Gejalanya Mirip, Kenali Perbedaan Baby Blues dan Depresi Postpartum
05 September 2023 |
11:00 WIB
Tidak semua depresi yang dialami oleh ibu setelah melahirkan adalah karena terkena sindrom baby blues. Bisa jadi, si ibu mengalami hal yang lebih serius, yakni depresi postpartum. Keduanya memang memiliki gejala yang mirip, tetapi sebenarnya merupakan dua kondisi yang berbeda.
Saat ini istilah baby blues menjadi yang paling umum dikenal masyarakat. Baby blues sering dikaitkan dengan depresi yang dialami oleh wanita setelah melahirkan. Kondisi depresi tersebut bisa bermacam-macam. Ada yang tidak mau melihat bayinya berada di dekatnya atau bahkan histeris karena merasa belum siap menjadi seorang ibu.
Meski sama-sama depresi, sebaiknya kita tidak perlu terburu-buru menyebut hal tersebut sebagai baby blues. Jika kondisinya telah menyentuh tahap tertentu, si ibu bisa jadi telah mengalami postpartum depression. Lantas, apa bedanya?
Baca juga: Kenali Penyebab & Cara Mengatasi Baby Blues Setelah Melahirkan
Melansir American Pregnancy, kebanyakan kondisi depresi yang dialami ibu memang baby blues. Ini adalah ketika kondisi perasaannya naik dan turun secara cepat. Ibu bisa menangis dan merasa stres menghadapi si buah hatinya. Terkadang juga disertai perasaan mudah tersinggung.
Kondisi ini umumnya hanya terjadi selama satu atau tiga hari setelah melahirkan. Namun, pada beberapa orang gejalanya juga bisa muncul hingga satu atau dua minggu. Meskipun demikian, sindrom ini sebenarnya adalah hal yang umum terjadi. Sekitar 80 persen ibu mengalami kondisi seperti ini setelah proses melahirkan anaknya.
Namun, angkanya yang cukup banyak jangan sampai membuat kita menyepelekan hal tersebut. Sebab, bisa jadi baby blues akan memicu hal yang lebih parah, seperti depresi postpartum. Mengutip dari Cleveland Clinic, baby blues umumnya mencapai puncaknya pada minggu pertama atau dua minggu setelah melahirkan. Akan tetapi, jika gejala tetap berlanjut, alangkah baiknya segera menghubungi dokter.
Selain durasi yang lebih lama, gejala yang muncul juga akan terasa lebih intens. Kondisinya bisa sampai benar-benar mengganggu kehidupan sehari-hari. Hal ini akan memengaruhi kemampuan ibu dalam merawat bayi atau bahkan dirinya sendiri.
Oleh karena itu, jika gejala mulai muncul, ada baiknya ibu melakukan beberapa hal yang bisa menstabilkan emosinya. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menyeimbangkan gejolak perasaan setelah melahirkan.
Baca juga: Jenis & Manfaat Perawatan Baby Spa yang Perlu Moms Ketahui
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Saat ini istilah baby blues menjadi yang paling umum dikenal masyarakat. Baby blues sering dikaitkan dengan depresi yang dialami oleh wanita setelah melahirkan. Kondisi depresi tersebut bisa bermacam-macam. Ada yang tidak mau melihat bayinya berada di dekatnya atau bahkan histeris karena merasa belum siap menjadi seorang ibu.
Meski sama-sama depresi, sebaiknya kita tidak perlu terburu-buru menyebut hal tersebut sebagai baby blues. Jika kondisinya telah menyentuh tahap tertentu, si ibu bisa jadi telah mengalami postpartum depression. Lantas, apa bedanya?
Baca juga: Kenali Penyebab & Cara Mengatasi Baby Blues Setelah Melahirkan
Baby Blues
Melansir American Pregnancy, kebanyakan kondisi depresi yang dialami ibu memang baby blues. Ini adalah ketika kondisi perasaannya naik dan turun secara cepat. Ibu bisa menangis dan merasa stres menghadapi si buah hatinya. Terkadang juga disertai perasaan mudah tersinggung.Kondisi ini umumnya hanya terjadi selama satu atau tiga hari setelah melahirkan. Namun, pada beberapa orang gejalanya juga bisa muncul hingga satu atau dua minggu. Meskipun demikian, sindrom ini sebenarnya adalah hal yang umum terjadi. Sekitar 80 persen ibu mengalami kondisi seperti ini setelah proses melahirkan anaknya.
Namun, angkanya yang cukup banyak jangan sampai membuat kita menyepelekan hal tersebut. Sebab, bisa jadi baby blues akan memicu hal yang lebih parah, seperti depresi postpartum. Mengutip dari Cleveland Clinic, baby blues umumnya mencapai puncaknya pada minggu pertama atau dua minggu setelah melahirkan. Akan tetapi, jika gejala tetap berlanjut, alangkah baiknya segera menghubungi dokter.
Depresi Postpartum
Pasalnya, berbeda dengan baby blues, depresi postpartum memang biasanya dialami oleh ibu dalam jangka waktu yang lebih lama, bisa berlangsung hingga satu bulan atau bahkan lebih. Depresi postpartum umumnya terjadi karena stres dan perubahan hormon yang dialami oleh ibu. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa lingkungan juga cukup berpengaruh memperparah kondisinya.Selain durasi yang lebih lama, gejala yang muncul juga akan terasa lebih intens. Kondisinya bisa sampai benar-benar mengganggu kehidupan sehari-hari. Hal ini akan memengaruhi kemampuan ibu dalam merawat bayi atau bahkan dirinya sendiri.
Oleh karena itu, jika gejala mulai muncul, ada baiknya ibu melakukan beberapa hal yang bisa menstabilkan emosinya. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menyeimbangkan gejolak perasaan setelah melahirkan.
- Cobalah tidur semampu Anda, terutama ketika bayi juga sedang terlelap
- Fokus pada menonton film dan acara TV yang menyenangkan atau lucu ketika sedang senggang atau mencari hiburan lain.
- Jangan takut untuk berbicara dengan pasangan Anda tentang perasaan.
- Cobalah latihan pernapasan dalam atau bermeditasi saat Anda merasa kewalahan.
Baca juga: Jenis & Manfaat Perawatan Baby Spa yang Perlu Moms Ketahui
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.