Ilustrasi (sumber gambar : cathryn lavery / unsplash)

Catat, Ini Delapan Blind Spot yang Tak Disadari Pebisnis Kuliner

10 August 2023   |   22:00 WIB
Image
Dewi Andriani Jurnalis Hypeabis.id

Memulai bisnis kuliner memang bukan hal sulit, bahkan seorang ibu rumah tangga sekalipun bisa menjual produk kuliner hanya dari rumah. Begitu pula dengan seseorang yang tidak memiliki kemampuan memasak, bisa saja menjalankan usaha dengan menggandeng seorang chef atau mempelajari berbagai resep dari youtube dan lainnya.

Namun, tidak semua orang yang menjalankan usaha tersebut bisa menjadi seorang pebisnis yang usahanya dapat berkembang pesat dan menghasilkan keuntungan berlipat. Sebagian besar hanya sekadar memulai dan berdagang begitu saja, bahkan tak sedikit yang usahanya terpaksa harus gulung tikar.

Founder dan Edukator Foodizz Academy Rex Marindo mengatakan untuk memulai bisnis kuliner, seseorang tidak bisa hanya sekadar jago masak saja tetapi harus memiliki ilmu yang mumpuni agar bisnisnya bisa berkembang dan menguntungkan.

Apalagi tak sedikit pengusaha pemula yang melakukan berbagai kesalahan fatal yang sering kali tidak mereka sadari sehingga bisnisnya bukan menguntungkan malah membuatnya merugi. Rex mengatakan sebetulnya ada banyak blind spot atau kesalahan yang tak disadari oleh pelaku usaha kuliner, tetapi setidaknya ada 8 blind spot yang menurutnya harus diantisipasi sejak awal.

Pertama, tidak melakukan riset atau validasi pasar ketika akan menciptakan produk yang akan dijual. Padahal, sambungnya, melakukan validasi produk adalah sesuatu yang sangat penting untuk memastikan bahwa produk makanan atau minuman yang akan dijual tersebut memiliki cita rasa yang enak dan memang disukai pasar, bukan hanya sekadar asumsi bahwa produk tersebut enak.

Kedua, tidak memiliki kemampuan sales atau marketing yang baik. Sebab, percuma saja memiliki produk yang sudah tervalidasi enak dan disukai tetapi tidak menguasai ilmu marketing.

Menurutnya, saat seseorang tidak memiliki ilmu marketing tetapi hanya sekadar ikut-ikutan sering kali dia hanya mengeluarkan biaya yang besar untuk iklan atau endorse tanpa hasil yang signifikan karena salah sasaran.

“Marketing itu perlu dibangun, dipahami siapa target marketnya, dibangun brand positioningnya, dan berbagai detail-detail lainnya sehingga biaya iklan atau marketing yang dikeluarkan tidak sia-sia tetapi benar-benar menghasilkan,” tuturnya.

Ketiga, tidak menyukai angka. Padahal, menurut Rex, bisnis kuliner sangat terkait dengan angka bukan hanya sekadar cita rasa yang enak saja. Seorang pebisnis harus mengetahui harga pokok penjualan (HPP) sehingga dapat menentukan harga jual yang tepat dan menguntungkan, jangan lupa pula perhitungkan biaya marketing, biaya operasional, dan lain sebagainya.

“Bisnis F&B adalah tentang numbers. Owner tidak bisa hanya tahunya bikin produk saja, tetapi harus memahami urusan angka, karena ini sering kali menjadi blind spot berbahaya yang menyebabkan bisnis seseorang sulit berkembang,” jelasnya.

Keempat, seorang pebisnis harus memiliki mindset durabilitas. Jangan langsung berpikir bahwa bisnis kuliner yang baru dikembangkan langsung bisa berjalan secara autopilot. Owner harus turun tangan untuk mengatur langsung segala hal tetapi dengan memiliki ilmu yang mumpuni maka owner bisa mengatur bagian-bagian mana yang bisa berjalan autopilot dan bagian mana yang harus ditangani langsung.

Kelima, berpartner tanpa komitmen yang legal. Menurut Rex, tak sedikit pelaku usaha kuliner yang menggandeng teman atau keluarga untuk mengembangkan usaha tetapi tidak ada komitmen yang legal. Hal ini sering kali menyebabkan terjadinya keributan dan perpecahan di tengah jalan yang bisa saja membuat bisnisnya jadi bangkrut.

Keenam, sulit meyakinkan investor. Saat ini, bisnis kuliner memang cukup banyak diincar oleh para investor, terlihat dari sejumlah startup kuliner yang sukses mengumpulkan pendanaan dari investor. Namun, tanpa adanya validasi produk, strategi marketing yang tepat, dan perhitungan yang baik, akan sulit mendapatkan dan meyakinkan investor.

Ketujuh, tidak mendaftarkan merek Hak Kekayaan Intelektual. Ini menjadi suatu kesalahan fatal bagi seorang pebisnis kuliner sebab tak sedikit pelaku usaha kuliner yang sukses mengembangkan brand tetapi karena tidak segera mendaftarkan HKI, malah brand nya digunakan oleh pihak lainnya.

Kedelapan, cash flow management yang tidak dikelola dengan baik dan efisien sehingga bisa menyebabkan terganggunya arus kas perusahaan yang menyebabkan usaha sulit berkembang.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Roni Yunianto

SEBELUMNYA

Ini Pentingnya Anak Muda Dalam Mengurangi Pencemaran Lingkungan

BERIKUTNYA

Simak 5 Langkah Ini Agar Bebas Stres Menuju Tindakan Operasi Mata

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: