Bikin Usaha Tanpa Ribet, Skema Bisnis Reseller Masih Menjanjikan di Indonesia

Genhype, skema bisnis reseller masih memiliki prospek yang menjanjikan. Lembaga konsultan bisnis McKinsey bahkan menyebut reseller sebagai The Unseen Engine of Indonesian E-commerce. Meski bergerak senyap, skema bisnis ini turut mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Laporan riset mereka pada tahun ini menyebut nilai pasar bisnis reseller mencapai US$115 miliar-US$125 miliar dari segi nilai transaksi bruto. Meski sudah cukup besar, McKinsey menyebut angka ini masih berpotensi terus tumbuh. Sebab, saat ini pangsa pasar potensial tersebut belum sepenuhnya digali optimal oleh para pelaku bisnis di Indonesia.

Baca juga: Ingin Sukses Menjadi Reseller? Ini Langkah-Langkahnya

Ketua Departemen Ekonomi CSIS Fajar B Hirawan mengatakan bahwa pertumbuhan reseller di Indonesia tak bisa dilepaskan dari makin masifnya penggunaan e-commerce. Bahkan, saat ini tengah berkembang wadah berjualan baru bernama social commerce, di mana proses penjualan akan jauh lebih kreatif karena dipadukan dengan entertainment. 

Fajar juga sepakat bahwa reseller punya kontribusi besar terhadap pergerakan ekonomi Indonesia. Hal itu mengingat perannya cukup besar dalam membuat industri perdagangan tumbuh. Selama ini, sektor perdagangan juga selalu berada di top 3 kontributor utama setelah industri pengolahan.

“Reseller akan selalu jadi skema yang menarik karena saling menguntungkan satu sama lain. Dari sisi pemilik brand, skema ini menguntungkan, begitu pula yang dirasakan oleh pelaku reseller itu sendiri,” jelas Fajar.

Pemilik brand yang berperan sebagai pemasok akan mendapatkan keuntungan karena penjualan meningkat. Adanya reseller membuat produk jualan mereka akan lebih cepat sampai ke konsumen melalui tangan-tangan
pelaku bisnis ini.

Pemilik brand setidaknya terbantu dalam hal pemasaran dan penjualan tanpa harus meningkatkan biaya operasional. Sebab, para pelaku reseller tentu akan dengan sukarela melakukan promosi mandiri agar barang yang dijualnya bisa cepat laku.  Menurut Fajar, skema ini sukses menaikkan penjualan secara signifikan. Ini juga bisa menjadi salah satu strategi bisnis yang bisa dicoba oleh para pemilik brand, tak terkecuali UMKM. Namun, yang perlu diperhatikan adalah kualitas dari produk yang dijual tersebut.

Jika permintaan sudah tinggi, kualitas produk jangan sampai menurun karena hal itu bisa membuat konsumen kehilangan kepercayaan. Selain itu, pemilik merek juga perlu memperhatikan stok agar jangan sampai kekurangan dan membuat reseller atau konsumen justru melirik produk lain.

Di sisi lain, skema ini juga masih menarik bagi para pelaku reseller. Mereka bisa mencoba menjalankan bisnis tanpa harus memikirkan ongkos produksi, riset, dan karyawan. Cukup membeli barang dengan stok sejumlah sesuai kesepakatan, mereka bisa langsung berbisnis.

Jika penjualan lancar, pelaku reseller juga bisa dengan mudah memperluas pangsa pasar. Misalnya, ketika mereka sukses menjadi reseller produk fesyen laki-laki, mereka bisa menambahkan produk fesyen perempuan dengan sistem yang sama lagi.

“Sejauh ini para produsen selalu menawarkan skema reseller dari produk yang memang highly demanded di pasar dengan kualitas dan trust yang telah terjaga. Jadi, pelaku reseller hanya tinggal fokus ke penjualan,” imbuhnya.

Namun, fajar mengingatkan agar para pelaku reseller perlu selalu memperhatikan produk yang akan dijual sebelum memulainya. Pastikan pelaku reseller memilih produk yang benar-benar memiliki peminat yang tinggi tanpa bergantung terhadap tren. 

Menurut Fajar, selama ini produk-produk rumah tangga, produk kesehatan, serta produk makanan dan minuman kemasan selalu konsisten punya demand yang tinggi. 

Baca juga: Terapkan 5 Kiat Riset Produk Ini untuk Tingkatkan Omzet Penjualan Saat Jadi Reseller

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah