Menilik Strategi Bisnis Sektor Pariwisata Tangkap Cuan dari Konser
21 August 2023 |
20:17 WIB
Penyelenggaraan konser bukan hanya sebagai hiburan tapi juga berdampak pada bisnis di sektor pariwisata Indonesia, termasuk perhotelan. Mereka bisa menarik peluang menyediakan akomodasi untuk para penonton di sekitar venue atau area konser.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran konser bertaraf internasional dengan menghadirkan musisi dunia diyakini berdampak pada tingkat okupansi atau keterisian kamar tempat penginapan di sekitar lokasi acara. Pasalnya, fans fanatik yang menonton bukan hanya datang dari kota tempat penyelenggaraan konser kota lainnya.
Baca juga: Euforia Festival Musik Meningkat, Musik Nostalgia dan Rock Paling Populer
Tidak menutup kemungkinan wisatawan mancanegara pun ikut datang dan menjadi target baru para penyedia jasa akomodasi. Seperti pada konser Blackpink di Gelora Bung Karno (GBK) pada Maret lalu. Tingkat okupansi hotel di area Sudirman dan sekitar venue mencapai 80 persen. Umumnya tingkat keterisian kamar di Jakarta pada akhir pekan hanya 40 persen.
Kondisi serupa bisa saja terjadi pada konser Coldplay yang akan digelar di GBK 1 November 2023. Begitu pula dengan musisi lokal lainnya dengan basis penggemar yang besar. “Semakin banyak kegiatan konser, akan berdampak pada hotel,” ujarnya kepada Hypeabis.id beberapa waktu lalu.
Bahkan bisnis perhotelan bisa mengambil peluang penyelenggaraan konser di negara tetangga seperti Singapura. Adapun pada Januari mendatang akan diselenggarakan konser Coldplay selama empat hari disana yang mengundang wisatawan asal Indonesia.
Seperti kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno bahwa perlu dibuat paket wisata di wilayah Batam dan Bintan sebagai alternatif untuk wisatawan nusantara yang ingin menonton konser di Singapura. Yusran menyebut itu bisa jadi strategi baru, namun perlu diingat ada keterbatasan yang harus diselesaikan terlebih dahulu.
Keterbacaan yang dimaksud yakni konser biasanya berakhir lewat pukul 22:00. Meskipun Singapura dan Batam dekat, angkutan laut atau kapal feri yang menjadi penghubung hanya beroperasi sampai pukul 22:00.
Oleh karena itu, dia berharap akan ada solusi mengenai jasa transportasi ini. “Kami ingin mengambil peluang bagaimana nonton di sana tetap menginap di Indonesia, tetapi kami melihat ada sedikit yang tidak memungkinkan,” sebut Yusran.
Paket wisata khusus konser juga bisa diberlakukan di wilayah domestik. Sepanjang tahun, penyelenggaraan konser bukan hanya di ibu kota Jakarta saja namun beberapa kota besar di Indonesia. Tentu, itu berlaku jika grup musik atau musisi tersebut memiliki basis penggemar yang besar seperti Dewa 19.
Sementara itu, Yusran menilai perlunya kerja sama dengan operator dan promotor untuk membuat paket tur konser yang memberi kemudahan kepada penggemar.
Sementara itu Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia (ASITA) Dr N Rusmiati menyebut memang perlu kerja sama antara promotor dan pelaku bisnis di sektor pariwisata, termasuk agen perjalanan. Selain itu, pelaku yang berkutat di sektor memang harus kreatif menangkap peluang di tengah maraknya konser.
ASITA katanya sudah merancang untuk membuat paket perjalanan, termasuk saat adanya konser. Rusmiati menyebut pihaknya sudah membuat kesepakatan dengan Malaysia dan Singapura untuk saling mempromosikan pariwisata di ketiga negara, terutama untuk menjaring wisatawan dari Eropa. “Travel agent sudah kreatif, kita sudah bekerja sama untuk buat paket tiga negara,” ungkapnya.
Paket ini juga berlaku untuk konser Coldplay baik di Indonesia maupun Singapura. Mengingat jarak Singapura dan Indonesia begitu dekat, paket berlaku untuk promosi pariwisata antara kedua negara. Pastinya paket ini menawarkan harga menarik.
Sementara itu, Rusmiati menilai banyaknya konser atau festival musik yang berlangsung di Tanah Air, perlahan mengubah wajah Indonesia, terutama pada turis asal Arab Saudi. Dia menyebut mungkin dahulu Indonesia dikenal sebagai penyedia jasa TKI, kini terkenal dengan negara penyelenggara event besar dan memiliki pariwisata yang indah.
“Pelan-pelan itu mereka mengetahui Indonesia kaya. Event itu mengubah image Indonesia,” sebutnya.
Oleh karena itu, perlu kerja sama yang terjalin dengan erat antar industri kreatif guna meningkatkan citra Indonesia di mata dunia.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran konser bertaraf internasional dengan menghadirkan musisi dunia diyakini berdampak pada tingkat okupansi atau keterisian kamar tempat penginapan di sekitar lokasi acara. Pasalnya, fans fanatik yang menonton bukan hanya datang dari kota tempat penyelenggaraan konser kota lainnya.
Baca juga: Euforia Festival Musik Meningkat, Musik Nostalgia dan Rock Paling Populer
Tidak menutup kemungkinan wisatawan mancanegara pun ikut datang dan menjadi target baru para penyedia jasa akomodasi. Seperti pada konser Blackpink di Gelora Bung Karno (GBK) pada Maret lalu. Tingkat okupansi hotel di area Sudirman dan sekitar venue mencapai 80 persen. Umumnya tingkat keterisian kamar di Jakarta pada akhir pekan hanya 40 persen.
Kondisi serupa bisa saja terjadi pada konser Coldplay yang akan digelar di GBK 1 November 2023. Begitu pula dengan musisi lokal lainnya dengan basis penggemar yang besar. “Semakin banyak kegiatan konser, akan berdampak pada hotel,” ujarnya kepada Hypeabis.id beberapa waktu lalu.
Bahkan bisnis perhotelan bisa mengambil peluang penyelenggaraan konser di negara tetangga seperti Singapura. Adapun pada Januari mendatang akan diselenggarakan konser Coldplay selama empat hari disana yang mengundang wisatawan asal Indonesia.
Seperti kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno bahwa perlu dibuat paket wisata di wilayah Batam dan Bintan sebagai alternatif untuk wisatawan nusantara yang ingin menonton konser di Singapura. Yusran menyebut itu bisa jadi strategi baru, namun perlu diingat ada keterbatasan yang harus diselesaikan terlebih dahulu.
Keterbacaan yang dimaksud yakni konser biasanya berakhir lewat pukul 22:00. Meskipun Singapura dan Batam dekat, angkutan laut atau kapal feri yang menjadi penghubung hanya beroperasi sampai pukul 22:00.
Oleh karena itu, dia berharap akan ada solusi mengenai jasa transportasi ini. “Kami ingin mengambil peluang bagaimana nonton di sana tetap menginap di Indonesia, tetapi kami melihat ada sedikit yang tidak memungkinkan,” sebut Yusran.
Had the perfect weekend with Indonesian BLINKs! Feels like we’re still swimming through the pink waves#BLACKPINK # #BORNPINK #BLACKPINK_WORLDTOUR #BLACKPINK_BORNPINK #JAKARTA #YG pic.twitter.com/qID4mAXHyH
— BLACKPINKOFFICIAL (@BLACKPINK) March 17, 2023
Paket wisata khusus konser juga bisa diberlakukan di wilayah domestik. Sepanjang tahun, penyelenggaraan konser bukan hanya di ibu kota Jakarta saja namun beberapa kota besar di Indonesia. Tentu, itu berlaku jika grup musik atau musisi tersebut memiliki basis penggemar yang besar seperti Dewa 19.
Sementara itu, Yusran menilai perlunya kerja sama dengan operator dan promotor untuk membuat paket tur konser yang memberi kemudahan kepada penggemar.
Sementara itu Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia (ASITA) Dr N Rusmiati menyebut memang perlu kerja sama antara promotor dan pelaku bisnis di sektor pariwisata, termasuk agen perjalanan. Selain itu, pelaku yang berkutat di sektor memang harus kreatif menangkap peluang di tengah maraknya konser.
ASITA katanya sudah merancang untuk membuat paket perjalanan, termasuk saat adanya konser. Rusmiati menyebut pihaknya sudah membuat kesepakatan dengan Malaysia dan Singapura untuk saling mempromosikan pariwisata di ketiga negara, terutama untuk menjaring wisatawan dari Eropa. “Travel agent sudah kreatif, kita sudah bekerja sama untuk buat paket tiga negara,” ungkapnya.
Paket ini juga berlaku untuk konser Coldplay baik di Indonesia maupun Singapura. Mengingat jarak Singapura dan Indonesia begitu dekat, paket berlaku untuk promosi pariwisata antara kedua negara. Pastinya paket ini menawarkan harga menarik.
Sementara itu, Rusmiati menilai banyaknya konser atau festival musik yang berlangsung di Tanah Air, perlahan mengubah wajah Indonesia, terutama pada turis asal Arab Saudi. Dia menyebut mungkin dahulu Indonesia dikenal sebagai penyedia jasa TKI, kini terkenal dengan negara penyelenggara event besar dan memiliki pariwisata yang indah.
“Pelan-pelan itu mereka mengetahui Indonesia kaya. Event itu mengubah image Indonesia,” sebutnya.
Oleh karena itu, perlu kerja sama yang terjalin dengan erat antar industri kreatif guna meningkatkan citra Indonesia di mata dunia.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.