Kurangi Limbah, Cek Kiat Daur Ulang Sampah Barang Elektronik
22 August 2023 |
18:30 WIB
Setiap tahunnya jumlah sampah di Indonesia makin bertambah, terutama limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) yang di dalamnya ada barang elektronik. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI memprediksi timbulan sampah barang elektronik akan mencapai 12.187 ton perhari di 2030 mendatang
Artinya ada sekitar 44 juta ton sampah barang elektronik dalam 1 tahun. Angka ini meningkat drastis mengingat pada 2021 lalu jumlahnya hanya 10.450 ton per hari. Ini menunjukan bahwa banyaknya masyarakat yang belum bisa mengelola sampah elektronik dengan baik.
Baca juga: Riset Menunjukkan Ratusan Anak-Anak Pemulung Rentan Terpapar Bahaya Limbah Elektronik
Widayati selaku Ketua Kelompok Kerja Sampah B3 Direktorat Penanganan Sampah KLHK RI mengatakan bahwa diperlukan komitmen bersama untuk menanggulangi sampah elektronik yang masuk dalam kategori B3 supaya tidak mengkontaminasi sampah lainnya dan lingkungan sekitar.
"Di Indonesia sendiri untuk sampah elektronik belum banyak diketahui proses pengelolaannya," kata Widayati dalam konferensi pers ACE Hardware, Selasa (22/8/2023).
Lebih lanjut dia memaparkan, Indonesia punya pPeraturan Pemerintah (PP) Nomor 27 Tahun 2020 tentang pengelolaan sampah spesifik, di mana di dalamnya ada sampah yang mengandung B3 yakni sampah elektronik. Di antaranya termasuk baterai atau barang-barang yang menunjang kebutuhan sehari-hari seperti AC, setrika, mesin cuci, kulkas, dan lainnya.
"Semua produk yang dioperasikan dengan listrik baik langsung ataupun yang menggunakan baterai dan sudah tidak digunakan lagi, itu masuk kategori sampah elektronik B3," katannya.
Widayati berujar, kesadaran untuk mengelola sampah elektronik perlu di mulai dari rumah tangga sebagai penghasil sampahnya. Cara mengelola sampah elektronik bisa dimulai dengan memilahnya karena proses pengelolaan lanjutannya akan berbeda.
"Barang elektronik besar seperti TV, kulkas, AC biasanya dijual ke pengepul dengan harga tertentu, dari pengepul kecil ke pengepul sedang lalu ke pengepul besar untuk di daur ulang," katanya.
Sayangnya para pengepul tersebut melakukan proses daur ulang yang tidak sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku terkait keamanan lingkungan. KLHK sendiri sempat melakukan studi pada 2020 yang menunjukan bahwa pengepul skala kecil dan rumah tangga langsung membakar sampah elektronik yang didapatkan dari warga. Oleh karenanya penting sekali untuk memilah sampah elektronik dan membawanya ke tempat yang bisa mengelolanya dengan baik.
Menanggapi fenomena tersebut, ACE Hardware, salah satu perusahaan ritel perabot rumah tangga di Indonesia baru saja meluncurkan program Bisa Baik yang merupakan singkatan dari Bersama Atasi Sampah Barang Elektronik.
Bisa Baik merupakan program berkelanjutan sebagai dukungan terhadap Pemerintah dalam mewujudkan pengelolaan sampah elektronik yang bertanggung jawab dan menjaga lingkungan agar tetap lestari. Selain itu masyarakat juga bisa mendapatkan pemahaman akan pentingnya pengelolaan sampah elektronik dan limbah baterai.
"Caranya masyarakat bisa membawa sampah elektronik yang kondisinya utuh, baik yang masih menyala atau tidak dari merek apapun ke toko ACE untuk di daur ulang," kata Direktur PT ACE Hardware Indonesia Tbk Teresa Wibowo.
Pada tahap awal, ACE menghadirkan dropbox di wilayah Jakarta, Tangerang Selatan dan Bekasi. Ada 6 titik daur ulang yang berlokasi di Mal Gandaria City, Mal Artha Gading, Living World Alam Sutera, QBig BSD City, Living Plaza Bintaro, dan Living Plaza Ahmad Yani Bekasi.
"Ketentuan jenis produk yang dapat dimasukkan ke dropbox yaitu kipas angin, lampu LED, oven toaster, air cooler, setrika uap dan konvensional, kompor induksi, vacuum cleaner, high pressure cleaner, air purifier, hair dryer, air fryer, kamera CCTV dan baterai AA, AAA, C, D, 9V," ujarnya lagi.
Theresa juga memaparkan, ACE memberikan apresiasi berupa diskon tambahan 10 persen untuk produk baru dari jenis sampah elektronik yang telah dimasukkan ke dalam dropbox. Adapun diskon ini hanya berlaku bagi member.
