Duh, Ternyata Ini Daftar PR yang Menghambat Perkembangan Game Lokal
04 September 2023 |
16:20 WIB
Potensi game lokal terbilang cukup besar. Menurut Outlook Pariwisata & Ekonomi Kreatif 2021/2022, subsektor aplikasi dan gim berhasil menyumbang PDB sebesar Rp31,25 triliun pada 2021. Laju pertumbuhannya pun tertinggi kedua (9,17 persen), setelah subsektor televisi dan radio (9,48 persen).
Kendati demikian, tantangannya pun tidak sedikit, terutama dalam hal akses pendanaan. Pendanaan menjadi hal yang krusial dalam pengembangan dan menentukan kualitas gim. Pasalnya, untuk pengembangan gim dibutuhkan waktu kurang lebih 4 tahun dengan ribuan orang yang terlibat di dalamnya.
Baca juga: Daftar Video Game Rilis September 2023, Bertabur Judul-judul Triple A
CEO Anantarupa, Ivan Chen mencontohkan bahwa Genshin Impact dibuat dengan dana Rp1,5 triliun. “Di Indonesia, kita mau bikin gim dengan bujet Rp200 miliar saja, susah banget cari duitnya kemana,” ujarnya kepada Hypeabis.id, Senin (4/9/2023).
Pemerintah pusat maupun daerah belum memiliki regulasi maupun sistem yang pasti serta edukasi mengenai akses pendanaan industri gim ini. Oleh karena itu, dia berharap ekosistemnya segera terlaksana melalui Peraturan Presiden (Perpres) Akselerasi Game Nasional.
“Terutama insentif pajak buat investor. Itu yang kita push banget. Jadi kalau di negara lain, mereka berikan insentif pajak supaya berinvestasi di industri gim,” ujar Ivan yang juga berharap pilar sektor kreatif diklasterisasi agar kementerian tidak bingung.
Pasar Gim Lokal
Pengamat Games dari Zilbest Yabes Elia menilai potensi game lokal untuk berkembang masih sangat luas, tergantung pasar, genre atau jenis gim itu sendiri. Misalnya, di pasar gim Indie, gim Indonesia beberapa kali mendapatkan penghargaan di ajang internasional.
Salah satunya A Space for the Unbound yang menang pada kategori Future Division Japan Game Awards di ajang Tokyo Game Show (TGS) 2022. “Sayangnya, memang, untuk game multiplayer yang kompetitif, seperti MLBB atau PUBG, gim Indonesia masih banyak PR yang harus digarap,” ulasnya.
Bicara kualitas gim menurutnya tidak bisa dipukul rata di semua genre, pasar, atau platform. Untuk genre gim casual dalam platform mobile, menurutnya cukup bersaing dari sisi gim-nya. “Cuma mungkin kalah dari sisi support-nya, kayak sisi marketingnya,” sebut Yabes.
Sementara untuk ekosistem gim lokal, kolaborasi antara perusahaan gim dengan media atau konten kreator lokal masih sangat kurang. Kolaborasi ini sangat penting untuk memperluas pasar ke para penggemar gim di Tanah Air. Dia menyarankan Asosiasi Game Indonesia (AGI), Kemenparekraf, dan stakeholder lainnya bisa memfasilitasi hal ini.
Baca juga: 7 Gim Lokal yang Mencuri Perhatian Gamers Global
Soal tren gim ke depan, Yabes menyebut mobile gaming dan gim gratis terbilang masih mendominasi pasar gaming Indonesia. Dari sisi genre, casual game terbilang paling banyak pemainnya di Indonesia. Hanya saja, gim ini sering tidak memiliki konten pendukung seperti esports.
“Jadinya, mungkin keliatannya saja kalah ramai dengan game-game kompetitif atau MMORPG (Massively Multiplayer Online Role-Playing Game,” katanya.
Editor: Fajar Sidik
Kendati demikian, tantangannya pun tidak sedikit, terutama dalam hal akses pendanaan. Pendanaan menjadi hal yang krusial dalam pengembangan dan menentukan kualitas gim. Pasalnya, untuk pengembangan gim dibutuhkan waktu kurang lebih 4 tahun dengan ribuan orang yang terlibat di dalamnya.
Baca juga: Daftar Video Game Rilis September 2023, Bertabur Judul-judul Triple A
CEO Anantarupa, Ivan Chen mencontohkan bahwa Genshin Impact dibuat dengan dana Rp1,5 triliun. “Di Indonesia, kita mau bikin gim dengan bujet Rp200 miliar saja, susah banget cari duitnya kemana,” ujarnya kepada Hypeabis.id, Senin (4/9/2023).
Pemerintah pusat maupun daerah belum memiliki regulasi maupun sistem yang pasti serta edukasi mengenai akses pendanaan industri gim ini. Oleh karena itu, dia berharap ekosistemnya segera terlaksana melalui Peraturan Presiden (Perpres) Akselerasi Game Nasional.
“Terutama insentif pajak buat investor. Itu yang kita push banget. Jadi kalau di negara lain, mereka berikan insentif pajak supaya berinvestasi di industri gim,” ujar Ivan yang juga berharap pilar sektor kreatif diklasterisasi agar kementerian tidak bingung.
Pasar Gim Lokal
Pengamat Games dari Zilbest Yabes Elia menilai potensi game lokal untuk berkembang masih sangat luas, tergantung pasar, genre atau jenis gim itu sendiri. Misalnya, di pasar gim Indie, gim Indonesia beberapa kali mendapatkan penghargaan di ajang internasional.
Salah satunya A Space for the Unbound yang menang pada kategori Future Division Japan Game Awards di ajang Tokyo Game Show (TGS) 2022. “Sayangnya, memang, untuk game multiplayer yang kompetitif, seperti MLBB atau PUBG, gim Indonesia masih banyak PR yang harus digarap,” ulasnya.
Bicara kualitas gim menurutnya tidak bisa dipukul rata di semua genre, pasar, atau platform. Untuk genre gim casual dalam platform mobile, menurutnya cukup bersaing dari sisi gim-nya. “Cuma mungkin kalah dari sisi support-nya, kayak sisi marketingnya,” sebut Yabes.
Sementara untuk ekosistem gim lokal, kolaborasi antara perusahaan gim dengan media atau konten kreator lokal masih sangat kurang. Kolaborasi ini sangat penting untuk memperluas pasar ke para penggemar gim di Tanah Air. Dia menyarankan Asosiasi Game Indonesia (AGI), Kemenparekraf, dan stakeholder lainnya bisa memfasilitasi hal ini.
Baca juga: 7 Gim Lokal yang Mencuri Perhatian Gamers Global
Soal tren gim ke depan, Yabes menyebut mobile gaming dan gim gratis terbilang masih mendominasi pasar gaming Indonesia. Dari sisi genre, casual game terbilang paling banyak pemainnya di Indonesia. Hanya saja, gim ini sering tidak memiliki konten pendukung seperti esports.
“Jadinya, mungkin keliatannya saja kalah ramai dengan game-game kompetitif atau MMORPG (Massively Multiplayer Online Role-Playing Game,” katanya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.