Cek 5 Kelemahan Kendaraan Listrik yang Harus Diperhatikan Sebelum Mengadopsinya
21 August 2023 |
20:47 WIB
Kendaraan listrik memang tengah digandrungi dan tren teknologi otomotif kekinian. Namun kendaraan yang disebut ramah lingkungan itu juga memiliki sejumlah kekurangan. Selain dukungan infrastruktur stasiun pengisian listrik yang masih terbatas, faktor lainnya juga patut menjadi perhatian.
Sebagaimana diketahui, kendaraan listrik yang tenaga penggeraknya mengandalkan listrik yang tersimpan dalam baterai, menjadi poin utama yang harus dipertimbangkan pada saat akan meminang electric vehicle.
Pengamat otomotif Yannes Pasaribu mengatakan bahwa kendaraan listrik di dalam negeri memiliki beberapa kelemahan yang menjadi tantangan saat ini. Dia mencatat, kelemahan kendaraan dengan baterai itu mencapai lima poin.
Baca juga: Hemat dan Ramah Lingkungan, Milenial Kian Tertarik dengan Kendaraan Listrik
Pertama adalah jarak tempuh tempuh kendaraan listrik per setiap pengisian daya masih menjadi faktor pembatasan dalam mobilisasi. Kedua, infrastruktur pengisian daya yang masih kurang memadai dan mudah diakses juga menjadi tantangan.
Selain itu, kelemahan lainnya adalah biaya awal untuk membeli kendaraan listrik pada umumnya masih lebih mahal jika dibandingkan dengan kendaraan konvensional, meskipun biaya operasionalnya lebih rendah.
Kemudian, kebutuhan energi listrik selama proses pengisian baterai kendaraan listrik masih menjadi tantangan untuk menuju ekosistem yang kian hijau, lantaran masih menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang membutuhkan batu bara.
“Namun, saat ini, pemerintah sudah menyusun roadmap untuk bermigrasi ke sumber energi baru terbarukan untuk penghasil listrik yang dampaknya baru terasa beberapa tahun ke depan,” katanya.
Lalu, kelemahan lainnya adalah baterai kendaraan listrik memiliki siklus masa pakai yang terbatas, yakni 2.000–3.000 siklus charging, tergantung kepada kualitas baterai. Kelemahan-kelemahan itu dapat memengaruhi percepatan pertumbuhan kendaraan listrik di Indonesia jika tidak dikelola secara tepat.
Dia menambahkan bahwa saat ini pemerintah terus berupaya menggenjot berbagai kebijakan dan program untuk percepatan kendaraan listrik, seperti kemajuan dalam membangun infrastruktur pengisian daya yang luas, berbagai insentif, dan sebagainya.
Menurutnya, perkembangan teknologi baterai dan kendaraan listrik dapat mengurangi kelemahan jarak tempuh dan waktu pengisian.
Ekosistem Kendaraan Listrik
Dia menuturkan bahwa keberlanjutan berbagai program migrasi ekosistem kendaraan listrik yang dilakukan pemerintah dari kendaraan konvensional menuju kendaraan listrik juga akan tergantung kepada pemerintahan selanjutnya.
“Pertanyaan lainnya, apakah berbagai kebijakan strategis saat ini masih akan berlanjut kepada pemerintahan berikutnya. Hal itulah yang menjadi kunci keberlanjutan berbagai program migrasi Indonesia ke EV dan seluruh ekosistem bisnis turunan dari nikelnya,” ujarnya.
Dia menambahkan bahwa kondisi tersebut agak mencemaskan karena situasi politik, ekonomi, dan sosial selalu berubah. Kemudian, kebijakan pemerintah periode berikutnya dapat berubah mengikuti arah yang berbeda.
Menurutnya, tidak dapat dipastikan apakah pengembangan kendaraan litrik akan mendek secara keseluruhan jika pemerintah yang baru tidak berkomitmen. Namun, komitmen pemerintah memiliki dampak yang siginifikan terhadap percepatan dan arah pengembangan kendaraan listrik di Indonesia.
Untuk diketahui, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat bahwa penjualan ke dealer atau wholesale seluruh jenis kendaraan listrik di dalam negeri pada Januari–Juli 2023 mencapai 29.962 unit.
Baca juga: Begini Cara Merawat Baterai Mobil Listrik yang Benar Agar Tahan Lama
Pencapaian itu mencapai 79,23 persen dari total produksi pada periode yang sama tahun ini, yakni 37.815 unit kendaraan.
Editor: Fajar Sidik
Sebagaimana diketahui, kendaraan listrik yang tenaga penggeraknya mengandalkan listrik yang tersimpan dalam baterai, menjadi poin utama yang harus dipertimbangkan pada saat akan meminang electric vehicle.
Pengamat otomotif Yannes Pasaribu mengatakan bahwa kendaraan listrik di dalam negeri memiliki beberapa kelemahan yang menjadi tantangan saat ini. Dia mencatat, kelemahan kendaraan dengan baterai itu mencapai lima poin.
Baca juga: Hemat dan Ramah Lingkungan, Milenial Kian Tertarik dengan Kendaraan Listrik
Pertama adalah jarak tempuh tempuh kendaraan listrik per setiap pengisian daya masih menjadi faktor pembatasan dalam mobilisasi. Kedua, infrastruktur pengisian daya yang masih kurang memadai dan mudah diakses juga menjadi tantangan.
Selain itu, kelemahan lainnya adalah biaya awal untuk membeli kendaraan listrik pada umumnya masih lebih mahal jika dibandingkan dengan kendaraan konvensional, meskipun biaya operasionalnya lebih rendah.
Kemudian, kebutuhan energi listrik selama proses pengisian baterai kendaraan listrik masih menjadi tantangan untuk menuju ekosistem yang kian hijau, lantaran masih menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang membutuhkan batu bara.
“Namun, saat ini, pemerintah sudah menyusun roadmap untuk bermigrasi ke sumber energi baru terbarukan untuk penghasil listrik yang dampaknya baru terasa beberapa tahun ke depan,” katanya.
Lalu, kelemahan lainnya adalah baterai kendaraan listrik memiliki siklus masa pakai yang terbatas, yakni 2.000–3.000 siklus charging, tergantung kepada kualitas baterai. Kelemahan-kelemahan itu dapat memengaruhi percepatan pertumbuhan kendaraan listrik di Indonesia jika tidak dikelola secara tepat.
Dia menambahkan bahwa saat ini pemerintah terus berupaya menggenjot berbagai kebijakan dan program untuk percepatan kendaraan listrik, seperti kemajuan dalam membangun infrastruktur pengisian daya yang luas, berbagai insentif, dan sebagainya.
Menurutnya, perkembangan teknologi baterai dan kendaraan listrik dapat mengurangi kelemahan jarak tempuh dan waktu pengisian.
Ekosistem Kendaraan Listrik
Dia menuturkan bahwa keberlanjutan berbagai program migrasi ekosistem kendaraan listrik yang dilakukan pemerintah dari kendaraan konvensional menuju kendaraan listrik juga akan tergantung kepada pemerintahan selanjutnya.
“Pertanyaan lainnya, apakah berbagai kebijakan strategis saat ini masih akan berlanjut kepada pemerintahan berikutnya. Hal itulah yang menjadi kunci keberlanjutan berbagai program migrasi Indonesia ke EV dan seluruh ekosistem bisnis turunan dari nikelnya,” ujarnya.
Dia menambahkan bahwa kondisi tersebut agak mencemaskan karena situasi politik, ekonomi, dan sosial selalu berubah. Kemudian, kebijakan pemerintah periode berikutnya dapat berubah mengikuti arah yang berbeda.
Menurutnya, tidak dapat dipastikan apakah pengembangan kendaraan litrik akan mendek secara keseluruhan jika pemerintah yang baru tidak berkomitmen. Namun, komitmen pemerintah memiliki dampak yang siginifikan terhadap percepatan dan arah pengembangan kendaraan listrik di Indonesia.
Untuk diketahui, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat bahwa penjualan ke dealer atau wholesale seluruh jenis kendaraan listrik di dalam negeri pada Januari–Juli 2023 mencapai 29.962 unit.
Baca juga: Begini Cara Merawat Baterai Mobil Listrik yang Benar Agar Tahan Lama
Pencapaian itu mencapai 79,23 persen dari total produksi pada periode yang sama tahun ini, yakni 37.815 unit kendaraan.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.