembus ke dalam gambut dan secara efektif dapat memadamkan api di bawah permukaan sehingga dapat mencegah kebakaran berulang yang biasa terjadi pada gambut.
Dalam pengujian yang dilakukan di tanah gambut pada 2020, air campuran E4 yang diencerkan 100 kali lipat menunjukkan laju perembesan sekitar dua kali lipat dibandingkan dengan air kanal saja.
Menurut Nagasaka pemanfaatan E4 untuk pemadaman juga meningkatkan efisiensi air. Kecepatan pemadaman api dan konsumsi air memang berbeda-beda tergantung situasi kebakaran.
ilustrasi kebakaran
Pada uji pemadaman api yang dilakukan di lahan simulasi Manggala Agni Daops Pontianak, Desember 2020, air campuran E4 bisa mengurangi waktu pemadaman api sebesar 35 persen dan mengurangi konsumsi air sebesar 25 persen dibandingkan dengan hanya menggunakan air biasa untuk memadamkan api dengan ukuran yang sama.
“Kemampuan E4 untuk menghemat air sangat berkontribusi untuk mengurangi kesulitan dan kendala dalam mengangkut air untuk pemadaman kebakaran di lahan mineral,” sebut Nagasaka.
Dia menyatakan cairan E4 ramah lingkungan karena tidak mengandung bahan kimia berbahaya. Biodegradabilitas tinggi sementara komponen surfaktan yang merupakan komponen utamanya hampir terdekomposisi seluruhnya dalam waktu 3 hari setelah digunakan di lapangan sehingga tidak meninggalkan efek buruk di tanah atau vegetasinya.
Keuntungan lain, cairan E4 ini mudah digunakan lho karena sifat fisiknya seperti air dan penggunaannya juga tidak memerlukan peralatan khusus. Setelah diencerkan, cairan E4 bisa digunakan dengan jenis alat penyemprot apa saja seperti pompa mesin dan jetshooter.
Editor: Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.