Untuk mengelola sampah elektronik sebut, ACE berkolaborasi dengan Mountrash, platform pengumpul sampah berbasis teknologi. Dengan dukungan dari Mountrash, sampah elektronik yang terkumpul di toko-toko ACE kemudian akan dibawa ke tempat pengumpulan dan dikelola lebih lanjut untuk meminimalisir dampaknya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Artinya ada sekitar 44 juta ton sampah barang elektronik dalam 1 tahun. Angka ini meningkat drastis mengingat pada 2021 lalu jumlahnya hanya 10.450 ton per hari. Ini menunjukan bahwa banyaknya masyarakat yang belum bisa mengelola sampah elektronik dengan baik.
Baca juga: Riset Menunjukkan Ratusan Anak-Anak Pemulung Rentan Terpapar Bahaya Limbah Elektronik
Widayati selaku Ketua Kelompok Kerja Sampah B3 Direktorat Penanganan Sampah KLHK RI mengatakan bahwa diperlukan komitmen bersama untuk menanggulangi sampah elektronik yang masuk dalam kategori B3 supaya tidak mengkontaminasi sampah lainnya dan lingkungan sekitar.
"Di Indonesia sendiri untuk sampah elektronik belum banyak diketahui proses pengelolaannya," kata Widayati dalam konferensi pers ACE Hardware, Selasa (22/8/2023).
Lebih lanjut dia memaparkan, Indonesia punya pPeraturan Pemerintah (PP) Nomor 27 Tahun 2020 tentang pengelolaan sampah spesifik, di mana di dalamnya ada sampah yang mengandung B3 yakni sampah elektronik. Di antaranya termasuk baterai atau barang-barang yang menunjang kebutuhan sehari-hari seperti AC, setrika, mesin cuci, kulkas, dan lainnya.
"Semua produk yang dioperasikan dengan listrik baik langsung ataupun yang menggunakan baterai dan sudah tidak digunakan lagi, itu masuk kategori sampah elektronik B3," katannya.
Widayati berujar, kesadaran untuk mengelola sampah elektronik perlu di mulai dari rumah tangga sebagai penghasil sampahnya. Cara mengelola sampah elektronik bisa dimulai dengan memilahnya karena proses pengelolaan lanjutannya akan berbeda.
"Barang elektronik besar seperti TV, kulkas, AC biasanya dijual ke pengepul dengan harga tertentu, dari pengepul kecil ke pengepul sedang lalu ke pengepul besar untuk di daur ulang," katanya.
Sayangnya para pengepul tersebut melakukan proses daur ulang yang tidak sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku terkait keamanan lingkungan. KLHK sendiri sempat melakukan studi pada 2020 yang menunjukan bahwa pengepul skala kecil dan rumah tangga langsung membakar sampah elektronik yang didapatkan dari warga. Oleh karenanya penting sekali untuk memilah sampah elektronik dan membawanya ke tempat yang bisa mengelolanya dengan baik.
Program Daur Ulang
Menanggapi fenomena tersebut, ACE Hardware, salah satu perusahaan ritel perabot rumah tangga di Indonesia baru saja meluncurkan program Bisa Baik yang merupakan singkatan dari Bersama Atasi Sampah Barang Elektronik.Bisa Baik merupakan program berkelanjutan sebagai dukungan terhadap Pemerintah dalam mewujudkan pengelolaan sampah elektronik yang bertanggung jawab dan menjaga lingkungan agar tetap lestari. Selain itu masyarakat juga bisa mendapatkan pemahaman akan pentingnya pengelolaan sampah elektronik dan limbah baterai.
"Caranya masyarakat bisa membawa sampah elektronik yang kondisinya utuh, baik yang masih menyala atau tidak dari merek apapun ke toko ACE untuk di daur ulang," kata Direktur PT ACE Hardware Indonesia Tbk Teresa Wibowo.
Pada tahap awal, ACE menghadirkan dropbox di wilayah Jakarta, Tangerang Selatan dan Bekasi. Ada 6 titik daur ulang yang berlokasi di Mal Gandaria City, Mal Artha Gading, Living World Alam Sutera, QBig BSD City, Living Plaza Bintaro, dan Living Plaza Ahmad Yani Bekasi.
"Ketentuan jenis produk yang dapat dimasukkan ke dropbox yaitu kipas angin, lampu LED, oven toaster, air cooler, setrika uap dan konvensional, kompor induksi, vacuum cleaner, high pressure cleaner, air purifier, hair dryer, air fryer, kamera CCTV dan baterai AA, AAA, C, D, 9V," ujarnya lagi.
Theresa juga memaparkan, ACE memberikan apresiasi berupa diskon tambahan 10 persen untuk produk baru dari jenis sampah elektronik yang telah dimasukkan ke dalam dropbox. Adapun diskon ini hanya berlaku bagi member.
Untuk mengelola sampah elektronik sebut, ACE berkolaborasi dengan Mountrash, platform pengumpul sampah berbasis teknologi. Dengan dukungan dari Mountrash, sampah elektronik yang terkumpul di toko-toko ACE kemudian akan dibawa ke tempat pengumpulan dan dikelola lebih lanjut untuk meminimalisir dampaknya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.