Ilustrasi ibu dan anak. (Sumber gambar: Omar Lopez/Unsplash)

Kenali Postpartum Depression, Gangguan Mental yang Rentan Dialami Ibu Melahirkan

05 September 2023   |   19:47 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Sebuah video baru-baru ini viral memperlihatkan seorang perempuan hendak melempar bayinya ke rel kereta api. Perempuan tersebut tampak sedang tidak dalam kondisi yang baik ketika diamankan oleh petugas yang diketahui di Stasiun Pasar Minggu tersebut.

Sang ibu terlihat tidak bisa mengendalikan dirinya meski berusaha ditenangkan, sementara anaknya terus menangis di pelukan petugas. Banyak warganet yang menilai bahwa perempuan tersebut sedang mengalami baby blues

Baca juga: Gejalanya Mirip, Kenali Perbedaan Baby Blues dan Depresi Postpartum

Melansir laman Siloam Hospitals, baby blues syndrome adalah kondisi ketika seorang ibu mengalami depresi ringan setelah melahirkan. Meski terkadang terlihat sepele, kondisi ini bisa berdampak buruk, baik bagi ibu maupun bayi, apabila tidak segera ditangani.

Gangguan ini ditandai dengan munculnya perubahan suasana hati seperti gundah dan sedih secara berlebihan. Masalah kesehatan mental yang satu ini seringkali menyebabkan ibu merasa lebih emosional dan sensitif setelah melahirkan, seperti mudah sedih, marah, dan menangis.

Menanggapi kejadian itu, Psikolog Anak Alia Mufida menilai bahwa perempuan tersebut boleh jadi bukan mengalami baby blues, melainkan postpartum depression, suatu gangguan mental yang rentan menyerang ibu pasca-melahirkan. 

Hal itu ditandai dengan perkiraan usia sang anak yang sudah bukan bayi baru lahir (new born). Pasalnya, perempuan yang karib disapa Fida itu menjelaskan, umumnya gejala baby blues syndrome dapat memburuk pada hari ketiga hingga keempat setelah melahirkan, dan berlangsung selama 14 hari. Kondisi ini pun wajar dialami oleh ibu yang baru melahirkan.

Apabila kondisi tersebut tak kunjung membaik setelah 2 minggu atau bahkan menjadi lebih intensif, maka ibu harus segera berkonsultasi dengan dokter terkait. Hal ini dikarenakan baby blues dapat berlanjut menjadi postpartum depression (depresi pascamelahirkan) yang dapat membahayakan ibu dan bayi.

"Ibu yang mengalami postpartum depression butuh banget ditreat, diintervensi, dan dibantu begitupun dengan anaknya. Jadi kalau melihat video itu kayanya anaknya sudah cukup besar dan kalau sampai mau melakukan tindakan yang enggak masuk akal, kemungkinan besar postpartum depression, " katanya saat dihubungi Hypeabis.id, Selasa (5/9/2023).
 

Ilustrasi ibu dan anak. (Sumber gambar: Jonathan Borba/Unsplash)

Ilustrasi ibu dan anak. (Sumber gambar: Jonathan Borba/Unsplash)

Penyebab & Cara Penanganan Postpartum Depression
Fida menjelaskan penyebab postpartum depression kebanyakan karena ketiadaan support system yang baik di lingkungan ibu yang baru melahirkan. Meski demikian, gangguan depresi itu tidak disebabkan oleh satu faktor penyebab saja. Biasanya kondisi ini disebabkan oleh kombinasi faktor fisik dan emosional.

Selain itu, masalah kesehatan psikis itu juga bisa terjadi lantaran sang ibu telah memiliki riwayat depresi, termasuk sejumlah situasi yang membuat mereka stres sejak masa kehamilan dan terus terjadi. "Sampai sekarang setahu aku tidak begitu bisa ditentukan penyebab utamanya apa," imbuhnya.

National Institute of Health menyebutkan bahwa postpartum depression terjadi pada sekitar 6,5 persen hingga 20 persen perempuan melahirkan di dunia. Gangguan kesehatan ini dilaporkan lebih sering terjadi pada remaja putri, ibu yang melahirkan bayi prematur, dan perempuan yang tinggal di daerah perkotaan.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang ibu mengalami postpartum depression mulai dari psikologis, risiko kebidanan, faktor sosial hingga gaya hidup. Faktor psikologis meliputi riwayat depresi dan pelecehan seksual, serta risiko kebidanan meliputi kondisi kehamilan yang rentan, bayi lahir prematur, dan hemoglobin rendah.

Sementara dari sisi faktor sosial meliputi kurangnya dukungan sosial dan trauma kekerasan dalam rumah tangga, serta dari segi gaya hidup meliputi kebiasaan makan, siklus tidur, aktivitas fisik, dan olahraga.

Fida menjelaskan jika berhadapan dengan ibu yang sedang mengalami postpartum depression, penting bagi orang-orang di sekitarnya tidak menghakimi atau menyalahkan sang ibu. Perlu ada pemahaman yang bijak bagi masyarakat bahwa ada penyebab yang membuat seorang ibu mengalami postpartum depression dan butuh mendapatkan bantuan.

"Jadi kalau itu terjadi di sekitar kita, sebisa mungkin carikan bantuan untuk bertemu dengan ahli, dokter, atau psikiater yang kira-kira bisa bantuin si ibu. Atau, kita juga bisa bantu edukasi keluarganya bahwa ini bukan tentang ibu yang mau melepaskan tanggung jawabnya," terangnya.

Baca juga: Penyebab Kecanduan Judi Online dari Sisi Psikologis, Trauma hingga Gangguan Perkembangan

Dia juga menerangkan bahwa gangguan mental postpartum depression bisa disembuhkan secara perlahan, baik gejalanya berkurang maupun hilang sama sekali. Namun, prosesnya bisa berbeda-beda bagi setiap orang, ada yang bisa cepat perlahan sembuh tapi tidak sedikit juga yang membutuhkan waktu cukup lama.

"Support system itu yang penting banget untuk bisa bantuin penyembuhan dan perkembangan si ibu yang mengalami postpartum depression," ucapnya.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Angkat Isu Diskriminasi Ras, Bibiana Lee Gelar Pameran Tunggal di Rubanah Underground Jakarta

BERIKUTNYA

Duet Abayy dan Dutzz Dorong RRQ Kazu Puncaki Klasemen FFML Season 8 Week 1, Cek Recap-nya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: