Layanan GoFood (sumber gambar : Gojek)

Begini Strategi Agar Online Food Delivery Tetap Dipilih Konsumen

15 August 2023   |   22:28 WIB
Image
Dewi Andriani Jurnalis Hypeabis.id

Layanan pesan antar makanan atau online food delivery (OFD) pernah mencapai puncak kejayaan selama masa pandemi Covid-19. Adanya pembatasan sosial membuat masyarakat tidak bisa menikmati makanan secara langsung di restoran sehingga tidak sedikit diantara mereka yang mengandalkan layanan kuliner online tersebut.

Namun, seiring dengan kondisi yang mulai pulih dan kembali normal, banyak masyarakat yang memilih untuk membeli makanan secara langsung. Hal ini sejalan pula dengan data dari Momentum Works yang mencatat pertumbuhan nilai transaksi bruto atau gross merchandise volume (GMV) layanan online food delivery di Asia Tenggara pada 2022 mengalami perlambatan.

Baca juga: Bikin Usaha Tanpa Ribet, Skema Bisnis Reseller Masih Menjanjikan di Indonesia

Berdasarkan data tersebut, pertumbuhan GMV online food delivery pada 2022 secara year on year hanya tercatat 5 persen menjadi US$16,3 miliar. Angka tersebut jauh di bawah pertumbuhan nilai GMV pada tahun-tahun sebelumnya, dimana pada 2020 melonjak 183% menjadi US$11,9 miliar, dan di 2021 yang meningkat hingga 30% mencapai US$15,5 miliar.

Pengamat Marketing sekaligus Managing Partner dari Inventure Yuswohady mengatakan meski saat ini tren konsumen yang memesan makanan melalui layanan pesan antar makanan mengalami penurunan tetapi bisnis ini tidak akan pernah mati.

Sebab, bagaimana pun dari sisi perilaku masyarakat sudah terbentuk terutama sejak terjadinya pandemi 2020 lalu. Hanya saja saat ini masyarakat akan lebih rasional dan mempertimbangan berbagai hal saat menggunakan layanan tersebut.

“Memang saat ini telah terjadi proses rasionalisasi, industri tidak akan lagi jor-joran memberi promo dan konsumen melihat dine in lebih menguntungkan, ada experience yang didapatkan harganya pun lebih murah,” tuturnya.

Dari sekian banyak aplikasi yang menawarkan jasa serupa, masyarakat pun kini cenderung untuk hanya memilih satu aplikasi yang paling sering digunakan dan memberikan keuntungan lebih besar untuknya. Karena itulah, pemilik platform harus dapat berinovasi dan memutar otak agar masyarakat tetap mempertimbangkan untuk memilih jasa layanan miliknya.

“Saya meyakini online food delivery tidak akan mati dan masih tetap unggul dari sisi kemudahan tetapi mungkin pemain bisa melakukan proses segmentasi,” ucapnya.

Misalnya saja dengan membuat promo terbatas hanya pada jam-jam tertentu saja, terutama pada jam malam sebab saat itu kemungkinan para mahasiswa atau pekerja wanita akan takut untuk keluar sehingga mereka memilih layanan online food delivery.

Atau bisa juga membuat segmen khusus di antara jam sarapan dan jam makan siang atau antara jam makan siang dan jam makan malam. Di saat pekerja kantoran ingin ngemil tetapi tidak bisa meninggalkan pekerjaannya sehingga memilih memesan menggunakan OFD.

“Jadi platform bisa fokus campaign atau melakukan campaign selektif pada segmen di jam-jam tertentu ketika orang cenderung jarang keluar,” tuturnya.

Bisa pula melakukan segmentasi dalam hal waktu pemesanan. Sebab, ada konsumen yang tidak masalah mengeluarkan dana lebih besar yang penting pesanan bisa sampai lebih cepat atau ada pula konsumen yang ingin hemat meski proses pengantaran makanan membutuhkan waktu lama.

Baca juga: Catat, Ini Delapan Blind Spot yang Tak Disadari Pebisnis Kuliner

“Pemain harus dapat bereksperimen kira-kira segmen mana yang marketnya sesuai dan cocok untuk mendongkrak kinerja online food delivery,” ucapnya.

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Ruang Kritik Modernitas Eko Nugroho dalam Pameran Cut The Mountain And Let It Fly

BERIKUTNYA

Bikin Malas Jalan Kaki, Ini Penyebab Ruang Publik di Indonesia Belum Manusiawi

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: